Penampilan tim nasional Indonesia saat menghadapi Thailand bisa dibilang kurang memuaskan. Selain dilihat dari hasil akhir di mana Indonesia kalah 2-4, penampilan Indonesia saat itu memang masih menyisakan banyak PR bagi tim pelatih yang dipimpin Alfred Riedl.
Jika membaca analisis kami sebelumnya, di situ disebutkan bagaimana lini pertahanan Indonesia begitu mudahnya ditembus lini serang Thailand. Meskipun begitu, dua gol yang dicetak timnas Indonesia menjadi salah satu sisi positif dari pertandingan pertama Indonesia di Piala AFF 2016.
Penampilan Indonesia yang kurang sempurna sebenarnya cukup wajar. Tetap berjalannya Indonesia Soccer Championship 2016 membuat Riedl hanya bisa memilih maksimal dua pemain dari satu klub yang sama. Riedl jelas tak bisa memilih pemain terbaik di setiap posisi yang ia butuhkan.
Selain karena aturan tersebut, Riedl juga tak memanggil beberapa pemain yang sebenarnya cukup tampil gemilang sepanjang gelaran ISC 2016 ini. Kami telah mengumpulkan 11 pemain yang menurut kami seharusnya bisa meningkatkan kualitas timnas Indonesia. Berikut daftarnya:
Hamka Hamzah
Usia Hamka Hamzah memang sudah mencapai 32 tahun. Namun di antara bek senior tim nasional, Hamka-lah yang terbilang masih menunjukkan penampilan cemerlang. Selain saat ini mengantarkan Arema Cronus memuncaki klasemen sementara ISC, ia juga menorehkan tujuh gol dan tiga asis dari 26 penampilan, terproduktif di antara pemain belakang.
Di timnas sendiri, saat ini posisi bek tengah diisi oleh Yanto Basna, Fachrudin Aryanto, Gunawan Dwi Cahyo, dan Hansamu Yama, serta Manahati Lestusen yang juga bisa ditempatkan sebagai bek tengah. Meski sisi positifnya dihuni oleh pemain-pemain muda, satu nama pemain senior idealnya bisa mengasah mental pemain lain.
Hanya saja untuk memanggil Hamka, ini artinya Riedl harus mendepak satu di antara Benny Wahyudi atau Kurnia Meiga, yang telah memenuhi kuota dari Arema Cronus. Sementara kedua pemain ini tampaknya memang sudah sejak awal menghuni susunan pemain utama Indonesia asuhan Riedl kali ini.
Johan Ahmad Alfarizi
Johan Ahmad Alfarizi terus membuktikan diri sebagai salah satu bek kiri terbaik Indonesia. Namun anehnya, meski masih menjadi tulang punggung utama lini pertahanan Arema yang terus berada di papan atas ISC, Alfarizi yang sempat masuk dalam daftar 40 pemain Piala AFF 2016 harus dicoret Riedl.
Aturan dua pemain per klub memang membuat Riedl harus menyisihkan beberapa pemain yang layak, Alfarizi adalah salah satunya. Padahal, pemain berusia 26 tahun ini sangat baik dalam bertahan maupun menyerang, salah satu full-back modern yang dimiliki Indonesia.
Untuk pos bek kiri, Riedl lebih memilih Abdul Rahman dari Persiba Balikpapan dan Abduh Lestaluhu dari PS TNI. Abdul Rahman yang awalnya diplot sebagai bek kiri utama timnas, absen pada laga perdana melawan Thailand karena tidak fit.
Hariono
Hariono adalah salah satu gelandang yang cukup senior, namun jarang mendapatkan panggilan timnas. Meski sudah berusia 31 tahun, dengan kemampuan merebut bolanya yang mumpuni, gelandang Persib Bandung ini baru mencatatkan 22 caps saja.
Musim ini, Hariono masih menjadi andalan Persib, dengan total 26 penampilan. Sementara melihat lini tengah Indonesia saat ini, rasanya Indonesia butuh gelandang seperti Hariono. Di posisi gelandang tengah Indonesia saat ini diisi oleh Dedi Kusnandar, Bayu Pradana, Evan Dimas, dan Stefano Lilipaly.
