Kita bisa menemukan adanya pertandingan sepakbola setiap harinya. Tapi tidak semuanya memiliki tingkat kepentingan yang sama. Salah satu momen ketika sepakbola sedang tidak penting-pentingnya, biasanya akan hadir saat pra-musim.
Pada kenyataannya, sebelum musim sepakbola dimulai, semua kesebelasan harus menyiapkan pemain mereka melalui program pra-musim yang baik dan benar. Hal ini membuat pra-musim tidak bisa dianggap remeh, tapi juga jangan sebaliknya, dianggap terlalu penting, apalagi jika kita membicarakan pra-musim di Indonesia.
Semua pihak, mulai dari pemain, manajer, staf pelatih, dan juga tentunya suporter sepakbola, merasakan arti penting pra-musim. Mereka semua dituntut untuk kembali siap bekerja secara profesional, bukan hanya fisik, tetapi juga mental mereka.
Semua merasakan manfaat pra-musim, dari mulai pemain sampai suporter
Pertama dan paling utama, pemain sepakbola dituntut kebugaran fisik dan mental mereka. Di saat mereka melepas penat pada masa liburan, masa pra-musim menjadi sangat krusial untuk mengembalikan itu semua.
Sebenarnya pemain profesional akan bersikap profesional di mana pun dan kapan pun. Mereka akan terus berusaha menjaga bentuk fisik dan mental terbaik mereka selama liburan sekalipun.
Namun tetap saja, pada pekan-pekan pertama pra-musim akan banyak dilalui dengan latihan fisik dan kebugaran yang seringnya membosankan. Meski demikian, latihan ini adalah hal paling pokok ketika menjelang musim yang baru.
Bukan hanya pemain, tapi pra-musim adalah waktu bagi para manajer atau pelatih kepala untuk memulai pekerjaan mereka yang berkaitan dengan aspek taktik persiapan musim baru, serta transaksi pemain di bursa transfer.
Namun, pada saat seperti ini, manajer atau pelatih kepala biasanya banyak menyerahkan sesi latihan kepada pelatih kebugaran. Mereka adalah orang yang paling mengerti tentang menyiapkan fisik dan mental atlet mereka.
Tidak heran, pra-musim merupakan waktu di mana cedera bisa menjadi masalah. Studi sepakbola serta olahraga lainnya menunjukkan bahwa atlet cenderung lebih rentan terhadap cedera selama pra-musim daripada waktu lain sepanjang musim. Hal ini terjadi karena kondisi fisik atlet saat pra-musim belum sepenuhnya siap.
Pra-musim sekarang bukan hanya untuk pemain, manajer, dan pelatih saja. Hal ini terjadi akibat dunia yang semakin modern, yang membuat pra-musim bukan hanya fokus kepada fisik, mental, dan taktik, tetapi juga bisnis dan hiburan.
Di sini lah suporter ikut terlibat dan berperan, tak terkecuali dengan Indonesia di mana kita, penonton di Indonesia, akan disuguhi oleh turnamen pra-musim dari awal Januari hingga melewati pertengahan Februari 2018, dari mulai Suramadu Super Cup, Boost SportsFix Super Cup, (terutama) Piala Presiden, PSM Makassar Supercup Asia, Piala Gubernur Kaltim, dan masih banyak lagi.
Baca selengkapnya: Peran pra-musim bagi berbagai pihak di sepakbola
Sebelum musim penuh (full season) liga-liga dari seluruh divisi di Indonesia akan bergulir pada 24 Februari 2018 (masih perkiraan, hampir pasti mundur... biasanya), kita mendapatkan sebuah pertanyaan: apakah pra-musim seperti ini, yaitu dengan turnamen, merupakan pra-musim yang baik dan benar?
Pra-musim yang baik: 4 kali latihan, 1 kali pertandingan
Turnamen pra-musim seperti Piala Presiden sudah mulai menjadi agenda tahunan di Indonesia. Namun sebenarnya, kesebelasan di Indonesia jangan hanya mengandalkan pra-musim yang bertajuk turnamen, apa pun namanya, siapa pun sponsornya, bagaimana pun formatnya, dan berapa pun hadiahnya.
