Terkadang, seseorang tetap meminum bir dalam kondisi seburuk apapun karena kadung menyukainya. Hal itulah yang membuat minuman berbuih itu sungguh istimewa. Di Jerman sana, bir adalah penyaji keriangan di saat kecewa. Seperti yang pernah dilakukan Borussia Dortmund pada musim lalu. Mereka menghibur para pendukung yang kecewa karena rentetan buruk Dortmund, dengan cara menyajikan bir untuk para pendukungnya.
Bir tidak hanya akrab dengan mulut, lidah dan tenggorokan, namun bersahabat baik juga dengan dada, terutama pada seragam kesebelasan sepakbola. Begitu banyak seragam kesebelasan sepakbola yang memakai dan mencantumkan merk bir sebagai sponsor, seperti Everton yang masih akrab dengan Chang (bir dari Thailand) di dada seragam mereka.
Tentu saja para pemerhati Serie-A mengingat apa yang dilakukan Massimo Macarone, penyerang Empoli, pada pertengahan Desember 2015. Saat itu ia mencetak dua gol yang mengantarkan kemenangan Empoli ketika mengalahkan tuan rumah Bologna dengan skor 3-2. Kemudian, Maccarone merayakan gol pertama sekaligus pembalik kedudukan menjadi 2-1 dengan cara meminum bir. Ia berlari ke arah tribun penonton dan meminum segelas bir yang digenggam seorang pria di tribun Renato Dall'Ara.
Baca juga: Massimo Maccarone, Andalan Empoli Masa Kini, Masa Lalu dan Masa yang Akan Datang.
Beberapa berpendapat jika perayaan Maccarone itu cenderung aneh. Tapi ada teori yang lebih aneh lagi dari Luca Gatteschi, ahli gizi dan Dokter Kesebelasan Negara Italia. Ia menganggap jika meminum bir merupakan konsumsi yang baik bagi pesepakbola. Justru Gatteschi menyarankan agar pesepakbola harus meluangkan waktunya untuk meminum bir. Menurutnya, asupan bir bisa menjadi hal positif untuk tubuh. Sebab, bir memiliki kandungan gizi yang lebih lengkap daripada suplemen energi lainnya.
Maka dari itu, ia mempertanyakan mengapa mayoritas klub tidak memperbolehkan asupan bir ketika masa istirahat. "Bir lebih jauh dari hanya mengurangi stres. Memiliki efek positif karena jumlah gula yang lebih rendah, sebagian besar magnesium, fosfor, kalsium dan B kompleks. Bir lebih efektif daripada suplemen energi lainnya karena lebih komprehensif dan membantunya dengan rehidrasi," terang Gatteschi seperti dikutip dari Gazzetta World.
Lantas, apakah kita boleh meminum bir sebanyak mungkin sampai tak sadarkan diri? Tentu saja situasi seperti itu tidak diperkenankan. Rupanya mengonsumsi bir yang baik ada takarannya. Pesepakbola disarankan agar meminum bir dengan kandungan alkohol yang terbatas. Kadar alkohol dalam bir yang boleh dikonsumsi tidak lebih dari tiga atau empat persen. Tentu saja meminum kadar alkokol tiga atau empat persen pun tidak boleh terlalu banyak.
Baca juga: Dampak Buruk Alkohol Bagi Atlet.
Penelitian Gatteschi menjelaskan jika konsumsi bir untuk pesepakbola, hanya boleh meminum takaran 330 ml yang dikemas di kaleng maupun botol. Tapi, pesepakbola pria tidak boleh mengonsumsinya lebih dari dua kaleng atau botol per harinya. Sementara wanita hanya diperbolehkan paling banyak satu kaleng atau botol 330 ml per harinya.
Jadi, bukan berarti pesepakbola harus meminum bir sampai mabuk sebelum pertandingan, seperti yang pernah dilakukan Scott Brown, kapten Celtic. Pasalnya, bir dianjurkan hanya sebatas suplemen untuk pesepakbola. Selain itu, Gatteschi mengatakan bir itu baik untuk penderita diabetes atau penyakit jantung.
"Rahasianya terletak pada biji-bijian atau bunga hop. Yang terakhir memiliki sifat anti oksidan dan ada beberapa karya ilimah yang memonitor efek neuroprotektif dari zat yang hadir di dalam hop," jelas Gatteschi lebih lanjut.
Jadi apakah teori bir bagus untuk pesepakbola itu benar? Mungkin hal itu bisa sah-sah saja jika mengikuti takaran konsumsinya. Sebab bir disarankan terbatas hanya untuk memenuhi suplemen tubuh saja. Lalu bagaimana bagi pesepakbola yang tidak meminum bir? Maka lebih baik mengonsumsi suplemen makanan seperti biasanya.
Tapi ingat, dalam Islam, semanfaat apapun bir, sesuatu yang dianggap khamr itu haram, ya!
Sumber lain: Daily Mail, Gazzette Live, Metro.
Komentar