Tips Mendekati Perempuan Idaman Anda dari Proses Transfer Pemain

Tips Mendekati Perempuan Idaman Anda dari Proses Transfer Pemain
Font size:

Tidak, Anda tidak sedang salah membaca. Judul di atas sudah benar. Proses transfer pemain pada sepakbola, ternyata mengajarkan kita, atau khususnya saya, bagaimana caranya melakukan pendekatan atau PDKT pada perempuan yang kita suka, perempuan idaman kita. Pada konsepnya, PDKT dan proses transfer pemain adalah dua proses yang sama; upaya satu individu untuk mendapatkan individu lainnya. Tapi, tujuan PDKT tentunya untuk menjadikan perempuan yang kita suka menjadi "milik" kita atau istilahnya menjadi pacar (atau istri?). Sementara dalam proses transfer pemain, tujuannya adalah untuk mendapatkan pemain yang sebuah kesebelasan butuhkan agar menjadi "milik" kesebelasan tersebut. Meski "suka" dan "butuh" adalah dua hal yang berbeda, tapi dua hal di atas bertujuan akhir untuk "memiliki". Dari sini, kita bisa melihat benang merah di antara keduanya, atau bagaimana langkah sebuah proses transfer pemain bisa diterapkan dalam PDKT. Menyatakan Ketertarikan Jika Anda bermain game Football Manager (FM), ada opsi untuk declare interest sebelum membeli pemain. Declare interest atau menyatakan ketertarikan ini efeknya dahsyat. Dengan menyatakan bahwa kita tertarik untuk mendapatkan pemain tersebut, sang pemain akan menjawab ketertarikan kita. Sang pemain yang kita minati dan kita telah menyatakan ketertarikan padanya, bisa menganggap ketertarikan kita hanya angin lalu jika ia tak tertarik untuk pindah. Tapi sebaliknya, ia akan menganggapnya serius jika ternyata ia memang ingin pindah. Untuk diketahui, di FM, dengan menyatakan ketertarikan pada pemain incaran kita, kita bisa membuat sang pemain menjadi tidak nyaman dan ingin pindah jika ternyata ia memang siap menyambut ketertarikan kita. Di dunia nyata, hal itu terjadi pada proses transfer Mario Mandzukic ke Juventus. Awalnya penyerang asal Kroasia tersebut tak memiliki niatan untuk pindah dari kesebelasan yang ia bela sebelumnya, Atletico Madrid. Tapi ketika Juventus melayangkan tawaran, menyatakan ketertarikan untuk merekrutnya, Mandzukic mulai mempertimbangkan untuk pindah. Dan akhirnya, takdir mengantarkan eks penyerang Bayern Munchen tersebut hijrah dari Atletico Madrid ke Juventus. Ternyata diketahui kemudian bahwa Mandzukic menyukai Juventus sedari kecil. Ia juga mengidolai kapten Juventus saat ini, Gianluigi Buffon. Masih banyak fakta-fakta lain yang tersibak dari proses transfer Mandukic ke Juventus yang dimulai dari declare interest atau menyatakan ketertarikan.

Cerita proses transfer Mario Mandzukic ke Juventus selengkapnya bisa di baca di "Takdir Menginginkan Mandzukic Hijrah ke Juventus"

Itulah yang bisa kita harapkan dari menyatakan ketertarikan pada perempuan yang kita suka. Dengan menyatakan ketertarikan, kita bisa mengetahui atau menjajaki, seberapa besar peluang untuk mendapatkan perempuan yang kita tersebut. Karena siapa yang tahu, perempuan yang kita declare interest  tersebut ternyata memang sudah memerhatikan kita juga sejak lama, layaknya Mandzukic yang sebenarnya memiliki keinginan untuk pindah ke Juventus karena ternyata merupakan kesebelasan favoritnya sewaktu kecil. Menyatakan ketertarikan sangat penting. Kita tidak bisa mendapatkan perempuan yang kita suka dengan hanya memerhatikannya setiap hari, hanya mengatakan "hai" padanya setiap bertemu, meretweet setiap tweet-nya, memberikan love pada setiap status di Path-nya, atau menyukai setiap postingan di Instagramnya. Melakukan hal seperti itu bukan menyatakan ketertarikan, tapi seperti seseorang yang sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan dan hanya melihat-melihat barang mewah, tanpa ada upaya memiliki, dari balik etalase. Menyatakan ketertarikan tentu saja dengan memposisikan diri sebagai seseorang yang ingin mengetahui apakah ada kemungkinan untuk mendapatkan perempuan tersebut atau tidak. Posisikanlah diri kita sebagai orang yang tertarik pada perempuan tersebut, bukan berpura-pura jadi teman yang nantinya bisa terjebak dalam lubang friendzone. Declare interest to her. Hal itu juga berlaku saat kita misalnya mendapati seorang perempuan yang tidak kita kenal tapi menjadi tipe kita sedang duduk sendirian. Kebanyakan dari kita biasanya hanya akan bergelut dengan pikiran sendiri dan mengatakan "Ah, pasti itu cewek itu udah ada yang punya atau lagi nungguin pacarnnya" atau bisa juga "Kalau ngajak kenalan, pasti dijutekin karena gak kenal".

