Aset Diferensial Lebih Penting dari Aset Premium

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Aset Diferensial Lebih Penting dari Aset Premium


Oleh : Afif Muhammad (Akun X : @pip0024)
Editor : Bayu Pramono (Akun X : @bayuprmno)


Perubahan format kompetisi Eropa (Champions League, Europa League & Conference League) menambah beban tim. Biasanya pada fase grup hanya menghadapi enam pertandingan, kini mereka harus menjalani delapan pertandingan. Kehadiran format baru ini tentu menarik bagi para manajer yang bermain fantasy game UEFA dan FPL sekaligus, semakin banyak pertandingan justru semakin seru. Sayangnya, berbagai pemain papan atas seperti Kevin De Bruyne dan Virgil Van Dijk menyuarakan keresahan terkait sistem kompetisi ini.

Keresahan ini tidak hanya menghantui para pemain, tapi juga manajer FPL. Format baru kompetisi Eropa ini berpotensi menyulitkan perolehan poin setidaknya sampai Gameweek 23 (akhir Januari 2025).

Para manajer FPL perlu menyadari bahwa persentase team selected by (TSB) di atas 25% musim ini diisi oleh aset-aset yang masih bermain rutin di kompetisi Eropa dan bisa mendapatkan menit bermain minimal 60 menit. Arsenal memiliki David Raya (GK, 5.6, TSB 32%), Gabriel Magalhaes (DEF, 6.2, TSB 27.2%), William Saliba (DEF, 6.0, TSB 32.2%) dan Bukayo Saka (MID, 10.1, TSB 34.9%) yang tetap masuk starting eleven ketika menghadapi Atalanta dan PSG. Khusus Raya, Gabriel dan Saliba, mereka bahkan tetap bermain full pada dua laga tersebut.

Liverpool memiliki Trent Alexander-Arnold (DEF, 7.1, TSB 31%), Mohamed Salah (MID, 12.7, TSB 39.3%), dan Luis Diaz (MID, 8.1, TSB 34.6%) yang konsisten masuk starting eleven ketika menghadapi Bologna dan AC Milan. Untungnya, Liverpool memiliki kedalaman tim yang lebih baik jika dibandingkan dengan Arsenal. Ketiga pemain tersebut tidak selalu bermain full dalam dua match terakhir di UCL.

Sang Viking dari Manchester City yang menjadi pemilik TSB tertinggi musim ini, Erling Haaland (FWD, 15.4, TSB 73.3%) juga tetap menjadi langganan starting rutin oleh Pep Guardiola. Hal tersebut bisa dimengerti, Manchester City telah kehilangan Julian Alvarez ke Atletico Madrid. Praktis, Haaland pun tanpa saingan. Sehingga Pep Guardiola tentu akan menjaga menit bermain sang robot agar dapat terus fit setiap pertandingan.

DAMPAK JADWAL KOMPETISI EROPA YANG SEMAKIN PADAT

Catatan di atas jadi sumber kekhawatiran para manajer FPL musim ini. Kompetisi Eropa yang diadakan pada midweek setiap dua minggu dengan format baru (yang membuat jumlah pertandingan semakin banyak) membuat interval jadwal istirahat antara kompetisi Eropa dan pertandingan liga domestik semakin pendek. Apa akibatnya?

  • Risiko Cedera Semakin Tinggi

Jumlah pertandingan sistem liga di kompetisi Eropa dari enam pertandingan menjadi delapan pertandingan mengurangi waktu recovery. Dampaknya tentu akan memperbesar kemungkinan para aset untuk menggunakan “BPJS” mereka. Kehadiran sistem ini akan membuat kompetisi Eropa akan terlihat terkutuk seperti kehadiran International Break yang sedang berlangsung saat ini.

  • Waktu Istirahat Semakin Pendek

Jeda pertandingan yang pendek ini adalah masalah serius. Mari kita ambil contoh dari Liverpool. Pada matchday kedua UEFA Champions League melawan Bologna hari Kamis (3/10), pertandingan berakhir pada waktu sekitar 04.00 WIB. Sabtu, mereka harus bertandang ke markas Crystal Palace. Jadwal ini membuat Liverpool punya waktu istirahat kurang dari 48 jam. Kejam.

Kejadian Liverpool hanyalah contoh kecil dan hal ini masih luput untuk disadari oleh manajer FPL. Perlu disadari, tim-tim besar lain yang masih bermain di kompetisi Eropa musim ini akan merasakan hal yang sama seperti yang dialami Liverpool. Para manajer FPL juga tidak boleh cuek terhadap jadwal FA Cup, Carabao Cup serta boxing day di bulan Desember.

