Akal Sehat dalam Tiga Kejadian Bersama Boaz

Editorial

by Zen RS 33586 Pilihan

Zen RS

Board of director | Panditfootball.com

Akal Sehat dalam Tiga Kejadian Bersama Boaz



Ini merupakan halaman ketiga dari esai Akal Sehat dalam Tiga Kejadian Bersama Boaz

Akal Sehat dalam Pembantaian di GBK

8 November 2010,�sekitar sebulan jelang dimulainya Piala AFF 2010, Indonesia menggelar laga ujicoba melawan Uruguay. Ini peristiwa penting, dan diliput media massa dengan gegap gempita, sebab beberapa bulan sebelumnya Uruguay baru saja mencapai prestasi gemilang menginjakkan kaki di semifinal Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Saya berangkat dari sekitaran Meyestik, dengan beberapa kawan, di antaranya adalah Hedi Novianto, satu jam menjelang kick-off. Saya sudah menduga laga tidak akan terlalu ramai karena tiket pertandingan kelewat mahal untuk kantong banyak orang. Tiket termurah, dan saya membeli tiket termurah, jika tak salah berharga Rp. 75 ribu. Di perjalanan menuju GBK, helikopter berputar-putar di udara.

Uruguay yang saat itu tidak diperkuat Diego Forlan, yang memperlihatkan ketajaman luar biasa di Piala Dunia 2010, tentu saja kelasnya jauh di atas Indonesia. Kendati tanpa Forlan, mereka diperkuat Luis Suarez. Ia belum semasyhur sekarang, tapi namanya sudah cukup terkenal karena capaian golnya yang tinggi di Ajax Amsterdam. Uruguay juga diperkuat Cavani, bomber yang sedang bermain untuk Napoli, juga sedang mencuat namanya. Bisa dibayangkan bagaimana kepayahannya duet Nova Arianto dan Maman menghadapi Suarez dan Cavani.

Tapi Indonesia kepayahan hanya setelah menit 30. Pada setengah jam pertama, anak asuhan Alfred Riedl bermain solid dan kuat. Memang bukannya tanpa peluang, tapi Uruguay tidak terlalu leluasa menembus pertahanan Indonesia.

Bahkan Indonesia unggul lebih dulu melalui kaki -- siapa lagi kalau bukan-- Boaz Solossa. Menerima umpan panjang dari Bepe yang berada di garis tengah lapangan, Boaz bergerak sangat cepat dari sisi kiri, menusuk ke jantung pertahanan Uruguay dengan pergerakan tanpa bola yang tak bisa diantisipasi Diego Lugano, dan dengan mudahnya Boaz menggapai umpan Bepe dan mengecoh kiper Jorge Castillo.

Gol. 1-0.





GBK bergemuruh. Saya berdiri dan bertepuk tangan, bukan hanya untuk kecepatan dan kematangan Boaz bergerak, tapi juga untuk umpan ciamik Bepe yang membuat pertahanan Uruguay lintang pukang. Ya, berdiri dan bertepuk tangan, tidak berjingkrak, karena toh ini cuma laga ujicoba dan percayalah Uruguay tak akan tinggal diam.

Dan begitulah yang terjadi. Gol demi gol akhirnya bersarang di gawang Markus Harison. Satu demi satu, hingga papan skor akhirnya terkunci dalam posisi 1-7 untuk kesebelasan tamu.

Di pertengahan babak kedua, penonton agaknya mulai gerah. Mereka tentu saja paham bahwa Uruguay bertingkat-tingkat di atas Indonesia, tapi kekesalan kadung muncul. Teriakan dan nyanyian yang isinya mendamprat Nurdin Halid mulai menggema. Dan itu terus mengencang seiring waktu berjalan.

Saya ingat satu hal: di pertengahan babak kedua, saya membuka kemeja saya, membiarkan kaos berwarna putih yang tadinya tersembunyi jadi terlihat. Kaos itu dibeli di Blok M, beberapa jam sebelum pertandingan. Dengan tata letak seadanya, kaos itu kemudian ditimpa dengan kalimat yang dicetak di salah satu kios di lantai bawah Blok M. Kalimat itu berbunyi: "Aku Berlindung dari Godaan N***** yang Terkutuk".

Iqbal, salah seorang kawan yang juga ikut menonton bersama saya, sempat mengabadikan kaos itu dari belakang. Selepas laga, ia mengunggahnya di twitter. Lalu, foto itu menyebar, terutama berkat @najwashihab yang meng-RT-nya, dan dengan cepat foto itu tersebar di forum-forum.

Gol indah Boaz, yang tercipta berkat proses yang ciamik dengan didahului umpan brilian Bepe, tak bisa menyelamatkan atmosfir GBK dari nyanyian-nyanyian kesal terhadap Nurdin Halid. Suporter tak mendamprat pemain, mereka mendamprat pengurus PSSI.

Boaz melalui golnya itu, sekali lagi, bukanlah cermin sepakbola Indonesia. Sebab Boaz, melalui golnya itu, lagi-lagi menjadi pengecualian.

