Tentang Juventus, Calciopoli, dan Wajah Buruk Sepakbola Italia

Editorial

by Ardy Nurhadi Shufi 61808

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Tentang Juventus, Calciopoli, dan Wajah Buruk Sepakbola Italia

Saat Juventus melawan AS Roma banyak kontroversi tersaji. Dimulai dari penunjukkan tiga penalti oleh wasit, hingga diusirnya allenatore Roma, Rudi Garcia, saat pertandingan masih berlangsung.

Pertandingan ini akhirnya dimenangkan sang tuan rumah Juventus setelah tendangan voli Leonardo Bonucci di menit ke-86 menghujam sudut kanan gawang Roma yang dikawal Lukasz Skorupski sehingga mengubah skor menjadi 3-2. Namun dengan kemenangan ini, tim yang berjuluk Bianconeri itu kembali mendapat sorotan.

Banyak pihak yang menilai bahwa tuan rumah Juventus terlalu diuntungkan oleh wasit Gianluca Rocchi. Keberpihakan Rocchi sangat terlihat ketika memberikan penalti kedua pada Juventus padahal Paul Pogba yang dilanggar Miralem Pjanic berada di luar kotak penalti.

Seluruh penonton yang menyaksikan laga itu seolah menguapkan ingatan mereka tentang Juventus yang terlibat Calciopoli, skandal pengaturan skor liga Italia, yang terjadi pada 2006 silam. Saat itu, Juventus dituduh melakukan penyuapan terhadap wasit untuk memuluskan langkah mereka meraih gelar juara pada musim 2004/2005 dan 2005/2006.

“Apakah Juventus kembali ‘bermain’ dengan wasit?” pertanyaan ini sontak muncul ke permukaan. Komentar Francesco Totti pasca pertandingan pun semakin memanaskan situasi ini: “Juve menang karena memiliki kaitan (dengan wasit) atau dengan kejahatan.”

Tak hanya Totti yang memanaskan isu sensitif ini. Pendukung rival Juventus seperti AC Milan, Inter Milan, Roma, Lazio, Fiorentina dan tim – tim lain yang membenci Juventus seolah mendapatkan bahan untuk mengolok-olok para pendukung si Nyonya Tua.

“No Penalty, No Party”, begitu kata mereka menyikapi kontroversi pada Minggu malam itu. Para haters Juve itu mengisyaratkan bahwa Juventus selalu mendapatkan keuntungan dari wasit dengan terlalu seringnya mendapatkan hadiah penalti.

Lantas, benarkah Juventus sangat sering mendapatkan hadiah penalti? Franklin Foer, seorang redaktur senior The New Republic, dalam bukunya ‘memahami dunia lewat sepakbola’ mengatakan, hubungan Juventus dan penalti atau lebih luasnya mendapat pertolongan wasit sudah terjalin sejak lama. Jauh sebelum Juve terjerumus ke Serie B, tepatnya pada 1930-an, Juventus telah mendapatkan hati dari para pengadil lapangan sehingga menjadi penguasa di Italia.

Saat itu, keluarga Agnelli, pemilik Juve yang juga pemilik perusahaan Fiat dan pemegang persentase substanstif pada Bursa Efek Milan, menjadi penguasa pra-globalisasi sebagian besar dunia Latin. Namun mereka tak memamerkan pengaruhnya, mereka hanya mengontrol politisi yang mengurusi kerajaan bisnis mereka.

Masih menurut Frankilin Foer, kecurangan yang dilakukan Juve ini sampai melahirkan sebuah situs bernama anti-juve.com (sayangnya, saat ini sudah tak bisa diakses). Dalam situs tersebut menghadirkan banyak cuplikan-cuplikan pertandingan di mana Juve selalu diuntungkan wasit, di mana yang paling sering terjadi adalah banyaknya gol-gol lawan yang sering dianulir wasit.

Dugaan kecurangan yang dilakukan Juventus semakin menguat ketika pada awal 1990-an tangan kanan Agnelli didakwa atas segala jenis tuduhan korupsi. Hal ini terungkap ketika Agnelli mengaku bahwa Fiat telah mengeluarkan suap  pada banyak pihak senilai 35 juta dolar sepanjang 10 tahun terakhir.

Kehilangan kuasa dalam ranah politik memaksa Fiat dipukul mundur oleh pesaing luar negeri dan mulai memiliki banyak hutang. Di titik inilah hubungan mesra antara politik dan Juventus terhenti.

Politik memang berkaitan erat dengan sepakbola Italia. Maka tak heran, ketika Juve ‘kolaps’ pada 90-an, muncul tim lain yang kemudian menjadi pesaing utama Juve dalam hal dominasi Serie A. Siapa lagi kalau bukan AC Milan.
Selanjutnya: Manipulasi Berlusconi Lewat Media dan Kekuasaan

Komentar