Sudah lebih dari satu abad, penonton sepakbola berevolusi dari suporter loyal menjadi pelanggan yang menuntut ini-itu. Perlakuan suporter sebagai customer ini sangat marak dan banyak sekali contohnya jika kita sudah membicarakan hubungannya dengan stadion.
Bagi banyak orang, terutama suporter, stadion adalah sebuah rumah. Rumah milik kesebelasan yang mereka bela mati-matian. Begitupun saat bertandang, stadion lawan menjadi saat suporter untuk bertamu ke rumah lawan.
Bagi setiap kesebelasan sepakbola, pengelolaan stadion adalah hal yang sangat penting. Kini suporter bisa menuntut banyak hal, mulai dari tempat duduk, kenyamanan, akses yang mudah, sampai kepada satu hal yang akan kami bahas, yaitu toilet.
Jika Anda adalah suporter yang sudah berpengalaman berlalu-lalang melintang dari stadion ke stadion, maka kami akan bertanya: Bagaimana kondisi toilet di stadion tersebut?
Jawabannya seharusnya berbeda-beda, tapi kami berani berhipotesis jika stadion di Indonesia memiliki toilet yang jorok. Saya sebagai penulis, beberapa kali lebih rela menahan buang air kecil saja daripada harus melakukannya di toilet stadion yang bau dan jorok.
Tapi tahukan Anda? Sebenarnya masalah toilet ini sudah dibahas secara detail dan mendalam dalam standar FIFA dalam membangun stadion. Atau kalaupun tidak mengikuti standar FIFA, sebagai lulusan mahasiswa S1 arsitektur saya juga bisa mendapatkan banyak standar toilet dari standar internasional seperti Neufert atau standar-standar dari dalam negeri.
Berbicara standar toilet, memang bukan hanya fisik perabot toiletnya saja seperti WC, urinoir (tempat buang air kecil berdiri), wastafel, dan lain-lain, tapi sistem sanitasi, peletakan, jumlah ruangan, sampai perawatan juga diatur.
Jika melihat standar FIFA saja yang diatur dalam �"Football stadiums: technical recommendations and requiements�", subjek tentang toilet dibahas sampai setidaknya 11 kali. Mari kita bahas satu per satu.
Akses
Pertama, akses toilet memiliki standarnya sendiri. Jika kita pergi ke pusat perbelanjaan atau fasilitas umum lainnya, pertanyaan seperti �"Toilet dimana ya, Mas?�" sering kita lontarkan kepada orang sekitar maupun satpam yang sedang berjaga.
Tapi hal ini harus dihindari jika sudah membicarakan stadion.
Bayangkan stadion berkapasitas 20.000 penonton (masih kategori rendah), setidaknya mungkin ada sepertiganya yang ingin pergi ke toilet. Maka diusahakan penonton tak perlu lagi bertanya, melainkan langsung mengetahui dimana letak toilet berada.
Signage atau tanda harus terpampang dengan jelas, akses juga harus mudah, artinya bisa terjangkau oleh seluruh penonton. Letaknya juga diatur untuk tidak berada di dekat pintu masuk atau keluar agar aliran penonton tidak terganggu (tidak menciptakan kemacetan manusia).
Sebagai jalur akses, pintu juga harus lebar, setidaknya dua orang bisa melalui satu pintu, biasanya memiliki lebar 90 centimeter. Namun jika memungkinkan, akses satu arah (dengan pintu masuk dan keluar yang berbeda) akan sangat baik.
Kualitas
Pada prinsipnya, setiap toilet harus menyediakan air bersih yang cukup (jangan sampai air cepat habis) dan pengering seperti tissue maupun hand dryer, tak terkecuali untuk stadion juga.
Area toilet juga harus terang, bersih, dan higienis, serta kondisi ini harus tetap dijaga, apalagi jika ada pertandingan atau acara lain yang sedang berlangsung.
Keperluan toilet dalam menjamin fasilitas komunitas yang berkualitas juga harus diperhatikan, karena saat ini penggunaan toilet bukan hanya untuk buang air kecil atau buang air besar, tetapi juga untuk keperluan remeh seperti sekedar mencuci tangan.
Kualitas dan kebersihan toilet yang terjaga secara langsung akan berdampak pada kesehatan dan sosial. Fasilitas yang jorok seringkali mendorong kebiasaan anti-sosial yang tinggi seperti membuang sampah sembarangan, dan bahkan dalam kasus ini: kencing sembarangan.
