Istilah Baru Ciptaan Para Komentator Bola Indonesia

PanditSharing

by Pandit Sharing 72706

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Istilah Baru Ciptaan Para Komentator Bola Indonesia

Artikel #AyoIndonesia karya Nasirullah Sitam

Piala AFF 2016 belum usai, masih ada dua pertandingan yang dinantikan para suporter sepakbola, khususnya Indonesia dan Thailand. Indonesia melaju ke final dengan cukup susah payah. Laga leg kedua semifinal melawan Vietnam seperti pekerjaan paling melelahkan. Gempuran tiada habis, bahkan ketika itu timnas Vietnam bermain dengan 10 pemain.

Di bagan yang lain, Thailand melaju tanpa mendapatkan perlawanan yang banyak. Mereka unggul 6:0 atas Myanmar. Sebuah laju yang mungkin sudah dapat diprediksi sebelumnya. Kembali lagi kedua negara ini akan bersua di dua tempat berbeda, di Indonesia dan Thailand. Duel dua negara yang sudah beberapa kali bertemu di final. Harapan kita tentunya Indonesia yang memenangkan tahun ini.

Abaikan sejenak duel yang pasti menegangkan dan menguras tenaga pada 14 dan 17 Desember 2016 ini. Ada hal-hal lain yang menggelitik berkaitan dengan komentator kita. Tentu kalian langsung ingat kata-kata yang selalu terdengar selama pertandingan.

Tugas komentator sepakbola tidaklah mudah, mereka harus berbicara sepanjang pertandingan, mengingat-ingat nama pemain, peristiwa yang terjadi selama pertandingan, bahkan harus mengomentari strategi yang digunakan oleh pelatih. Butuh kemampuan khusus untuk melakukannya.

Pertandingan sepakbola bisa menciptakan istilah-istilah baru yang terlontar dari lisan para komentator. Istilah-istilah tersebut tidak akan terlupakan untuk sementara waktu. Bahkan, tak jarang istilah tersebut menjadi ciri khas sang komentator.

Komentator Indonesia memang lihai memainkan kata di setiap pertandingan sepakbola. Terkadang kita merasa geli sendiri ketika mendengarnya. Ungkapan-ungkapan yang menggelitik ini menjadi bumbu penyedap rasa saat kita menonton sepakbola melalui layar kaca.

Ketika pertandingan Indonesia melawan Filipina, tentu kita ingat celoteh komentator mengatakan “Suami Muda”. Kali pertama mendengar kata itu, pasti kalian terkejut. Mana ada nama “Suami Muda” yang terpampang di jersey pemain Filipina? Sampai selesainya pertandingan pun tak ada nama tersebut.

Inilah kreatifnya komentator kita, mereka menyebut nama “Younghusband” dengan sebutan “Suami Muda”. Kreatif bukan? Jangan-jangan kalian malah sudah menghitung berapa kali komentator tersebut berujar “Suami Muda”.

Tak berhenti di sana, celotehan itu makin beragam ketika Indonesia digempur habis-habisan timnas Vietnam di leg kedua babak semifinal. Bahkan celotehan/istilah yang dilontarkan sang komentator menjadi trending topic di lini masa. Istilah-istilah unik itu dilambungkan oleh Bung Hadi Gunawan, yang juga sempat mempopulerkan istilah “Ahay”.

“Timnas Indonesia digempur habis-habisan, bung! Tujuh hari tujuh malam timnas kita menahan serangan dari Vietnam!”

“Tujuh hari tujuh malam timnas Indonesia berjuang melawan Vietnam. Kita berdoa semoga perjuangan ini berhasil, Bung.”

“Tujuh hari tujuh malam” menjadi kalimat yang menggemparkan lini masa Indonesia malam itu. Semacam serangan tak berhenti, pemain Indonesia tak diberi sedikit waktu untuk bernafas. Tendang ke depan, buang. Itulah yang terjadi. Seperti itulah kemungkinan komentator ingin menggambarkan ungkapan tujuh hari tujuh malam. Respon netizen pun beragam, tidak sedikit yang tertawa, tapi ada juga yang mengatakan berlebihan.

Sebelumnya…

Celotehan kata-kata nyentrik ini bukan kali pertama di jagat persepakbolaan Indonesia. Berkali-kali ada pertandingan sepakbola, di sana pasti bermunculan kosakata baru yang langsung tenar. Bagi penonton layar kaca seperti saya, kadang celotehan ini membuat saya yang serius menonton bola langsung tertawa kencang.

