Rahasia Pertahanan Chelsea dengan Sistem Tiga Bek

Taktik

by Dex Glenniza 46839

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Rahasia Pertahanan Chelsea dengan Sistem Tiga Bek

Antonio Conte memutar otaknya setelah ia kalah 2-1 melawan Liverpool di kandang mereka sendiri dan kalah lagi 3-0 saat bertamu ke kandang Arsenal. Pada 1 Oktober 2016, ia melakukan sebuah perubahan yang sampai hari ini bisa berdampak besar bagi kesebelasannya itu. Untuk pertama kalinya di Liga Primer Inggris musim ini, Conte memakai sistem tiga bek di Chelsea.

Kemenangan 2-0 melawan Hull City (tandang), 3-0 melawan Leicester City (kandang), 4-0 melawan Manchester United (kandang), dan 2-0 melawan Southampton (tandang) adalah hasil-hasil positif yang didapatkan oleh The Blues.

Pada kenyataannya, bukan hanya 11 gol yang berhasil mereka cetak dalam 4 pertandingan Liga Primer, melainkan empat buah clean sheet juga. Gawang Thiabaut Courtois dkk tidak pernah kebobolan lagi.

Formasi tiga bek yang Conte aplikasikan di Chelsea adalah 3-4-2-1 dengan dua wide forward (biasanya Eden Hazard di kiri dan Pedro Rodríguez dikanan) dan satu ujung tombak (biasanya Diego Costa).

Tapi kekuatan utama Chelsea dalam memainkan sistem tiga bek ada pada wing-back mereka, yaitu Victor Moses di kanan dan Marcos Alonso di kiri. Pengambilan posisi menjadi kunci pertama, di mana saat bertahan, mereka akan turun dan membentuk formasi 5-4-1.

Saat bertahan, kedua wing-back akan menjaga winger lawan dan kedua wide forward akan membayangi full-back lawan. Dua lapis pertahanan ini membuat pertahanan mereka sangat padat dan sulit ditembus melalui tengah.

Bentuk formasi Chelsea saat bertahan – Contoh pada pertandingan melawan Southampton (30 Oktober 2016)

Sejauh ini dengan cara di atas, Chelsea yang belum pernah kebobolan dalam empat pertandingan terakhir (kesemuanya di mana mereka memakai 3-4-2-1), hanya baru ditembak sebanyak 38 kali dengan 21 di antaranya berasal dari sepakan di dalam kotak penalti (terendah keempat di Liga Primer).

Dengan kepadatan ketika bertahan, Chelsea bisa ditembus melalui umpan silang, bola panjang, dan set piece. Tapi Gary Cahill (bek tengah sebelah kiri), David Luiz (tengah), dan César Azpilicueta (kanan) selalu bisa mengantisipasinya dengan ketiganya hanya kalah sebanyak 23 duel bola udara dalam empat pertandingan terakhir (terendah kedua di Liga Primer, di bawah Stoke dengan 22).

Sementara untuk umpan silang, sejak mereka memakai sistem tiga bek, mereka juga sudah kecolongan umpan silang dari kiri sebanyak 50 kali (terbanyak ketujuh di Liga Primer) dan dari kanan sebanyak 45 kali (terbanyak ketiga di Liga Primer).

Cara selanjutnya untuk menembus pertahanan Chelsea adalah dengan serangan balik. Tapi saat menyerang, kedua wing-back Chelsea biasanya akan naik dan memaksa winger lawan untuk turun serendah mungkin. Sementara kedua wide forward (Hazard dan Pedro) tidak akan terlalu menyayap dan dijaga oleh full-back lawan.

Ini akan membuat adanya ruang yang bisa dieksploitasi wing-back mereka, sekaligus, jika lawan melakukan track back atau penjagaan dengan baik, ini akan menetralisir potensi lawan untuk melakukan serangan balik.

Namun kalaupun lawan berhasil melakukan serangan balik, Chelsea biasa menyikapinya dengan merendahkan garis pertahanan mereka. Sehingga akan ada ruang yang besar antara lini tengah dan lini belakang Chelsea.

Jika serangan balik tidak dilakukan secara cepat, ketiga bek Chelsea akan memiliki cukup waktu untuk turun.

Sementara jika hanya ingin sekadar Chelsea tidak bisa membangun serangan, cukup tekan saja pertahanan Chelsea sampai ke lini mereka sendiri. Seperti yang Manchester United lakukan saat mereka sudah tertinggal 2-0 (pada akhirnya United kalah 4-0).

Dengan begitu, Chelsea akan kesulitan melakukan build up serangan dan memaksa mereka melakukan bola panjang ke depan yang biasanya dilakukan oleh Luiz (rata-rata panjang operan adalah 24,5 meter).

Bentuk 5-4-1 saat bertahan juga membuat Diego Costa dibiarkan menggantung di depan jika Chelsea mendapatkan bola untuk melakukan serangan balik. Efektivitas bola panjang Chelsea memang belum baik, yaitu sebanyak 77 saja yang tepat sasaran dari 164 percobaan (46,9%) sejak mereka memakai sistem tiga bek.

Inilah kenapa Chelsea digosipkan mengincar Leonardo Bonucci (Juventus) yang memiliki tingkat akurasi operan panjang terbaik di Serie A Italia dengan rata-rata panjang operan mencapai 25 meter dan tingkat akurasi 87%.

Memang kita masih menunggu cara lainnya untuk mengantisipasi sistem tiga bek Chelsea maupun kesebelasan Liga Primer lainnya. Dengan kedatangan Conte ke Chelsea, Conte bukan hanya sedang merevolusi taktik Chelsea, tetapi juga taktik di Liga Primer Inggris.

***

Chelsea selalu mendapatkan hasil positif sejak beralih ke sistem tiga bek. Mereka berhasil mencatatkan angka konversi gol terbaik di Liga Primer dengan 16,9%. Tapi satu hal yang paling luar biasa adalah The Blues yang belum satu kalipun kebobolan di Liga Primer sejak mereka beralih ke sistem tiga bek.

Conte sendiri baru satu kali merasakan kekalahan dengan 3-4-2-1, yaitu saat dikalahkan 2-1 oleh West Ham United (tandang), yang juga memainkan sistem tiga bek, saat keduanya berjumpa di Piala Liga Inggris.

Saat itu Chelsea tidak menurunkan susunan pemain terbaiknya dan dengan beberapa pemain yang belum familier bermain dengan sistem ini, seperti Ola Aina di posisi wing-back kanan dan Azpilicueta di posisi wing-back kiri (biasanya bek tengah sebelah kanan).

Berdasarkan catatan kami, sistem tiga bek sudah digunakan 19 kali di Liga Primer. Antonio Conte sejauh ini sudah sukses mengaplikasikan sistem ini di Chelsea. Bukan tidak mungkin sistem ini akan populer di Liga Primer ke depannya.

Komentar