Beberapa kisah stadion dari tanah air:
Presiden dan Sepakbola Indonesia: Membangun Kejayaan Lewat Sebuah Stadion
6 Alasan Kenapa Anda Masih Harus Menonton Sepakbola Indonesia di Stadion
Stadion Utama Riau: AntaraEuforia, Uang, dan Kekuasaan
Di Bawah Lindungan Stadion
Keheningan di Soreang
Jenis toilet
Meskipun kita bisa mengasumsikan bahwa kebanyakan penonton sepakbola adalah pria, jumlah fasilitas toilet untuk pria maupun wanita harus disesuaikan. Bahkan toliet untuk mereka yang difable juga harus tersedia.
Faktanya juga wanita menggunakan toilet lebih lama daripada pria, sehingga ketersediaan toilet wanita yang mencukupi akan menghindari kemacetan manusia (silakan kembali ke pembahasan �"Akses�" di atas).
Khusus untuk cuci tangan, toilet pria dan wanita bisa saja disatukan. Tapi ini tidak direkomendasikan.
Jumlah
Rekomendasi minimal untuk WC adalah 20 untuk setiap 1.000 penonton wanita, dan 7 wastafel untuk setiap 1.000 penonton wanita.
Sementara untuk penonton pria, harus ada 15 WC dan/atau urinoir dan 5 wastafel untuk setiap 1.000 penonton pria. Pada dasarnya juga, ada standar perbandingan satu banding tiga untuk WC dan urinoir.
Jumlah ini akan sangat berubah jika kita sudah membicarakan fasilitas VIP maupun VVIP. Secara jelas, toilet VIP dan VVIP juga harus dipisahkan, apalagi tentunya jangan sampai disatukan dengan penonton jenis biasa. Standar toilet untuk VIP dan VVIP sama-sama satu WC dan/atau urinoir dan satu wastafel untuk setiap penonton VIP dan VVIP, baik pria maupun wanita.
Kemudian untuk penonton difable, satu ruangan toilet privat dengan satu WC dan wastafel dalam satu ruangan harus tersedia untuk setiap 5.000 penonton.
Toilet untuk pemain dan ofisial
Meskipun stadion sepakbola kebanyakan diisi oleh penonton, pemain dan ofisial juga membutuhkan toilet mereka sendiri. Sudah menjadi prinsip bahwa toilet maupun area lainnya bagi pemain/ofisial dan penonton jangan sampai bercampur.
Tapi, berbeda dengan toilet untuk penonton, toilet untuk pemain dan ofisial (panitia maupun wasit) disatukan dengan ruang ganti. Standar untuk ruang ganti, meskipun tidak semua dari kita bisa menilainya, rencananya akan kami bahas dalam tulisan yang berbeda.
Fakta menarik tentang toilet
- Sebagai salah satu stadion terbesar di dunia, Wembley Stadium memiliki 2.618 toilet. Jumlah ini memecahkan rekor satu bangunan dengan toilet terbanyak, bukan hanya tipe stadion olahraga.
- Meskipun bukan di stadion sepakbola, tapi ketika reporter BBC, Steve Rosenberg, pergi untuk menggunakan kamar mandi pusat ski di Olimpiade Musim Dingin di Sochi, Rusia, ia menemukan dua toilet dalam satu ruangan.
Toilet di stadion tanah air
Setelah kita membahas standar toilet untuk stadion sepakbola di atas, sekarang kita bisa menilai bagaimana akses, kualitas, jenis, dan ketersediaan toilet di stadion di Indonesia.
Tentunya masing-masing stadion akan berbeda. Namun, jika kami boleh mengansumsikan dan menggeneralisasi saja, kebanyakan toilet di Indonesia tidak sesuai standar.
Jangankan untuk stadion yang tingkat berkunjungnya rendah (mungkin hanya seminggu dua kali meskipun dalam jumlah yang besar), untuk pusat perbelanjaan, stasiun, atau terminal saja banyak yang tidak memenuhi standar toilet.
Kemudian jika kita kembali pada pernyataan, �"Fasilitas yang jorok seringkali mendorong kebiasaan anti-sosial yang tinggi seperti membuang sampah sembarangan, dan bahkan dalam kasus ini: kencing sembarangan�", maka jangan heran sikap anti-sosial yang tinggi juga sering ditunjukkan oleh suporter Indonesia.
Pada titik tertentu, kondisi toilet memang mencerminkan cara bersikap sebuah bangsa. Kocak memang, tapi kami tidak bangga dengan yang satu ini.
Beberapa kisah stadion dari luar negeri:
Tujuh Hal yang Dibenci Fans Inggris di Stadion
Ide Brilian untuk Memanfaatkan Stadion Piala Dunia dari Dua Arsitek Prancis
Stadion Bertenaga Surya Pertama di Dunia
Kursi Stadion Abbey Membuat Pantat Van Gaal Gatal
Komentar