Ide Brilian Untuk Memanfaatkan Stadion Piala Dunia dari Dua Arsitek Prancis

Dua orang arsitek asal Prancis memberikan satu ide menarik tentang bagaimana stadion-stadion yang dibangun untuk pergelaran Piala Dunia dimanfaatkan setelah turnamen akbar itu selesai dilaksanakan. Sylvain Macaux dan Axel De Stampa mengusulkan untuk merubah fungsi stadion sepakbola menjadi rumah susun bagi orang-orang kurang mampu di Brasil. Usul ini sekaligus menjawab isu soal kemiskinan yang masih banyak terjadi di Brasil.

Untuk menggelar Piala Dunia 2014, Brasil menggelontorkan dana mencapai $4 miliar dalam pembangunan 12 stadion. Dan setelah turnamen tersebut selesai, beberapa stadion tidak jelas nasibnya akan digunakan untuk apa. Padahal untuk stadion Arena De Amazonia di Manaus saja membutuhkan biaya setidaknya $250.000 per bulan untuk perawatan. Angka ini merupakan angka yang sangat besar jika bangunan megah ini tidak bisa menghasilkan profit setiap bulannya.

Jerman dan Prancis yang juga sempat menggelar Piala Dunia pada tahun 1998 dan 2006 lalu, menggunakan stadion-stadion yang dibangun untuk gelaran Piala Dunia untuk kegiatan sepakbola lokal di negara masing-masing. Sedangkan Amerika Serikat yang menyelenggarakan Piala Dunia pada tahun 1994 langsung membuat stadion multifungsi dengan olahraga American Football yang lebih populer disana. Dengan begitu stadion yang telah mereka bangun akan terus bisa dimanfaatkan.

Brasil sebenarnya juga bisa mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh ketiga negara tersebut. Namun sayangnya tidak kota tempat stadion Piala Dunia 2014 dibangun memiliki klub sepakbola yang siap menggunakan stadion tersebut. 4 dari 12 stadion yang dibangun untuk Piala Dunia 2014 berada di kota yang tidak memiliki klub besar di Liga Brasil.

Keempat stadion itu adalah Arena Das Unas di Natal, Arena De Amazonia di Manaus, National Stadium di Brasilia, dan Arena Pantanal di Cuaiba. Pada keempat stadion inilah usul dari dua orang arsitek Prancis ini sangat relevan untuk direalisasikan.

“Kami mendengar dari banyak sumber soal protes yang berlangsung di Brasil selama penyelenggaraan Piala Dunia. Mereka berteriak soal uang yang dibuang-buang dalam penyelenggaraan Piala Dunia,” kata Macaux dalam sebuah wawancara. “Kami mencoba menjawab isu tersebut dengan konsep yang kami bawa,” tambahnya.

Sempat juga beredar usulan dari kalangan hakim di Brasil untuk merubah stadion menjadi penjara di masing-masing kota. Namun Macaux menilai mereka memiliki usul yang lebih positif dan menjawab permasalahan yang sedang dihadapi Brasil.

Dengan proyek ini, akan dibuat 1000-2000 unit rumah yang bisa ditampung oleh masing-masing stadion. Setiap rumah akan berukuran 105 m², dimana ukuran ini sudah melebihi standar minimal yang ditetapkan oleh pemerintah Brasil. Dengan begitu rumah ini akan sangat layak untuk ditinggalkan.

“Proyek akan berlandaskan pembangunan modular pre-fabricated houses”, kata Axel De Stampa. “Jadi kita cukup melakukan implantasi rumah-rumah tersebut ke dalam stadion,” lanjutnya.

Namun kedua arsitek ini juga mengakui bahwa proyek ini bisa dikatakan cukup ambisius. Masih dibutuhkan beberapa riset tambahan jika memang pemerintah Brasil ingin serius menjalankan proyek ini. Meski mereka juga yakin bahwa usulan mereka sangat mungkin untuk diimplementasikan, bahkan untuk ke 12 stadion jika pemerintah Brasil mau.

“Kami yakin proyek ini sangat mungkin direalisasikan untuk seluruh stadion,” kata Stampa. “Kita tinggal mengurangi beberapa kursi dan sehingga kapasitas stadion akan berkurang,” lanjutnya. Mereka juga mengatakan mungkin tidak akan masalah bagi masyarakat Brasil yang sangat mencintai sepakbola untuk tinggal di dalam stadion yang menggelar pertandingan sepakbola. Mereka bisa menyaksikan pertandingan tim kesayangan mereka dari dalam rumah mereka sendiri.

Memang ide ini masih ide mentah yang membutuhkan banyak penyempurnaan hingga bisa direalisasikan. Namun sepertinya ide ini bukan ide yang buruk untuk bisa dipertimbangkan oleh pemerintah Brasil.

  

(abi)