Lucas Digne, Reuni dengan García, dan Jawaban Kebutuhan Taktik AS Roma

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Lucas Digne, Reuni dengan García, dan Jawaban Kebutuhan Taktik AS Roma

Alessandro Florenzi kini bisa bernafas lega. Direkrutnya Lucas Digne dari Paris Saint-Germain membuat Florenzi bisa kembali menempati pos naturalnya sebagai penyerang. Sebelumnya Pelatih AS Roma, Rudi Garcia, memaksakan Florenzi untuk bermain di pos fullback kanan karena krisis di lini pertahanan Roma.

Kehadiran Digne pun berdampak besar bagi Vasilis Torosidis yang pada laga pertama Serie-A menghadapi Hellas Verona ditempatkan di pos fullback kiri. Padahal, Torosidis sejatinya bermain di sisi kanan.

Keberhasilan Roma mendatangkan Digne bagai akhir drama yang begitu panjang.Pemain dengan posisi murni sebagai full-back kiri tersebut merupakan kelanjutan drama transfer Roma setelah Edin Dzeko dari Manchester City dan Mohamed Salah dari Chelsea.

Roma sempat kesal pada PSG karena juara Ligue 1 musim lalu tersebut tak punya pendirian yang tetap soal Digne. PSG lebih menunggu kepastian transfer Layvin Kurzawa dari AS Monaco. Ini yang membuat transfer Digne menjadi terhambat. Selain itu, Liverpool pun ngotot mendatangkan Digne yang membuat Roma tak bisa menahan lebih lama. Sampai pada akhirnya I Lupi mengultimatum PSG: "Lepas Digne atau kami berpaling kepada Sead Kolasinac dari Schalke!"

PSG pun melepas Digne dengan status pinjaman senilai 2,5 juta euro dengan opsi permanen pada akhir musim. Pertanyaanya adalah mengapa Garcia begitu ngebet mendatangkan Digne?

Dalam proses pembentukan tim, lini pertahanan Roma seolah di-nomor dua-kan oleh pelatih berkebangsaan Perancis tersebut. Padahal kelemahan Roma ada di kedua sisi tersebut, terutama sisi kiri karena Jose Cholevas tak punya pelapis sepadan. Federico Balzaretti lebih sering dibekap cedera sedangkan Ashley Cole mengalami penurunan performa.

Musim ini, Cholevas memutuskan hijrah ke Liga Primer Inggris bersama Watford. Anehnya, kebijakan transfer Roma justru lebih memprioritaskan untuk mendatangkan penyerang sayap. Sayangnya proses negosiasi transfer Mohamed Salah, yang sebenarnya bisa rampung sejak Januari lalu, mengalami hambatan. Alasan inilah yang berdampak pada lambatnya transfer Digne. Padahal, Garcia dan Digne memiliki hubungan yang akrab dan digadang-gadang menjadi pemain masa depan Perancis.

Saling Mengenal Sejak di Lille

Hubungan Garcia dengan Digne sudah terjalin ketika keduanya sama-sama bahu membahu membangun skuat senior Lille sejak 2008. Digne merupakan jebolan akademi Les Dogues, julukan Lille, dan Garcialah yang mempromosikannya dari akademi menuju skuat senior pada 2011. Mereka berdua pertama bertemu ketika Digne baru berusia 16 tahun masih memperkuat akademi Lille. Saat itu sedang diadakan uji coba antara skuat senior dengan akademi Les Dogues.

“Rudi Garcia sangat berperan karena saya pernah bekerja sama dengannya selama tiga tahun di Lille. Sejak itu saya mampu berkembang dengan baik dan menikmati latihan dengannya,” aku Digne.

1859742_w2

Lucas Digne sewaktu dilatih Rudi Garcia di Lille OSC

Debut profesional Digne dilakukannya pada usia 18 saat melawan Sedan pada Coa de la Ligue pada 26 Oktober 2011. Ketika Garcia pergi menukangi Roma pada 2013 pun Digne memutuskan hengkang juga dari Les Dogues untuk memperkuat PSG.

Bersama PSG, Digne awalnya selalu masuk dalam susunan awal pemain. Namun, sejak menderita cedera ankle pada Desember 2013, membuat posisinya dirotasi dengan Maxwell Andrade. Ia pun lebih sering dudu di bangku cadangan karena kalah bersaing dengan full-back kiri asal Brasil tersebut.

Kendati demikian entah apa alasan Didier Deschamps, Pelatih Kesebelasan Negara Perancis, untuk tetap memasukkan nama Digne pada Piala Dunia 2014 Brasil mengalahkan nama Jeremy Mathieu yang jelas-jelas memiliki kesempatan bermain lebih banyak bersama Valencia saat itu.

