Font size:
Luca Toni dan Mauro Icardi musim ini resmi dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak di Serie A dengan raihan 22 gol. Kedua pemain ini pun secara bersamaan menciptakan rekor di masing-masing kategorinya. Toni menjadi top skor tertua sepanjang masa di Serie A dengan usaia 38 tahun dan Icardi menjadi top skor termuda di Serie A sepanjang masa dengan usia 21 tahun.
Secara logika kita bisa memahami mengapa Icardi turut menjadi top skor di musim ini. Alasan sederhanannya ia masih muda dan mempunyai tenaga yang lebih segar. Lalu bagaimana dengan Toni yang bisa sudah tua dan secara logika seharunya ia akan mengalami penurunan stamina. Tap nyatanya ia mampu bertengger sebagai peraih top skor Serie A musim ini. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “tua” tidak serta merta diartikan sebagai kata sifat yang mengecilkan kemampuan. Justru kata “tua” bisa merujuk kepada sesuatu makna sebagai orang yang berpengalaman, serta dapat memperbesar suatu nilai atau mutu jika merujuk ke suatu benda. Seperti barang antik. Namun, "tua" pada pemain sepakbola tentu tidak seperti "tua" pada suatu barang yang semakin lama semakin antik dan bernilai. "Tua" pada pemain sepakbola akan membuat penurunan performa akibat kondisi tubuh yang sudah tidak prima. Apalagi sepakbola adalah permainan yang sangat membutuhkan stamina. Kondisi tubuh yang tidak ideal tentu akan mengganggu performa pemain sepakbola. Lalu, bagaiman Toni dapat tetap mempertahankan performanya dalam kondisi tubuh yang sudah tidak ideal lagi? Tentu ini ada pengaruh dari gaya kesebelasan-kesebelasan di Italia dalam bermain. Ditambah lagi Toni merupakan orang yang berdarah Italia, besar di Italia, dan tentunya dibesarkan oleh sepakbola Italia. Toni pun tak salah jika dikatakan sebagai orang yang berpengalaman dalam mencetak gol di Italia. Cara Hellas Verona Membuat Toni Tetap Hidup Ini adalah bagian yang menarik. Hellas Verona tidak memainkan Luca Toni bermain secara dinamis. Andrea Mandorlini, pelatih Hellas Verona, meletakan Toni sebagai target-man yang jelas dalam formasi dasar 4-3-3 miliknya. Peran ini membuat Toni tidak perlu banyak bergerak. Ia hanya perlu berada di posisi yang tepat, untuk menjadi sasaran operan rekan-rekannya. Bahkan dalam bertahan, Toni hanya berada di area tengah lapangan. Ia akan berada paling depan pada formasi 4-1-4-1, ketika Verona dalam kondisi ditekan oleh lawan. Dan setiap kali dia mendapat bola, hal pertama yang akan dilakukan dengan memberikan bola ke sisi lapangan. Permainan pun akan menjadi melebar, sehingga Toni perlahan dapat bergerak ke depan menuju area pertahanan lawan. Cara seperti itulah yang membuat Toni kembali hidup di usia tuanya ketimbang saat ia dipinjam oleh Juventus. Sebab, saat di Juventus ketika masih dilatih oleh Conte, Toni dituntut untuk bergerak lebih dinamis. Ia tidak boleh sekedar menunggu di depan. Toni juga dituntut harus mampu membuka ruang untuk lini kedua masuk ke area pertahanan lawan. Umpan silang yang diberikan kepadanya pun sangat minim.
