Saya tidak akan membahas #Pogba lagi, tapi kalau Anda mau, silakan jawab pertanyaan ini dengan jujur: Mana yang membuat Anda terheran-heran, kepindahan Edinson Cavani dari Napoli ke Paris Saint-Germain seharga 64,5 juta euro atau kepindahan David Luiz dari Chelsea ke PSG seharga 62,5 juta euro?
Kebanyakan dari kita mungkin akan lebih heran ketika mengetahui bahwa bek tengah dihargai dengan sangat tinggi. Untuk kasus di atas, Luiz adalah seorang bek tengah, sementara Cavani adalah penyerang.
Kejadian di atas seolah berulang. Kali ini, ganti Paris Saint-Germain dengan Manchester City. Kita bisa menemukan dua pemain termahal mereka asal Inggris saat ini, Raheem Sterling (pemain sayap seharga 62,5 juta euro) dan terbaru, John Stones (bek tengah seharga 55,6 juta euro).
Sejujurnya sepakbola modern sudah memiliki perspektif yang negatif untuk seorang bek tengah (dan juga penjaga gawang). Media, suporter, dan bahkan para pengamat sepakbola sudah tercuci otaknya untuk percaya bahwa gol adalah segalanya.
Kita semua bertanya-tanya, kenapa ada sebuah kesebelasan yang mau-maunya mengeluarkan banyak uang untuk pemain yang tidak (atau tugas utamanya bukan) mencetak gol?
Kita bisa ambil contoh acak lainnya dari linimasa yang lebih panjang, Rio Ferdinand pindah dari Leeds United ke Manchester United dengan harga 46 juta euro pada usia 23 tahun, Lilian Thuram pindah dari Parma ke Juventus pada 2001 dengan harga 41,5 juta euro ketika usianya 29 tahun, dan Alessandro Nesta pindah dari SS Lazio ke AC Milan dengan harga 30,5 juta euro saat usianya 26 tahun.
Selain nama-nama di atas, kita juga masih bisa melihat beberapa nama mengejutkan seperti Nicolás Otamendi, Eliaquim Mangala, Ricardo Carvalho, Dejan Lovren, sampai Dmytro Chygrynskiy.
Apakah kesebelasan-kesebelasan di atas menyesal sudah mengeluarkan banyak uang untuk membeli "pemain yang tidak mencetak gol"?
Studi kasus pertahanan Manchester City
Pep Guardiola mendapati kesebelasannya memiliki kapten Vincent Kompany yang cedera, Otamendi, Mangala, dan Jason Denayer sebagai empat bek tengah Manchester City. Di Liga Primer Inggris musim lalu, City sudah lumayan dengan hanya kebobolan 41 gol (terbaik kelima di liga) sepanjang musim.
Kemudian jika kita melihat hasil-hasil pertandingan City di awal (pra-musim), mereka kalah 1-0 dari FC Bayern Muenchen, imbang 1-1 melawan Borussia Dortmund, menang 3-0 melawan St Johnstone (bukan “St John Stones”, ya), dan kalah 2-3 dari Arsenal.
Meskipun musim belum benar-benar dimulai, mereka sudah kebobolan 5 kali. Secara defensif, City cukup rentan. Tapi Pep bukan pemuja sepakbola bertahan.
Namun tetap saja, rumor untuk membeli bek tengah baru santer terdengar. Sebelum nama John Stones mencuat, Man City sempat mengincar bek Juventus, Leonardo Bonucci. Namun Bonucci enggan hengkang dari Juventus bahkan meski ditawari dua kali lipat gaji oleh Man City.
Mengincar bek seperti Bonucci menyiratkan bahwa Guardiola membutuhkan bek yang bisa membangun serangan. Ya, Guardiola mengalihkan targetnya pada Stones karena keinginan Pep untuk memiliki ball-playing defender, mengingat permainan Pep yang gemar menguasai bola (bahkan penjaga gawang sekalipun).
Ia masih berusia 22 tahun tapi sudah bermain lebih dari 70 pertandingan di Liga Primer untuk The Toffees. Sebenarnya Stones adalah properti panas sedari musim lalu, di mana Everton menolak mahar sebesar 30 juta euro dari Chelsea, yang sampai saat ini menimbulkan dua opini yang berbeda.
Jika Anda adalah orang jenis pertama, yaitu yang menganggap bahwa harga bek tengah tidak perlu terlalu tinggi, maka uang 55,6 juta euro yang dibayarkan City hari ini untuk Stones sudah seperti "uang konyol" yang diterima oleh Ronald Koeman, manajer Everton. Tapi, jika Anda percaya bahwa bek tengah memang berharga tinggi (tapi tidak semua bek tengah tentunya), Everton bisa saja membuat City menaikkan harga lagi untuk Stones (terlalu!).
Menilai harga John Stones
Untuk menambah perspektif ke dalam dua opini tersebut, maka kita harus melihat data dan statistik, suka ataupun tidak suka.
Pertama, Stones adalah pemain asal Inggris, dan seperti yang kita tahu, harga pemain Inggris saat ini tidak ada yang murah, mereka adalah "barang langka" di bursa transfer Liga Primer. Selanjutnya, Stones masih muda dan juga berbadan tinggi (1,88 meter). Bermain sebagai bek tengah maupun bek kanan akan menimbulkan keunggulan tersendiri bagi pemain yang memiliki fisik seperti Stones.