Kali ini akal sehat bukan hanya menghinggapi saya, tapi juga menghinggapi para penonton yang lain. Lagi-lagi, seperti dalam kejadian pertama, ada andil tak langsung Boaz di sana.

Akal Sehat di Final ISL 2014

7 November 2014, saya ada di belakang gawang saat Boaz Solossa mencetak gol ke gawang Persib Bandung di babak kedua final ISL 2014. Menerima umpan Pugliara, memanfaatkan pertahanan Persib yang diobrak-abrik oleh Pahabol yang dengan kecepatannya membuat Toni Sucipto tak bisa menarik nafas panjang, Boaz dengan mudah memperdayai I Made Wirawan.





Gol itu membuat skor menjadi imbang 2-2. Padahal Persipura saat itu bermain dengan 10 orang menyusul diusirnya Bio Paulin. Tapi Persipura, terutama melalui Pahabol yang masuk dari bangku cadangan, membuat Persib tak pernah bisa seenaknya bertingkah di lapangan. Kegagalan Persib mencetak gol tambahan dihukum melalui gol Boaz itu.

Saya juga berada di belakang gawang ketika Boaz mengeksekusi tendangan penalti di babak adu penalti pada final ISL 2014.

Saat itu Boaz menjadi eksekutor pertama Persipura. Konate Makan, eksekutor pertama Persib, berhasil menyarangkan bola lebih dulu. Lalu Boaz maju dengan rileks. Saya bisa melihat dengan jelas ekspresinya yang datar, lagi dingin, saat meletakkan bola di titik putih.

Kepada seorang teman, namanya Mungki, yang ada di sebelah saya dengan kameranya, saya bilang bahwa: "Boaz sih pasti masuk. Merem sajalah sudah."

Dan demikianlah memang adanya. Eksekusi Boaz meluncur deras, tinggi, mengarah ke pojok atas sebelah kanan I Made Wirawan. Akurat, keras, dan tajam. Eksekusi sempurna.

Boaz tidak berekspresi berlebihan setelah mencetak gol itu. Dia santai saja. Ia berlalu dari hadapan I Made, dengan langkah-langkah pelan, bergerak ke arah kanan, menuju Dede Sulaiman, kiper Persipura, yang harus segera bertugas kembali.

Kita tahu Persib kemudian menjadi juara setelah Nelson Alom, penendang keempat Persipura, gagal mengelabui I Made. Sementara penendang terakhir Persib, Achmad Juufriyanto, berhasil melesakkan bola. Persib juara setelah nyaris dua dasawarsa tak pernah meraih trofi.

Saya ingat bagaimana Boaz memimpin rekan-rekannya untuk memberi aplause pada suporter Persipura yang berada di tribun atas sisi barat Gelora Sriwijaya Palembang. Saya juga menyaksikan bagaimana Boaz dengan wajah yang tenang, bahkan terlihat tersenyum, menerima uluran tangan para pemain Persib yang mendatangi kerumunan para pemain dan offisial Persipura di sisi utara lapangan.

Di atas rumput yang belum kering oleh keringat, Boaz menerima wawancara dari�wartawan. Dan saya masih ingat ucapannya: "Selamat untuk Persib."

Saya ingat Mettu Duaramuri�membanting sesuatu saat Bio Paulin diusir wasit Prasetyo Hadi. Saya ingat Lim Jun Sik yang berkali-kali memprotes keputusan wasit. Persipura, tentu saja, berhak kesal. Siapa yang bisa melarang kekesalan?

Tapi Boaz, sekali lagi, memperlihatkan bahwa akal sehat mesti pegang kendali. Bahkan andai kata wasit Prasetyo Hadi berpihak pada Persib sekali pun, akal sehat mesti tetap jadi panglima, sebab jika akal sehat hilang maka permainan Persipura akan semakin hancur. Dan saya melihat berkali-kali pula Boaz menenangkan rekan-rekannya. Pada sebuah momen di babak kedua, ketika Persipura masih tertinggal 1-2, saya melihat Boaz seperti berkata "fokus! fokus!" kepada salah seorang rekannya (kalau bukan Manu Wanggai, ya Lim Jun Sik) yang terlihat emosional.

Berkat kepemimpinannya itulah Persipura bisa tetap bermain baik, bahkan terus membaik seiring masuknya Pahabol. Kendati kalah karena kegagalan Alom di adu penalti, kepemimpinan yang mengedepankan akal sehat dari Boaz itulah yang membuat final ISL 2014 menjadi lebih hidup, dan dramatis. Persipura memberi sesuatu yang penting: Persib boleh jadi juara, tapi Pangeran Biru tak bisa mendapatkannya dengan mudah.

Di malam itu, Boaz bukan hanya menjadi kapten, tapi sudah menjadi akal sehat itu sendiri.

Selamat ulang tahun, Bung! Panjang umurlah kau yang tak patah meski pernah patah.

Addendum: Momen saat Boaz menjadi kapten Indonesia, pertama kali terjadi di laga melawan Turkmenistan pada 2011, boleh jadi merupakan salah satu momen ketika akal sehat muncul dalam sepakbola Indonesia. Danke banyak-banyak untuk Bung @felixdass atas ingatannya :)







Komentar