Opini-opini negatif tersebut lahir dari sebuah fear of rejection atau ketakutan akan penolakan, takut ditolak. Fear of rejection sejatinya merupakan sifat alamiah seorang manusia karena berkaitan dengan Neurocitism atau ciri kepribadian manusia dalam studi psikologi yang ditandai dengan kecemasan, ketakutan, kemurungan, kekhawatiran, iri hati, dan sejenisnya. Menurut buku Journal of Personality and Social Psychology karya David P. Smith disebutkan bahwa dari 55 negara yang diteliti timnya, hanya dua negara yang neurositisme pria-nya lebih menonjol dibanding perempuan, yaitu di Bostwana dan Indonesia. Karenanya menjadi wajar jika banyak pria di Indonesia yang dengan mudahnya memunculkan opini-opini negatif atau fear of rejection ketika hendak berkenalan dengan perempuan yang disukainya. Namun tentunya bukan berarti kita berlindung dalam fakta di atas dan tetap terkungkung dalam cangkang ketakutan. Sebuah klub yang tertarik untuk mendapatkan pemain incarannya memang tak memiliki hal itu, dengan berani menyatakan ketertarikan pada pemain incarannya. Oleh karena itu, memang diperlukan keberanian untuk menyatakan ketertarikan pada perempuan yang kita sukai. Kalahkan fear of rejection yang ada dalam benak diri. Karena mengalahkan fear of rejection bukanlah hal yang mustahil. Hindari pikiran-pikiran negatif yang selalu membuat kita tak bergerak dan bergelut dengan pikiran sendiri. Menyatakan ketertarikan membuat kita mengetahui hal yang tidak ketahui, hal-hal yang selama ini selalu dihalangi pikiran-pikiran negatif kita. Kenyataan yang memungkinkan kita terima mungkin pahit, sehingga menakuti kita untuk begerak. Tapi bagaimana jika kenyataan yang nantinya kita dapatkan ternyata manis? Nyatakan ketertarikan, ungkapkan dengan tepat, karena siapa tahu kisah cinta anda ternyata seperti kisah Juventus dalam menjajaki Mario Mandzukic.

Halaman berikutnya, Menyadari Berada di Level Mana Kita Berdiri

Menyadari Berada di Level Mana Kita Berdiri

Pada suatu hari, Persib Bandung membutuhkan penyerang yang tentunya diharapkan bisa diandalkan dalam mencetak gol. Berbicara tentang siapa pemain yang bisa mencetak banyak gol, Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo jelas bisa menjawab kebutuhan Persib akan penyerang kriterianya tersebut. Namun masalahnya, maukah Messi atau Ronaldo bergabung dengan Persib?

Untuk mendapatkan perempuan yang kita inginkan pun demikian, kita perlu menyadari siapa diri kita. Tidaklah haram untuk bermimpi memiliki pacar dengan paras seperti Angel Karamoy atau Isyana Sarasvati. Tidaklah salah kita mengincar perempuan tercantik di kampus kita. Hanya saja masalahnya, apakah Anda layak untuk mendapatkannya?

Kita memang perlu menyadari berada di level mana kita berdiri. Jika kita hanyalah seorang yang setiap harinya bergumul dengan game, jarang mandi, tak memerhatikan penampilan diri, atau kurang pergaulan, janganlah berani-berani bermimpi untuk mendapatkan perempuan tercantik di kampus.

Kodratnya, pria memang memilih di mana ini artinya bisa mendapatkan siapapun. Namun perlu diketahui pula, bahwa sudah kodratnya perempuan boleh dan sangat mungkin untuk menolak.

Persib tentunya tahu diri. Meskipun Persib merupakan salah satu kesebelasan terbesar di Indonesia, tapi itu belum cukup untuk membuat penyerang dengan kualitas seperti Messi atau Ronaldo untuk tertarik bergabung. Jika pun Messi atau Ronaldo mau, sanggupkah Persib membayar gaji mereka yang fantastis? Itulah yang menjadi alasan jika pada akhirnya Persib menjatuhkan pilihan pada penyerang-penyerang dengan kualitas seperti Djibril Coulibaly, Herman Dzumafo dan Ilija Spasojevic.

Tapi sebenarnya bukan tak mungkin juga kesebelasan antah berantah atau dalam artian bukan kesebelasan dengan reputasi dunia bisa mendapatkan pemain kelas dunia. Buktinya, Andre-Pierre Gignac ternyata bisa saja bergabung dengan kesebelasan Meksiko, UANL Tigres. Sebastian Giovinco, secara mengejutkan bersinar bersama Toronto FC. Sementara Paulinho, rela hijrah ke Tiongkok.

