Pada 2011 Bayern München pernah berniat memboyong Arturo Vidal, yang saat itu masih bermain untuk Bayer Leverkusen, untuk mengisi posisi bek sayap kiri. Vidal meninggalkan Leverkusen namun bergabung dengan Juventus. Bayern kecewa. Empat tahun berselang, Bayern mulai menyadari hikmah di balik kepergian Vidal ke Italia.
âTidak perlu disesali jika Arturo Vidal tidak bergabung dengan kami,â ujar Karl-Heinz Rummenigge (chief executive officer FC Bayern München AG) pada 2011, sebagaimana diwartakan Kicker , untuk menutupi kecewa yang ia rasa.
âSaya lebih suka tidak melihat pemain sepertinya di Bayern München. Jika ia mau memenuhi janjinya dan menunjukkan karakter yang sama dengan (Manuel) Neuer atau (Jérôme) Boateng, jika ia pria bermoral, ia pasti sudah di sini hari ini bersama kami.â
Belakangan, Rummenigge tahu bahwaVidal bergabung dengan Juventus karena Leverkusen enggan melepas pemain mereka ke kesebelasan saingan; bukan karena Vidal tidak memenuhi janji yang telah dibuatnya. Informasi ini didapatnya dari Michael Reschke, technical director Bayern yang hingga 2014 masih bekerja untuk Leverkusen.
Arturo Erasmo Vidal Pardo bergabung dengan Bayer Leverkusen pada 2007 dari kesebelasan Chile, Colo-Colo. Di musim pertamanya Vidal yang sangat multiguna langsung menjadi pemain utama. Sepanjang musim 2007/08 Vidal terlibat dalam 24 pertandingan Bundesliga dan menjalani lima peran berbeda: gelandang tengah, gelandang bertahan, gelandang sayap kanan, bek sayap kiri, dan bek sayap kanan.
Kemampuan bermain di banyak posisi memang menjadi salah satu nilai jual terbaik Vidal. Alasan itulah yang membuatnya sangat diandalkan di Leverkusen dan membuat Bayern berniat memboyongnya di musim panas yang sama dengan Manuel Neuer dari Schalke dan Jérôme Boateng dari Manchester City. Bayern sedang memperbaiki kualitas pertahanan mereka saat itu dan Vidal, yang lebih banyak menjalani peran gelandang, diplot menjadi seorang bek sayap.
Namun Vidal pindah ke Italia dan bergabung dengan Juventus. Ada rasa kecewa yang hadir karenanya, namun di balik itu semua tersimpan sebuah hikmah mahabesar untuk Bayern. Jika Vidal bergabung dengan mereka saat itu, David Alaba mungkin tidak akan sehebat sekarang; Rummenigge sendiri yang menegaskan bahwa Alaba bertahan karena Vidal batal bergabung. Jika Vidal bergabung dengan Bayern saat itu, Bayern mungkin tidak akan memiliki pilihan pengganti Bastian Schweinsteiger tepat saat mereka benar-benar membutuhkannya; jika Vidal bergabung dengan Bayern pada 2011, ia mungkin tidak terbentuk menjadi Vidal yang kita kenal saat ini.
Vidal, boleh dibilang, adalah Schweinsteiger yang berusia tiga tahun lebih muda. Vidal tidak menaruh bola; ia melepas tembakan keras. Vidal tidak menggiring lawan ke posisi tidak nyaman dan mencuri bola dengan anggun darinya; Vidal merampas dengan sebuah tackle yang pas. Vidal tidak menghindari kontak fisik yang berpotensi meninggalkan memar yang mengganggu selama berhari-hari; ia menyambutnya dengan tangan terbuka seperti kawan lama. Vidal tidak canggung berlama-lama menguasai bola; ia tidak mampu meliuk-liuk seperti Maradona namun bola bukan penyakit yang harus segera ditularkan kepada pemain lain baginya.
Namun patut diingat bahwa bukan kualitas-kualitas permainan di atas yang membuat Schweinsteiger akan dirindukan di Bayern. Ia adalah seorang pemenang juga seorang petarung. Tak selalu mudah menemukan kombinasi sikap ini; Roy Keane dan Patrick Vieira sudah pensiun. Namun Vidal, selama empat tahun membela Juventus dan meraih empat gelar juara Serie A selama rentang waktu tersebut, dengan sendirinya menjelma menjadi Bastian Schweinsteiger: seorang pemain yang selalu tampil mati-matian di setiap pertandingan.
Schweinsteiger tampil mati-matian di setiap pertandingan karena ia dibesarkan oleh Bayern dan tahu betul kebanggaan apa yang hadir dari setiap penampilan untuk kesebelasan terbaik di negaranya. Bayern tidak perlu membesarkan Vidal untuk membuat sang pemain terlibat dalam banyak pertarungan sembari mengenakan seragam kebangaan mereka, karena pada dasarnya bertarung memang bagian dari kehidupan Vidal.
Vidal adalah pejuang yang terobsesi mati terhormat di medan perang, dan Bayern akan sangat beruntung jika mendapatkan Vidal saat ini; saat mereka benar-benar membutuhkan pemain sepertinya. Bayern tidak boleh gagal mendaratkan Vidal.
Komentar