Satu Bintang di Atas Panji Semen Padang FC

PanditSharing

by Pandit Sharing 34345

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Satu Bintang di Atas Panji Semen Padang FC

Oleh: Ridho Arisyadi

Tulisan ini adalah pandangan pribadi saya, seorang perantau dari tanah Minang yang mendukung Semen Padang FC dengan segala keterbatasannya dan tidak bisa menduakannya dengan yang lain, untuk sekadar membangkitkan kenangan dan sejarah yang mungkin terlupa bagi sebagian kita.

Bagi penikmat sepakbola luar negeri, khususnya Eropa, biasanya sangat memahami seluk beluk klub kesayangannya sampai informasi paling detail. Mulai dari tahun berdiri, kelompok suporter garis keras, pemilik saham mayoritas, sejarah stadion, serta panji/lambang kebanggaan yang tidak hanya menempel di dada baju pemain, tetapi hampir di semua tempat.

Logo sendiri memiliki makna sendiri bagi masing-masing tim. Baru-baru ini Juventus FC merilis lambang anyar mereka demi berusaha memehami keinginan pasar. Salah satu yang menjadi ciri khasnya adalah tanda bintang di atas logo ketika memenangi liga.

Aturan mengenai tanda bintang pada beberapa liga di Eropa berbeda-beda satu dan lainnya, seperti dua bintang pada lambang AC Milan dan tiga bintang pada lambang Manchester City pada 1996-2006. Pandit Football pernah memberi pemahaman yang rinci mengenai hal tersebut.

Liga Indonesia yang dipercaya berada di jalan yang benar menuju ke arah industrialisasi pun juga menggunakan ‘aturan’ tentang penggunaan tanda bintang pada lambang klub yang pernah menjuarai Liga Indonesia, terutama sejak era penggabungan Galatama dan Perserikatan. Jika teman-teman mencermati jersey tim peserta Liga Indonesia yang tahun ini dikabarkan akan bernama Liga 1, pasti akan menemukan tanda bintang tersebut.

Persipura, Sriwijaya FC, Persib Bandung, Persik Kediri memiliki bintang lebih dari satu di atas lambang mereka, termasuk di jersey. Persija Jakarta, PSM Makassar, Arema FC, dan beberapa nama lainnya memiliki satu bintang. Tim kebanggaan Semen Padang FC juga punya tanda bintang tersebut. Kami punya satu di atas panji kebesaran kami.

Cerita untuk mendapatkan satu bintang ini menarik untuk dikenang kembali. Bermula pada 2010, ketika tim asuhan pelatih Arcan Iurie berhasil menempati posisi ketiga pada gelaran Divisi Utama dan mendapatkan tiket gratis untuk berpartisipasi pada ajang Liga Super Indonesia (ISL) tahun berikutnya.

Dengan mengandalkan skuat lama dan tambahan pemain baru, pelatih Nil Maizar yang naik dari asisten pelatih ke posisi pelatih kepala memberikan kejutan manis bagi penikmat sepakbola Indonesia pada musim 2010 - 2011 dan kemudian Semen Padang FC pun mulai diperhitungkan.

Riak-riak kehebohan asosiasi sepak bola nasional mencapai salah satu dari banyak klimaksnya pada pertengahan 2011. Ketika itu terjadi pergantian rezim yang telah lama bertahan. Pimpinan PSSI yang baru menunjuk sebuah entitas baru untuk mengelola liga resmi, PT. Liga Prima Indonesia, dengan nama liga tertinggi pada piramida sepakbola Indonesia adalah Liga Prima Indonesia.

Sepak mula liga pun dilakukan, mempertemukan antara tuan rumah Persib Bandung dengan Semen Padang FC pada 15 Oktober 2011 dengan hasil imbang satu sama bagi kedua klub.

Cerita akan menjadi menarik jika melihat beberapa bulan sebelum sepak mula liga resmi tersebut, mulai dari tentang operator liga, nama liga yang “mirip” dengan liga breakaway musim sebelumnya, format satu atau dua wilayah, serta jumlah peserta liga yang berimplikasi jumlah klub promosi dan degradasi.

Diwarnai dengan aksi pengunduran diri dari banyak calon peserta LPI, liga yang resmi diakui oleh PSSI tersebut akhirnya berjalan dengan 12 peserta saja. Persebaya, Persibo, Arema Indonesia, Persiba Bantul, PSM Makasar, Persiraja, Persema, Persija, Persijap, Bontang FC, Semen Padang FC, dan PSMS Medan adalah 12 klub yang tersisa dan mengakhiri liga setelah masing-masing melaksanakan 22 pertandingan.

Klub-klub yang mengundurkan diri pun akhirnya menggelar kompetisi breakaway ISL 2011-2012 dengan 18 klub. Persipura, Persib, Persija, Arema, dan Sriwijaya FC adalah lima dari 18 klub peserta saat itu. Persija, Arema, Persebaya juga terdaftar mengikuti LPI di musim yang sama karena adanya dualisme kepemilikan. Khusus untuk kasus Persebaya, mereka baru mendapat titik cerah pada Kongres PSSI 2017 ini.