Tentunya ada alasan mengapa pemain berkualitas tersebut tak mempermasalahkan jika harus tak berkompetisi di Eropa. Asalkan satu hal yang pasti, harus memiliki tawaran yang menarik.

Guangzhou tak mungkin mendapatkan Paulinho (dan juga Robinho) jika mereka bukan kesebelasan kaya dan memiliki visi yang bisa menunjuang kariernya. Sementara Giovinco tentu tak akan mau mengasingkan diri ke Major League Soccer jika tidak mendapatkan tempat utama di Toronto FC. Maka jika boleh menyimpulkan, kepindahan keduanya terjadi karena klub yang meminatinya memang memiliki sesuatu yang menarik perhatiannya.

Hal itu juga bisa dipelajari ketika kita hendak berkenalan dengan perempuan yang sebelumnya belum kita kenal. Kita dipastikan tidak akan mendapatkan apa-apa jika misalnya kita tak memiliki sesuatu yang bisa membuatnya tertarik. Tapi bukan juga berarti kita harus menjadi pria kaya terlebih dahulu.

Kemungkinan besar kita akan mendapatkan penolakan ketika berkenalan dengan kalimat lawas seperti "Hai, boleh kenalan, gak?". Jika seperti itu, kita tampak tak memiliki sesuatu yang menarik, tak punya ide, tak punya visi yang jelas, tak terencana, dan hanya untung-untungan. Dalam berkenalan dan memperkenalkan diri, sebisa mungkin kita seperti Toronto FC yang membuat Giovinco tertarik untuk bergabung atau Gignac bersama Tigres-nya.

Caranya bisa dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat lawan bicara kita tertarik dan ingin mengenal lebih jauh tentang kita. Kalimat "Hai boleh kenalan gak?" coba diganti dengan "Eh, sorry, katanya cewek cantik eeknya bulet-bulet ya?" atau pertanyaan unik lainnya yang tidak hanya membutuhkan jawaban ya dan tidak saja atau setidaknya bisa menimbulkan pertanyaan lainnya. Karena yang perlu ditekankan dari perkenalan adalah bukan hanya kita yang berusaha mengetahui siapa dia, tapi kita pun berusaha mengenalkan diri kita pada mereka supaya mereka tertarik dengan kita.

Wajar jika banyak perempuan yang akan menghindari perkenalan dengan orang yang asing. Tak hanya perempuan, semua orang pun pasti akan lebih waspada ketika menghadapi orang asing sebagaimana yang orang tua kita ajarkan. Karena itu, menjadi penting untuk kita sebisa mungkin mengenalkan diri kita dengan baik agar mereka bisa membuka diri dan menjajakinya lebih jauh.

*

Sebenarnya yang paling ingin saya katakan adalah terkadang kita seringkali terbelenggu dengan pikiran kita sendiri. Kita memiliki rasa takut akan penolakan yang tinggi sehingga membuat kita diam tak bergerak hingga akhirnya tetap jalan di tempat tanpa ada kemajuan.

Dalam proses transfer, declare interest bisa mengintip peluang apakah sebuah kesebelasan bisa mendapatkan pemain yang diinginkan atau tidak. Pun begitu juga dengan PDKT. Minimalisasi ketakutan akan penolakan, untuk membukakan jalan kita mendapatkan apa yang kita inginkan, termasuk perempuan yang kita idam-idamkan.

Butuh proses memang. Mungkin hanya sedikit juga yang bisa langsung mempraktekkannya dan berhasil. But sometimes we win, sometimes we learn. Pelajari setiap kekalahan dan kesalahan, karena bukan hal yang mustahil mendapatkan apa yang kita inginkan, selama dengan cara yang tepat.

Dan yang paling penting, tingkatkan kualitas diri. Sebagaimana Juventus yang akhirnya mendapatkan Mandzukic. Juve sempat ditolak pada 2012. Namun setelah menjelma kembali menjadi salah satu kesebelasan terbaik Eropa pada 2015 lalu, mendapatkan Mandzukic yang mereka idam-idamkan bisa menjadi kenyataan. Rasanya hal seperti ini dengan cara yang berbeda bisa kita terapkan dalam keseharian kita untuk memperbesar kemungkinan mendapatkan perempuan yang kita idam-idamkan.

foto: pinterest.com

Delneri Perlu Mencetak Sejarah di Juventus Stadium
Artikel sebelumnya Delneri Perlu Mencetak Sejarah di Juventus Stadium
Apa yang Membuat Melatih MLS Berbeda dengan Melatih Liga Lainnya?
Artikel selanjutnya Apa yang Membuat Melatih MLS Berbeda dengan Melatih Liga Lainnya?
Artikel Terkait