Wing-back Berkembang Bersama Bangkitnya Pola 3-5-2
Menurut Guardian, saat formasi dengan empat bek (khususnya dari 4-2-4 beralih ke 4-4-2) mulai banyak digunakan, pelatih timnas Argentina di pertengahan 1980-an, Carlos Bilardo, muncul dengan pola 3-5-2. Formasi ini ia gunakan untuk mengakomodasi potensi yang dimiliki kapten timnas Argentina saat itu, Diego Armando Maradona, dengan menempatkannya sebagai penyerang di antara lima gelandang dan satu penyerang tengah.
Saat ia dan timnas Argentina tur Eropa pada 1984, jurnalis asal Swiss (karena Argentina saat itu hendak dijamu timnas Swiss) keheranan karena Bilardo menyebut akan menggunakan tiga bek. Apalagi sebelumnya, ia hanya menang tiga kali dari 15 pertandingan.
??Mereka bilang saya keliru ketika saya hanya menyebut tiga pemain bek tengah,? ujar Bilardo seperti yang ditulis Guardian. ??Tapi saya mengatakan pada mereka bahwa saya tidak sedang kebingungan. Karena kami akan menggunakan tiga bek, lima gelandang, dan dua penyerang. Kami telah melatihnya selama dua tahun, dan saya akan memasangnya pada latihan pertandingan yang berat ini.?Â
Bilardo menyebut bahwa ia hendak memainkan lima gelandang kala itu. Dan formasi 3-5-2 yang ia rencanakan adalah dengan memasang lima gelandang untuk menopang Maradona. Di sayap, ia tak memasang pemain bertahan, melainkan Ricardo Giusti yang berposisi gelandang bertahan dipasang di sayap kanan. Swiss kemudian dikalahkan dengan skor 2-0, begitu juga dengan timnas Belgia.
Skuat Billardo itu kemudian bertemu dengan timnas Jerman Barat di final Piala Dunia 1986. Saat itu, pelatih timnas Jerman Barat, Franz Beckenbauer, berhasil membuat skuat asuhannya begitu tangguh dengan satu libero, dua bek tengah, dua pemain bek sayap, dua gelandang bertahan, satu playmaker, dan dua penyerang yang jika digambarkan akan membentuk formasi 5-3-2.
Jerman Barat saat itu hanya menempatkan satu pemain di sisi kanan dan satu pemain di sisi kiri, seperti taktik Bilardo. Meskipun begitu, Jerman Barat gagal menaklukkan Bilardo karena pertandingan berakhir dengan skor 2-3 untuk Argentina.
Jerman Barat baru juara dengan skema tiga bek empat tahun kemudian. Masih ditukangi Beckenbauer, ia sedikit mengubah permainan bek sayapnya untuk menjadi lebih ofensif. Menurut Guardian, tak ada lagi pemain libero dengan memainkan sweeper pada pola ini. Dan hasilnya, Beckenbauer kali ini berhasil mengalahkan Bilardo yang menggunakan formasi tak jauh berbeda seperti pada Piala Dunia sebelumnya dengan skor tipis 1-0.
Dari sini wing-back mulai identik dengan pemain sayap yang cukup ofensif. Dalam formasi 3-5-2, pemain sayap pada formasi ini merupakan satu-satunya pemain sayap di masing-masing sisi. Hal ini menyebabkan baik penyerangan maupun pertahanan dari sisi tersebut hanya dipertanggung jawabkan oleh satu orang.
Meskipun begitu, formasi 3-5-2 lebih identik dengan skema yang lebih defensif. Hal ini memang akan memancing perdebatan, mengingat wing-back biasanya ikut turun hingga sejajar dengan tiga bek sehingga akan lebih banyak pemain bertahan di area pertahanan.
Namun skema 3-5-2 pun tak menutup kemungkinan untuk bermain lebih ofensif. Skema tiga bek akan menjadikan adanya bek lain yang siap meng-cover sisi sayap, centre-back akan berperan seperti full-back di era 2-3-5, 2-3-2-3 atau 3-2-2-3.
Karenanya pemain yang bermain sebagai wing-back sering diisi oleh pemain yang memiliki kemampuan ofensif yang lebih menonjol (di samping stamina dan kecepatan) serta memiliki kemampuan track back yang baik. Itulah mengapa Kwadwo Asamoah yang awalnya berposisi gelandang tengah tak kesulitan bermain sebagai wing-back dalam formasi 3-5-2 Juventus era Antonio Conte atau Louis van Gaal yang lebih membutuhkan Ashley Young atau Antonio Valencia ketika hendak memasang formasi 3-5-2.
Saat Juventus mengalahkan Fiorentina, peran Juan Cuadrado begitu vital saat dipasang sebagai wing-back kanan dalam mematikan sisi kiri Fiorentina.
Sementara itu, full-back lebih identik dengan aksi defensifnya. Full-back diisi oleh pemain yang handal dalam melakukan tekel, penjagaan pemain, positioning yang baik atau fisik yang kuat. Karena idealnya, full-back memiliki tugas utama untuk menahan serangan pemain sayap lawan dengan tugas tambahan yaitu sesekali membantu serangan.
Namun tak bisa dimungkiri juga bahwa full-back masa kini kadang bermain layaknya wing-back, lebih ofensif. Tapi biasanya semakin ofensifnya permainan full-back sebuah kesebelasan, kesebelasan tersebut akan memiliki gelandang bertahan yang difokuskan menemani dua bek tengah atau penggunaan formasi dengan double pivot (dua gelandang bertahan). Bisa jadi pula hal ini yang menyebabkan menjamurnya formasi 4-2-3-1 di era sekarang ini.
Halaman berikutnya, Pergeseran Makna yang Membuat Kita Kebingungan
Komentar