Dari daftar nama di atas, hanya Bayu Pradana yang setipikal Hariono. Namun rasanya, kualitas Bayu tak lebih baik dari Hariono. Namun bisa jadi Hariono tak dipanggil karena aturan maksimal dua pemain per klub, meski Hariono tak masuk dalam 40 pemain yang didaftarkan Riedl ke Piala AFF 2016.
Kim Jeffrey Kurniawan
Sempat mengalami masa-masa sulit di awal musim ISC, Kim Jeffrey Kurniawan mulai membuktikan diri sebagai gelandang berkualitas yang menghuni lini tengah Persib Bandung. Saat ini, pemain naturalisasi asal Jerman ini telah mengoleksi empat gol dan satu asis dari 23 penampilan.
Menilik gaya permainannya, Kim rasanya cukup cocok dengan skema 4-4-2 Riedl. Apalagi pemain berusia 26 tahun ini sudah cukup fasih bermain dengan formasi 4-4-2, karena saat masih membela Pelita Bandung Raya (sekarang Madura United), Kim merupakan andalan Dejan Antonic bersama Rizky Pellu pada pos gelandang tengah.
Kim juga sebenarnya didaftarkan dalam 40 pemain Indonesia di Piala AFF 2016. Namun sama seperti tiga pemain di atas, aturan maksimal dua pemain per kesebelasan tampaknya menjadi alasan utama Kim tak dibawa ke Filipina.
Nelson Alom
Banyak yang berpendapat jika skuat Indonesia saat ini kekurangan gelandang bertipikal perebut bola. Selain Hariono, nama lain yang sebenarnya patut dipertimbangkan bisa menyempurnakan lini tengah Indonesia adalah Nelson Alom.
Nelson Alom saat ini telah menjadi sosok penting di lini tengah Persipura Jayapura. Bahkan ketika Imanuel Wanggai cedera, Alom mampu mengisi kekosongan di lini tengah skuat berjuluk Mutiara Hitam tersebut.
"Di 4-4-2, bek tidak akan terlalu kerja keras kalau gelandang tengahnya satu bertahan, satu menyerang. Untuk tipikal bertahan, timnas butuh Nelson Alom atau Hariono," Yanto Basna berpendapat.
Raphael Maitimo
Arema Cronus memang dihuni oleh banyak pemain berkualitas, yang sialnya terbentur dengan aturan dua pemain per kesebelasan. Selain Alfarizi dan Hamka, satu pemain yang cukup layak dipanggil timnas adalah pemain naturalisasi asal Belanda, Raphael Maitimo.
Sejak bergabung dengan Arema, Maitimo semakin menunjukkan kualitasnya. Di ISC 2016 ini, mantan pemain Feyenoord ini mengoleksi dua gol dan lima asis. Jika melihat tipikal permainannya, harusnya pemain kelahiran Rotterdam ini bisa nyetel dengan 4-4-2 Riedl.
Slamet Nurcahyo
Madura United musim ini menjelma menjadi kesebelasan yang cukup ditakuti di ISC. Mereka bahkan berstatus juara paruh musim. Dan keberhasilan Madura United terus berada di papan atas dan bahkan menjadi kandidat juara di ISC tak lepas dari kontribusi Slamet Nurcahyo.
Slamet Nurcahyo di ISC bermain sebanyak 27 kali, dengan torehan enam gol dan lima asis. Untuk pemain lokal, torehan tersebut merupakan salah satu yang terbaik. Sebagai gelandang tengah, ia kerap berperan sebagai box-to-box midfielder yang tampaknya akan cocok dengan skema Riedl.
Irsyad Maulana
Gol-gol Indonesia ke gawang Thailand tercipta dengan proses yang tak jauh berbeda; skema umpan silang. Gol pertama berkat umpan silang Rizky Pora, sementara gol kedua lewat crossing Benny Wahyudi.
Namun pada laga ini, terlihat Andik Vermansah tidak mampu menunjukkan kontribusi maksimal. Dengan permainan seperti kemarin, khususnya babak kedua, tampaknya sisi kanan Indonesia akan lebih membahayakan jika ditempati oleh winger Semen Padang, Irsyad Maulana.
