Dimitri Payet Sebagai Modal Utama Slaven Bili?

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Dimitri Payet Sebagai Modal Utama Slaven Bili?

Suatu hari pada bulan Agustus, setelah kepastian memperkuat West Ham United, Dimitri Payet duduk di dalam Stadion Olympic yang sedang direnovasi dan melihat sekitaran area yang akan menjadi kandang klubnya mulai 2016. Rencana kepindahan klub berjuluk The Hammers tersebut dari Stadion Upton Park ke Olympic mendapat sambutan hangat bagi para pendukungnya, termasuk Payet yang akan menjadi salah satu bintang di stadion tersebut pada musim depan jika bertahan.

Kemudian Payet menjadi salah satu alasan pendukung West Ham rela membayar untuk hadir di Stadion. Penampilannya musim lalu bersama Marseille akan membuat banyak orang penasaran. Musim lalu ia membukukan 17 assist untuk Marseille dan tertinggi keempat di seluruh Eropa. Gelandang serang itu juga membuat 134 operan kunci melebihi Kevin De Bruyne, Eden Hazard dan Lionel Messi.

Sekarang pun demikian. Payet hadir di skuat The Hammers sebagai pengatur permainan walau Raymond Domench, mantan Pelatih Prancis, menganggap jika Payet terlalu bagus jika bermain untuk West Ham dan mengkritiknya sebagai keputusan yang sembrono.

Tapi Payet menunjukan kekuatan mentalnya yang pernah melewati masa-masa bengal. Dirinya punya masalah pada kedisiplinan dan pernah berkelahi dengan Blaise Matuidi ketika masih memperkuat Saint-Etienne pada 2010

Begitu juga dengan sering terlambat datang dalam sesi latihan Marseille. Tapi Marcelo Bielsa, mantan Pelatih Marseille, sering menghukumnya disertai pengembangan bakatnya agar lebih bersinar. Sehingga sekarang West Ham seharusnya menjadi klub yang semakin membuat Payet semakin dewasa.

"Saya tidak menutupi jika saya pemain yang bagus. Saya cuma memulainya, tapi siapa yang bilang, suatu hari saya akan di tingkat Eric Cantona, David Ginola dan Thierry Henry," ketika diwawancara The Guardian tentang permulaan karirnya di Liga Inggris.

Namun walau menampilkan permainan impresif bersama West Ham sejak awal musim, hal itu belum bisa memikat hati Didier Deschamps untuk memperkuat timnas Prancis. Padahal salah satu impiannya adalah bisa membela negaranya berbarengan dengan Karim Benzema.

Hal tersebut dikeluhkan pada awal Oktober lalu ketika di Eropa sedang ramai membahas kualifikasi Euro 2016 Prancis. Kendati demikian, ia menegaskan tidak akan patah semangat dan akan menunjukan performanya lebih baik lagi bersama The Hammers di Liga Primer Inggris musim ini.

Betul apa yang ditanamkan dari tekadnya itu sendiri. Usai ia mengeluhkan soal tim nasional kemudian ia bermain cemerlang ketika mengalahkan Crystal Palace di Selhurst Park pada 17 Oktober lalu. Bahkan para suporter West Ham yang hadir kemudian menyanyikan sebuah lagu untuknya tentang Payet lebih baik daripada Zinedine Zidane, legenda sepakbola Prancis.

Sebelum menghadapi Chelsea pada pertandingan pekan ke-10 Liga Primer Inggris 2015/2016, Payet secara statistik hampir unggul segalanya dibanding Willian, Oscar dan Pedro Rodriguez.

Payet VS 3 Chelsea
Statistik Dimitri Payet sebelum menghadapi Chelsea. Sumber: HITC Sports

Rupanya Payet pun membuktikannya ketika berlaga di lapangan Stadion Upton Park saat itu. Kendati tidak mencetak gol namun pemain kelahiran 29 Maret 1987 tersebut memberikan kontribusi kemenangan melalui satu assist, satu tendangan tepat sasaran, dua umpan silang akurat, dua umpan kunci dan dua dribel sukses.

Di sisi lain juga jangan lupakan Slaven Bilic selaku Manajer West Ham. Mantan Pelatih Besiktas tersebut seolah ingin memberikan kenikmatan tersendiri bagi pendukung The Hammers terutama dengan penampilan luar biasa seorang Payet.

Cara pemain 28 tahun tersebut sejak tiba di Upton Park memberikan segala kebutuhan Bilic dalam meramu skuatnya. Hal tersebut menyempurnakan Bilic sebagai manajer yang sebetulnya bukan incaran utama West Ham kepada Rafael Benitez, Carlo Ancelotti dan Unai Emery.

Kini mereka berdua berhasil mendongkrak posisi The Hammers di peringkat tiga klasemen sementara Liga Primer Inggris 2015/2016. Perlu konsistensi bagi mereka berdua agar tetap bertahan minimal di area enam besar pada akhir musim nanti.

"Payet memiliki kualitas dan dia sudah melakukannya di liga top penuh tekanan dengan Marseille. Jika dia tetap tenang dan termotivasi menjadi bagian dari pekerjaan kami, maka dia bisa mendapatkan tingkat yang sama seperti (David) Silva," ujar Bilic kepada Sky Sports.

Setidaknya hal itu sebagai tonggak awal agar lebih ditekankan lagi jika seharusnya dalam beberapa waktu kedepan West Ham wajib mampu lebih berbicara banyak dari prestasi bergengsi terakhir mereka ketika menjuarai Piala FA 1980. Sehingga Bilic pun bisa membuktikan dirinya merupakan bukan pilihan yang salah bagi West Ham dan keputusan Payet bergabung dengan manajernya itu bukan keputusan sembrono.

Sumber lain : Mirror, Standard

Komentar