Menurut banyak penelitian, kesebelasan harus sudah menyiapkan skuat mereka setidaknya enam pekan sebelum pertandingan pertama musim resmi dimulai. Persiapan yang lebih lama dari itu sebenarnya akan semakin baik, apalagi jika dilakukan di altitud tinggi seperti Austria.
Jadi, jangan juga kemudian menjadikan jadwal liga yang pasti molor sebagai alasan pra-musim juga harus molor.
Dalam sekitar enam pekan ini, para pemain akan dicekoki dengan latihan fisik, latihan fisik, latihan fisik, dan latihan fisik, ditambah sedikit pertandingan. Perbandingan antara latihan dengan pertandingan adalah, seperti yang tertulis di atas, 4:1 (tidak menghitung istirahat). Sungguh melelahkan.
Jika diaplikasikan dalam gim Football Manager, setting-an intensitas latihan saat pra-musim memiliki status “Very high”. Memang seperti itu kenyataannya.
Agenda pra-musim akan berpengaruh pada penampilan kesebelasan saat musim dimulai sampai berakhir. Hal ini juga berlaku untuk jeda tengah musim. Oleh karena itu, ada beberapa kesebelasan yang mengalami penurunan atau penaikan penampilan setelah jeda tengah musim (misalnya winter break di liga-liga Eropa).
Kemudian bagaimana dengan turnamen-turnamen pra-musim di Indonesia? Apakah sudah sesuai dengan perbandingan 4:1 di atas?
Contoh yang paling baik untuk diambil adalah Piala Presiden, karena melibatkan seluruh kesebelasan (18) Liga 1 dan dua kesebelasan Liga 2. Pada fase grup turnamen ini, satu kesebelasan bermain sebanyak tiga kali dalam rentang waktu 10 hari.
Misalnya Persib Bandung, mereka dijadwalkan bermain pada 16 Januari, kemudian istirahat pada 17-20 Januari (empat hari), dan bermain kembali pada 21 Januari. Artinya, jika tidak menghitung hari istirahat (seharusnya memang begitu pada saat pra-musim), kita akan mendapatkan empat banding satu untuk latihan banding pertandingan. Cocok.
Baca juga: Laga Klasik Meramaikan Persaingan di Babak Penyisihan Piala Presiden 2018
Kemudian kita mungkin akan keheranan. Bagaimana kesebelasan bisa menampilkan penampilan yang baik jika tidak ada hari istirahat?
Bertanding untuk kebugaran, bukan untuk kemenangan
Pada saat pra-musim, hasil memang sebaiknya tidak dikedepankan, melainkan proses. Sepakbola mengalami prosesnya pada latihan dan pertandingan. Tidak heran, pada setiap pertandingan, hampir selalu ada satu kesebelasan yang memainkan 20-22 pemain.
Sebenarnya tergantung peraturan yang diadopsi. Tapi biasanya, pertandingan bahkan turnamen pra-musim, seperti International Champions Cup, akan mengadopsi status pertandingan sebagai pertandingan persahabatan (friendly), sehingga tidak akan ada pembatasan jumlah pergantian pemain.
Menurut penelitian, setiap pemain sepakbola idealnya bermain dalam 45 menit (dari 90 menit) pertandingan saat pra-musim. Karena biar bagaimanapun, memainkan pertandingan sepakbola adalah cara terbaik untuk menjaga kebugaran pemain.
“Sepuluh hari pertama biasanya hanya berlari dan sedikit olah bola, tapi kemudian kami akan cepat memainkan pertandingan persahabatan pra-musim,” kata Nathan Redmond, dikutip dari The Telegraph. “Kami biasanya bertanding pada Selasa dan Jumat. Kamu mencoba bermain 45 menit dengan baik dan kemudian kamu akan langsung berlatih keesokan harinya.”
Selain mendapatkan match fitness, memainkan pertandingan juga akan membuat pemain menjadi familier dengan taktik serta meningkatkan moral mereka. Semakin banyak pertandingan pra-musim, maka akan semakin banyak persiapan pra-musim yang terkonsentrasi kepada persiapan pertandingan. Hal ini bisa menjadi baik maupun buruk.