Irsyad merupakan gelandang sayap yang komplit. Umpan-umpan silangnya matang, serta memiliki kemampuan menusuk ke kotak penalti. Di ISC, dari 28 penampilan, total ia mencetak tujuh gol dan lima asis, statistik terbaik di antara gelandang sayap di ISC. Jangan lupakan pula Semen Padang yang kerap bermain dengan 4-4-2.
Jefri Kurniawan
Nama Jefri Kurniawan mungkin tak terlalu familiar. Namun jika menyaksikan kesebelasan yang ia bela bertanding, Pusamania Borneo FC, jangan heran jika pemain terbaik Piala Kemerdekaan 2015 ini meningkatkan ancaman bagi lini pertahanan lawan bersama Terens Puhiri.
Jefri mampu tampil konsisten sepanjang 90 menit, di mana hal ini dibutuhkan timnas yang bermain dengan intensitas pressing tinggi. Ia juga cukup produktif, di mana dari 21 penampilan ia berhasil mencetak enam gol dan tiga asis.
Hanya saja Jefri tak memiliki jam terbang di timnas, yang bisa membuatnya bermasalah terkait mental bermain. Belum lagi sebelumnya sudah ada dua pemain PBFC di skuat timnas, yaitu Dian Agus Prasetyo dan Lerby Eliandri. Dian Agus dicoret di saat-saat terakhir menjelang keberangkatan skuat timnas ke Filipina karena cedera.
Muhammad Nur Iskandar
Saat Irfan Bachdim cedera, banyak yang menganggap penyerang Semen Padang, Muhammad Nur Iskandar, cocok menggantikannya. Kami pun sependapat, mengingat selain memiliki kecepatan, Nur Iskandar terbiasa bermain dengan skema dua penyerang, tepatnya 4-4-2 a la Nil Maizar.
Statistik di ISC-nya pun cukup menunjukkan kualitasnya. Dari 29 kali bermain, pemain berusia 29 tahun ini mencatatkan tiga gol dan sembilan asis. Jumlah asisnya tersebut merupakan yang tertinggi di ISC, di atas gelandang asing milik Bhayangkara FC, Khairallah Abdelkbir, yang menciptakan tujuh asis.
Nur Iskandar sendiri sempat membela timnas pada periode 2012 hingga 2014. Hanya saja ia baru memiliki empat caps saja. Jika saja ia dipanggil ke Piala AFF 2016, Indonesia akan memiliki duet asal Papua, karena Nur Iskandar pun lahir di Jayapura.
Serginho van Dijk
Berbicara lini depan, Indonesia sempat krisis penyerang setelah era Bambang Pamungkas berakhir. Meskipun masih ada Boaz, namun sebenarnya kapten timnas Indonesia tersebut merupakan pemain yang membahayakan kala menyisir sayap serangan.
Saat ini, selain Boaz, Indonesia diperkuat oleh Lerby Eliandri, Ferdinan Sinaga dan Muchlis Hadi. Namun jika dibandingkan dengan deretan nama tersebut, rasanya kualitas Serginho van Dijk cukup berada di atas tiga pemain lokal Indonesia.
Van Dijk sendiri terbilang telat nyetel dengan skuat Persib saat ini. Gol baru bergelontoran pada putaran kedua. Namun meski baru mencetak tujuh gol dari 18 penampilan, dengan kemampuan penyelesaian akhir yang di atas rata-rata, rasanya ia akan sangat berguna bagi timnas Indonesia. Tapi lagi-lagi, aturan maksimal dua pemain per kesebelasanlah yang mungkin membuat dirinya tak dilirik Riedl.
***
Dari daftar di atas, kami tidak menyodorkan pemain berposisi penjaga gawang. Karena meski kebobolan empat gol dari Thailand, Indonesia masih memiliki dua kiper berkualitas lainnya yakni Andritany Ardhyasa dan Teja Paku Alam.
Menurut kalian, siapa lagi pemain berkualitas Indonesia yang sepatutnya dibawa ke Piala AFF 2016?
Komentar