  • Menit Bermain

Cepat atau lambat, dampak dari persoalan waktu istirahat diatas adalah limitasi waktu bermain aset-aset krusial yang bermain rutin paling sedikit dua kompetisi. Cukup sulit untuk membayangkan seorang Haaland atau Salah akan bermain rutin dan full di Premier League, Champions League, FA Cup bahkan Carabao Cup.

Musim ini Pandit FPL berkolaborasi dengan Battle Royal FPL Indonesia (BRFI) menjadi liga FPL paling prestisius. Liga ini sangat unik sebab mengakomodasi pemain untuk bermain sebagai tim, bukan individu. BRFI musim ini hadir dengan empat liga (Liga 1, Liga 2, Liga 3, dan Liga 4). Di akhir musim pemenang Liga 1 akan mendapatkan piala yang ditargetkan menjadi piala bergilir dan medali untuk setiap pemain. Sementara Liga 2 hingga Liga 4 akan mendapatkan plakat.

JANGAN TAKUT PAKE ASET DIFERENSIAL

Peningkatan intensitas kompetisi, memaksa manajer beradaptasi. Kita perlu membiasakan dan memberanikan diri untuk menggunakan aset-aset diferensial. Interpretasi terkait aset diferensial sebenarnya bermacam-macam, ada yang mengatakan suatu aset yang berasal dari klub papan tengah atau bawah sudah dapat dikatakan sebagai diferensial, ada juga yang menganggap aset diferensial adalah aset-aset dengan TSB dibawah 15% atau 10%.

Menemukan aset-aset diferensial ini juga bukan perkara mudah walaupun harga-harga mereka cenderung lebih murah daripada aset-aset premium dan menjadi langganan pilihan para manajer. Istilah “ada harga, ada kualitas” juga tetap berlaku dalam FPL. Pada umumnya, manajer FPL memiliki sekitar 2-4 aset diferensial dalam skuadnya. Apa saja pentingnya aset diferensial?

  • Berfungsi Sebagai Enabler

Istilah enabler dalam FPL dapat diartikan sebagai aset-aset yang kehadirannya dalam tim hanya sebagai pelengkap. Namun yang masih terlewatkan oleh beberapa manajer adalah aset enabler yang dimasukkan ke dalam skuad adalah aset-aset yang berharga murah namun tidak mendapatkan menit bermain sama sekali. Enabler yang baik bukanlah hanya berharga murah, tapi juga kehadirannya mampu mendongkrak poin tim. Meskipun bisa saja hanya menghasilkan 1-2 poin saja tetapi tetap mampu menolong untuk mendongkrak perolehan poin.

  • Peningkatan Team Value

Harga aset bersifat fluktuatif tergantung dari performanya di lapangan. Penjelasan terkait naik turun harga aset bisa dibaca pada artikel sebelumnya. Konteks ini penting sebab jika kita memiliki aset murah ternyata mendulang banyak poin, bukan hanya TSB nya bisa meningkat dua kali lipat namun juga harganya bisa mencapai 6.0 - 6.5. Jjika kita menjualnya di harga tersebut, kita akan mendapat keuntungan sekitar 0.5. Keuntungan ini lah yang meningkatkan team value. Peningkatan team value dari 100.0 menjadi 101.0 menjadi keuntungan yang signifikan sebab “modal” kita lebih tinggi dibanding manajer lain.

  • Menjaga Kestabilan Poin & Menjadi Penentu Panah Hijau

Aset-aset diferensial bisa menolong kita dari ancaman panah merah. Kita tidak bisa terus mengharapkan pemain-pemain seperti Haaland, Salah, Saka atau Palmer memberikan point return sehingga peran aset diferensial dibutuhkan. Jika anda memberikan ban kapten kepada aset-aset sejuta umat kemudian tidak berhasil memberikan point return tapi masih memberikan panah hijau, artinya aset-aset diferensial anda berhasil memberikan point return dan menyelamatkan skuadnya dari ancaman panah merah.

Dalam suatu permainan sepakbola, keberhasilan suatu tim tidak hanya ditentukan oleh gaya bermain satu orang saja. Tetap ada 10 orang lain yang berperan besar dalam keberhasilan tersebut. FPL pun memiliki mindset yang sama, kita tidak bisa terus mengharapkan aset-aset premium yang memberikan panah hijau. Peran aset-aset diferensial dibutuhkan bukan hanya sebagai pelengkap, namun sebagai penyelamat skuad.

Salam Panah Hijau!

Komentar