Kendati dipanggil Perancis pada Piala Dunia 2014 nyatanya tidak menjamin posisi inti Digne bersama PSG. Toh pada akhirnya Laurent Blanc, Pelatih PSG, tetap memilih Maxwell pada posisi utama full-back kiri tersebut. Bahkan Blanc lebih kepincut merekrut Kurzawa yang penampilannya melejit selama musim lalu bersama Monaco.

Hal tersebut kian menguatkan kenginan Digne untuk meninggalkan Les Parisiens, julukan PSG. Digne butuh jam terbang seperti saat memperkuat Lille dengan 49 laga selama dua musim dan tetap dipanggil Deschamps untuk memperkuat Prancis pada Piala Eropa 2016 nanti.

Berharap Kesempatan Bermain Bersama AS Roma

Kedatangan Digne merupakan pertanda baik bagi AS Roma. Kehilangan tempat di PSG bukan karena ia bermain buruk, tapi karena Maxwell menghidupkan jenis permainan yang diinginkan Blanc dalam konteks sepakbola menyerang. Kemampuan umpan silang Digne tak lebih istimewa ketimbang Maxwell. Padahal, itulah yang dibutuhkan PSG dalam menyerang dengan mengandalkan bola udara untuk menjebol gawang lawan melalui kepala Zlatan Ibrahimovic dan Edinson Cavani.

Memang terlalu jauh jika mengumbar optimisme tentang karir Digne di Liga Italia. Namun perlu diingat bahwa Garcia-lah yang menemukan bakat Digne di Lille. Mengingat pelatih 51 tahun tersebut memiliki ketergantungan akut kepada pemain yang pernah memberikannya sebuah kesan manis--seperti kepada Gervinho--kehadiran Digne bukan tidak mungkin mengangkat permainan Roma.

Setidaknya kesempatan Digne untuk mendapat lebih banyak menit bermain bisa terwujud di tangan Garcia. Mengingat saingannya pada posisi full-back kiri Roma saat ini hanya tinggal Cole yang sulit beradaptasi dengan sepakbola Italia dan Antonio Rudiger sebagai bek tengah namun bisa memerankan posisi full-back.

Selain itu dalam umurnya yang masih 22 tahun pun Digne bisa mencuri ilmu dari Cole walau pemain asal Inggris ini gagal menemukan bentuk permainannya kembali sewaktu bersama Chelsea.

Digne sendiri sebetulnya merupakan full-back kiri modern yang diinginkan berbagai pelatih sepakbola dengan filosofi menyerang saat ini, terkecuali Blanc. Brendan Rodgers, Manajer Liverpool pun begitu menginginkan jasanya. Tapi Roma lebih beruntung mendaratkannya atas faktor Garcia dan peluangnya unjuk gigi di Liga Champions sehingga bisa memperkuat Prancis pada Euro 2016.

Pada skema permainan dengan Garcia pun Digne akan dirasa cocok mengingat filosofi sepakbola menyerang Roma dengan mengandalkan sayap disertai operan pendek. Ya, begitu juga permainannya yang memiliki kegemaran memainkan umpan-umpan pendek.

Pemain bernomor punggung "3" itu sebetulnya memiliki kedisiplinan tugas lebih baik ketimbang Maxwell karena ia mempunya kecepatan transisi dari menyerang ke bertahan. Rataan tekel bersihnya musim lalu pun hampir menyamai Maxwell. Dari 15 penampilannya musim lalu ia melakukan tekel bersih 19 kali dengan rataan 54 persen sedangkan Maxwell 32 kali dengan rataan 56 % dari 26 pertandingan.

Selain itu Digne punya keunggulan ketika melakukan duel udara dengan lawan. Posturnya setinggi 178 cm mampu memenangi 32 duel udara musim lalu dibandingkan Maxwell cuma unggul 18 kali duel udara dengan lawan.

Hanya saja Digne perlu terus mengasah kekurangannya dari segi akurasi umpan-umpan silang. Kendati ia juga tipikal full-back yang rajin memlepaskan umpan silang namun masih memerlukan daya akurasi lebih baik mengingat Roma memiliki Dzeko sebagai penyerang bertipikal memanfaatkan duel udara untuk dikonversi menjadi sebuah gol.

Kini kesempatan Digne bermain lebih sering dan mengasah pengalamannya di rumput hijau kian terbuka bersama Garcia di Roma. Sekarang tinggal bagaimana Digne memanfaatkan peluangnnya tersebut atau posisinya di Prancis kembali tenggelam di bawah nama Kurzawa.

Sumber : Football Italia, Soccerway, Squawka, Who Scored, Wikipedia

Komentar