Kemudian kemampuan ball-playing-nya pun terbilang sangat baik, dengan 89% operan sukses. Ball-playing defender ini adalah "barang langka" lainnya di sepakbola modern saat ini, untuk itu juga kabarnya Louis van Gaal, manajer Manchester United, mengincar Stones musim lalu karena ia ingin bek tengahnya bisa membantu membangun serangan dari belakang.
Intelejensinya juga terbilang cukup tinggi dengan kemampuan positioning dan membaca permainannya, di antaranya dengan rata-rata 1,81 intersep setiap 90 menit. Ditambah ia cukup bijak dalam meluncurkan tekel (1,17 tekel setiap 90 menit) sehingga ia jarang melanggar pemain lawan (0,36 fouls commited per 90 menit).
The Citizens yang berhasil mendatangkan mantan pemain Barnsley ini dinilai akan belajar banyak dari Kompany untuk menjadi bek papan atas di Liga Primer Inggris (dan juga mungkin dunia) dalam setidaknya satu dekade ke depan.
Menilai data, statistik, dan potensi di atas, kemudian dengan harga pasar yang semakin gila untuk pemain sepakbola saat ini, akan sangat sulit mencari pemain muda potensial yang sudah bermain reguler di Liga Primer dengan harga yang murah (sebut saja “murah” itu sama dengan 30 juta euro), bahkan untuk bertahun-tahun ke depan.
Kembali mengingatkan, Stones adalah pemain Inggris yang masih muda, memiliki fisik yang prima, sudah bermain reguler di Everton, mulai bermain reguler di kesebelasan negara Inggris, dan seorang pemain homegrown. Harganya pasti akan terus naik. 55,6 juta bisa jadi merupakan harga yang pas untuk pemain sepertinya.
Rekor transfer adalah salah satu cara kita menghargai sepakbola bertahan
Ketika ingin menentukan harga seorang bek tengah, apa saja faktor yang dapat kita masukkan dan juga kita abaikan? Pertama-tama, kita jelas harus memasukkan permintaan pasar (market demand) sebagai faktor utama.
Pasar sangat gila jika sudah membicarakan bek tengah muda yang sudah bermain reguler di liga top Eropa, terutama di Inggris. Di musim ini saja kita bisa mendapatkan banyak contoh.
Eric Bertrand Bailly (22 tahun) dinilai dengan harga 38 juta euro, Mats Hummels (27) berharga 35 juta euro, Samuel Umtiti (22) berharga 25 juta euro, Jannik Vestergaard (24) berharga 12,5 juta euro, James Tomkins (27) berharga 11,7 juta euro, dan bahkan Papy Djilobodji (27) berharga 9,5 juta euro.
Cerita ini tidak akan sampai di sini saja, masih ada waktu sekitar tiga pekan sampai jendela transfer ditutup. Masih banyak kejutan yang bisa saja terjadi. Misalnya dari Skhodran Mustafi, Kalidou Koulibaly, Lamine Kone, dan nama-nama lainnya, bahkan Johnny Evans bisa saja mengejutkan kalau jadi dibeli Arsenal.
Sebagai tambahan, Kompany berkata bahwa: "Sebagai seorang bek, mencetak gol bukanlah yang paling saya banggakan, tapi saya sangat senang karena kami bisa mencetak clean sheet, ini yang membuat tidur saya menjadi nyenyak," seperti yang kami kutip dari The Guardian (16/08/2015).
Pernyataan Kompany di atas tentunya akan langsung menggugurkan opini bahwa "tidak seharusnya kesebelasan mengeluarkan banyak uang untuk membeli pemain yang tidak mencetak gol."
Faktanya, jika sebuah kesebelasan tidak kebobolan terlalu banyak, maka mereka tidak butuh banyak gol untuk memenangkan pertandingan. Jika kesebelasan tak perlu terlalu banyak mencetak gol, maka para penyerang pun tidak memiliki tekanan yang terlalu tinggi untuk mencetak gol. Tekanan yang rendah ini untuk para penyerang, berarti akan semakin baik, kan?
Apakah kesebelasan-kesebelasan menyesal sudah mengeluarkan banyak uang untuk membeli "pemain yang tidak mencetak gol"?
Pada tahun 2002, Ferdinand (46 juta euro) bermain di Manchester United selama 12 tahun ke depan untuk mengantarkan kesebelasannya meraih banyak gelar. Pada tahun 2001, Thuram (41,5 juta euro) bersama dengan Gianluigi Buffon (51 juta euro) merupakan dua pemain yang menciptakan pertahanan terbaik di dunia. Nesta (30,5 juta euro) menjadi pemain kunci di lini pertahanan Milan untuk mencapai tiga final Liga Champions UEFA. Carvalho (30 juta euro) berhasil membuat Chelsea menjadi kesebelasan yang kebobolan paling sedikit sepanjang sejarah Liga Primer.
Kita tahu kita semua ingin melihat banyak gol dalam sebuah pertandingan sepakbola, tapi ada harga yang tinggi juga yang harus ditebus agar sebuah kesebelasan tidak kebobolan. Inilah kenapa bek tengah dan pemain bertahan lainnya memiliki harga yang tinggi, karena mereka sama pentingnya dengan para pencetak gol.
Komentar