Namun memang pada intinya semuanya kembali ke pertanyaan, seberapa serius kesebelasan akan bermain pada pra-musim? Apakah mereka akan bermain laiknya musim sepakbola sungguhan, atau memang hanya “pemanasan”?
Potensi salah kaprah pra-musim di Indonesia melalui perspektif suporter dan penggunaan istilah “turnamen”
Jika ditinjau dari sains olahraga, saat ini adalah saat yang tepat untuk melakukan pra-musim di Indonesia; serta salah satu turnamen seperti Piala Presiden juga memenuhi rekomendasi yang baik dan benar untuk pra-musim: 4 kali latihan, 1 kali pertandingan; dan seterusnya.
Saya pribadi melihat positif atau negatifnya penyelenggaraan Piala Presiden sebenarnya tergantung kepada kita, yaitu suporter. Sebaiknya suporter tidak terlalu berekspektasi tinggi dengan penampilan kesebelasannya.
Baca juga: Piala Presiden Sebagai Penyelamat Gairah Sepakbola Indonesia di Periode Kelam
Jika kesebelasannya memang hanya bisa bermain tiga kali (ilustrasi tersingkir dari fase grup Piala Presiden), maka terima saja. Sebaliknya, setelah itu justru pihak kesebelasan harus langsung mengatur kembali jadwal latihan dan pertandingan persahabatan agar para pemain, manajer, staf pelatih, dan suporter tidak “terlena” dan merasa seperti liburan lagi, padahal musim yang sesungguhnya baru akan dimulai.
Namun hal ini bisa saja ternodai karena kepentingan bisnis, pemasaran, dan finansial, misalnya jika kita melihat hadiah Piala Presiden (sebagai contoh: uang tunai Rp 3 miliar untuk juara Piala Presiden tahun lalu), hal itu berpotensi mencederai niat mulia dari pra-musim itu sendiri.
Beberapa kesebelasan mungkin berniat mengincar hadiah tersebut, yang sebenarnya tidak ada salahnya juga. Hanya saja memang mereka kemungkinan berpotensi tidak bisa mendapatkan manfaat pra-musim yang baik dan benar, yaitu fisik, mental, dan taktik.
Tiga hal tersebut –fisik, mental, dan taktik– adalah hal yang sangat mahal di sepakbola; lebih mahal daripada uang, hiburan, atau gengsi semata.
Jadi, untuk kesebelasan Indonesia, selamat melakukan pra-musim dengan baik dan benar. Kemudian untuk kita sebagai suporter atau penonton, jangan sampai kita menodai pra-musim hanya karena kita ingin kesebelasan yang kita dukung menang dan menjadi juara; karena kemenangan dan juara bukan inti dari pra-musim.
Pra-musim yang dibuat “turnamen” bergengsi: mungkin itu akar masalah sepakbola kita yang terjadi setiap tahunnya.
Referensi jurnal penelitian:
- Brito, J., Rebelo, A., Soares, J.M., Seabra, A., Krustrup, P., Malina, R.M. (2011) Injuries in youth soccer during the pre-season, Clinical Journal of Sports Medicine, 21:259-260.
- Brughelli, M., Mendiguchia, J., Nosaka, K., Idoate, F., Los Arcos, A., Cronin, J. (2010) Effects of eccentric exercise on optimum length of the knee flexors and extensors during the preseason in professional soccer players, Physical Therapy in Sport, 11 (2010) 50–55.
- De A Nogueiraa, F.C., De Freitasb, V.H., Nogueiraa, R.A., Miloskic, B., Werneckd, F.Z., Bara-Filhoa, M.G. (2016) Improvement of physical performance, hormonal profile,recovery-stress balance and increase of muscle damage in a specificfutsal pre-season planning. Revista Andaluza Medicina del Deporte. https://dx.doi.org/10.1016/j.ramd.2015.11.008
Tulisan ini mengalami beberapa perubahan seperlunya dari artikel berjudul “Piala Presiden dan Harapan Akan Pramusim yang Baik dan Benar” yang pernah naik di About the Game, Februari 2017.
Komentar