Tahun sebelumnya, kita dikenalkan salah satu komentator bola dengan kosakata “Ahay”. Ungkapan Ahay sendiri dicetuskan komentator Indonesia kala mengomentari pertandingan besar juga. Bung Hadi Gunawan, ya karena ia sering ceplas-ceplos berteriak “Ahay” ketika serangan Indonesia gagal. Waktu itu pada 2013, laga antara Indonesia melawan Filipina. Ternyata melawan Filipina, komentator kita bisa menciptakan kreasi.

“Bola didapatkan Gonzales. Bola ditendang! Ahay!! Melenceng sedikit pemirsa. Sayang seribu sayang, peluang emas timnas Indonesia terbuang percuma.”

Usai pertandingan ini, komentator Indonesia bung Hadi Gunawan mendapatkan tambahan julukan menjadi Bung Hadi “Ahay” Gunawan. Istilah “Ahay” sendiri masih melekat pada ingatan kita sampai sekarang.

Masih ingat dengan teriakan “Jebret” ketika AFF U-19 pada 2013 silam? Pada tahun yang sama dengan munculnya istilah “Ahay”, Valentino Simanjuntak pun tak mau kalah. Ia mempopulerkan istilah “Jebret” pada tiap komentarnya. Alhasil, kata Jebret menjadi kata yang familiar bagi kita. Bahkan kata tersebut menjadi embel-embel pada diri Bung Vale. Valentino “Jebret” Simanjuntak.

“Bola ditendang, Jebret!! Gooool!! Evan Dimas mencetak gol untuk keunggulan Timnas Indonesia U-19.”

Menilik jauh lebih lama, bagi kalian yang masih sempat mendengarkan pertandingan sepakbola melalui siaran radio RRI, dibenak kalian pasti tersirat kalimat yang tidak asing lagi. Kalimat tersebut sampai sekarang masih dipakai para komentator Indonesia.

“Dewi Fortuna” adalah kata yang terlontar dari lisan komentator kala itu. Dewi Fortuna diartikan keberuntungan. Bisa jadi pertandingan antara Indonesia melawan Vietnam pada semifinal Piala AFF 2016 ini adalah kemenangan yang disebutkan dengan istilah Dewi Fortuna.

“Dewi Fortuna belum berpihak pada Indonesia, Bung. Tendangannya mengenai mistar gawang sisi kanan.” Begitulah yang kita dengarkan ketika mengikuti pertandingan sepakbola melalui siaran radio. Ucapan tersebut membuat orang yang mendengarkan saluran radio sontak berteriak menyayangkan momen yang tidak bisa dilihat secara langsung. Terkadang sumpah serapah juga terlontar di sana.

***

Menarik memang fenomena munculnya istilah yang baru pada komentator bola kita. Timnas kita pernah gagal meraih trofi ketika teriakan “Ahay” menjadi populer pada 2013. Tapi di tahun yang sama, timnas U-19 meraih tropi pelepas dahaga ketika istilah “Jebret” tergaungkan. Di saat yang sama, Istilah “Dewi Fortuna” juga masih terus diucapkan para pecinta sepakbola yang hanya bisa mengikuti pertandingan melalui siaran radio.

Pada 2016 ini, kalimat “Tujuh Hari Tujuh Malam” mencuat dipermukaan. Kalimat yang bisa kita pahami perjuangan panjang Timnas Indonesia berjuang ditengah banyak permasalahan yang mendera. Dari mulai persiapan mendadak, aturan hanya diperbolehkan mengambil dua pemain di tiap satu klub, atau permasalahan di dalam PSSI sendiri.

Bagi kita yang memang tulus mendukung Timnas Indonesia, dan masih dahaga akan gelar trofi AFF, semakin banyak muncul istilah baru pun tak masalah. Yang terpenting adalah timnas kita juara. Bukankah itu yang kita inginkan? Mari kita berdoa semoga perjuangan “Tujuh Hari Tujuh Malam” pemain Indonesia menuai hasil yang menggembirakan. Siapa tahu kalau Indonesia menang julukan Bung Hadi “Ahay” Gunawan akan berganti menjadi Bung Hadi “Tujuh Hari Tujuh Malam” Gunawan.

foto: evertonfc.com

Penulis adalah pecinta sepakbola layar kaca yang dapat dihubungi di akun Twitter @Nasirullah5itam. Tulisan ini merupakan bagian dari #AyoIndonesia, mendukung timnas lewat karya tulis. Isi tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis

Komentar