Kembali ke LPI 2011-2012, setelah menamatkan satu musim penuh, Semen Padang FC keluar sebagai juara dengan 46 poin, unggul delapan angka atas Persebaya. Raihan itu hampir sempurna dan Semen Padang pun hampir meraih double winner andaikan Semen Padang FC tidak kalah pada final Piala Indonesia dari Persibo Bojonegoro.

Sebagai “hadiah” atas kemenangan Semen Padang FC pada LPI musim 2011-2012, mereka berkesempatan tampil langsung pada babak grup Piala AFC 2013 bersama Persibo Bojonegoro. Laju Semen Padang pada perhelatan tersebut cukup menjanjikan pada fase grup dengan raihan 16 poin, hasil dari lima kemenangan dan satu kali seri. Sayang impian menjadi klub asal Indonesia yang pertama berlaga di semifinal Piala AFC harus terhenti di babak delapan besar oleh East Bengal, India.

Hal lain yang berbeda bagi Semen Padang FC dari saat itu adalah penambahan satu bintang pada lambang kebesaran klub sebagai pengakuan eksistensi peraih gelar liga di Indonesia. Baik ketika berlaga di AFC Cup 2013, Liga Prima Indonesia 2013 yang terhenti di tengah jalan, ISL 2014, TSC 2016, ataupun Piala Jenderal Sudirman ketika Semen Padang FC tampil pada partai puncak namun kalah dari Mitra Kukar FC.

Sepengetahuan saya, tidak ada individu atau kelompok yang memprotes secara resmi penggunaan satu bintang Semen Padang FC pada lambang tim. Hal ini, menurut pendapat saya pribadi, sebagai bentuk pengakuan dan rekonsiliasi dari masa lalu sepakbola Indonesia. Sebuah langkah positif bersama dari seluruh insan sepak bola Indonesia untuk menatap masa depan yang lebih baik tanpa ada perpecahan.

Namun pada saat yang bersamaan, kadang saya merasa iba dengan Semen Padang. Sebagai perantau, saya hampir jarang memiliki kesempatan langsung untuk mendukung Semen Padang FC dari pinggir lapangan dan hanya mendukung melalui doa dan jika memiliki kesempatan bisa menonton pertandingan langsungnya dari layar kaca televisi, komputer, maupun gawai lainnya.

Beruntunglah rekan rekan perantauan seperti saya karena lebih dari dua pertiga pertandingan Semen Padang FC di Indonesia Soccer Championship 2016 disiarkan oleh pemegang hak siar.

Namun sepanjang pertandingan tersebut saya hampir tidak pernah mendengar komentator pertandingan maupun pra dan pasca pertandingan menyinggung tentang status Semen Padang FC sebagai juara Liga Indonesia 2011-2012 dengan segala lebih dan kurangnya. Mereka hanya mengenal Semen Padang FC sebagai tim tangguh dari Sumatera.

Mereka juga hanya mengenal Kabau Sirah sebagai tim yang dipimpin oleh pelatih muda kawakan yang terkenal karena program pengembangan pemain muda, kekompakan tim yang terjaga sangat baik karena telah bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, kesehatan finansial karena dukungan pemilik PT. Semen Padang, didukung oleh suporter setia dan para perantau yang ada di penjuru Indonesia.

Itulah kata-kata manis yang sering saya dengan dari komentator di televisi ketika pertandingan Semen Padang FC mendapat giliran on-air. Hampir tidak pernah rasanya saya mendengar sanjungan Semen Padang FC adalah juara Liga Indonesia pada 2012 dan perempat finalis Piala AFC 2013. Tapi mungkin saya tidak pada posisi mendengarkan ketika komentator menyanjung Semen Padang FC dengan buaian tersebut.

Sebenarnya ke-iba-an saya pada kondisi ini bukan hanya ketika komentator tidak mengulas Semen Padang FC sebagai salah satu dari sedikit juara Liga Indonesia di Bumi Pertiwi ini, tetapi ketika pecinta sepakbola tanah air juga seakan susah untuk mengingat siapakah juara Liga Indonesia yang resmi pada 2012.

Situasi persepakbolaan Indonesia yang saat itu juga bisa dibilang cukup gelap, terdapat dua liga bahkan liga breakaway-nya memiliki nilai prestise lebih tinggi. Salah satu masa kelam sejarah sepak bola Indonesia.

Alhasil, saya hanya bisa berbagi cerita dengan rekan-rekan semua bagaimana perjalanan “Satu Bintang di atas Panji Semen Padang FC” agar kita semua tidak melupakan salah satu bagian dari cerita sejarah sepak bola nasional dan sebagai pengingat bahwa Semen Padang FC siap untuk menjuarai Piala Presiden 2017 dan Liga 1 Indonesia 2017 ini.

foto: @vando_sikumbang

Penulis adalah seorang pegawai yang biasa berkicau di akun Twitter @RArisyadi


Tulisan ini merupakan bagian dari Pesta Bola Indonesia, meramaikan sepakbola Indonesia lewat karya tulis. Isi tulisan dan segala opini dalam tulisan merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Komentar