Dalam tiga laga yang dijalani Indonesia di Piala AFF 2016, Indonesia terbilang memiliki jumlah kebobolan yang cukup banyak. Total, tujuh gol bersarang ke gawang Indonesia. Empat gol dicetak Thailand, dua gol oleh Filipina, sementara satu gol dibobol oleh Singapura. Namun hal tersebut tak menjadi hambatan Indonesia melenggang ke babak semifinal.
Dengan catatan tersebut, terdapat satu nama yang cukup disoroti oleh masyarakat Indonesia, Kurnia Meiga. Kiper yang membela Arema Cronus ini mendapatkan kritik tajam sejak penampilannya menghadapi Vietnam sebelum Piala AFF 2016 bergulir.
Bahkan jika dihitung sejak melawan Vietnam, Kurnia Meiga total kebobolan 10 gol dari empat laga. Ini artinya, rataan kebobolan kiper berusia 26 tahun ini mencapai 2,5 gol per pertandingan.
Kemudian banyak yang menyarankan jika Andritany Ardhyasa-lah yang lebih layak menghuni posisi penjaga gawang tim nasional Indonesia. Apalagi sebelum digantikan Meiga, kiper Persija Jakarta ini hanya kebobolan dua gol meski berlaga tiga kali, yakni menghadapi Malaysia, Vietnam dan Myanmar.
Anggapan Andritany lebih baik dari Meiga pun terlihat dari apa yang keduanya tampilkan di Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016. Andritany memiliki jumlah penyelamatan yang lebih banyak dibanding Meiga. Belum lagi Meiga sempat mengalami cedera pada awal-awal ISC digelar.
Baca juga: Siapa yang Lebih Layak Jadi Kiper Timnas Indonesia?
Akan tetapi meski Andritany memiliki catatan statistik lebih mentereng, pelatih tim nasional Indonesia, Alfred Riedl, terus memercayai Meiga. Apa yang sebenarnya dilihat Riedl dari sosok Kurnia Meiga?
Sebenarnya, tak ada yang salah dengan pemilihan Meiga sebagai kiper utama Indonesia. Perlu diingat pula bahwa setiap kebobolan kiper menjadi kambing hitam. Berbicara kebobolan, berbicara juga bagaimana sistem pertahanan bekerja.
Sistem pertahanan sendiri tidak bisa menyalahkan empat pemain belakang semata. Sebagai sistem, sebagai suatu kesatuan, 10 pemain lapangan terlibat dalam sistem pertahanan. Ya, penyerang meski memiliki tugas utama sebagai pencetak gol, tetap memiliki peran tertentu ketika tim bertahan.
Dari tiga laga di Piala AFF 2016, penampilan Kurnia Meiga sendiri sebenarnya tak terlalu buruk. Meski tanpa penyelamatan menghadapi Thailand, adik kiper Arema, Achmad Kurniawan, ini melakukan lima penyelamatan menghadapi Filipina dan empat penyelamatan menghadapi Singapura. Penyelamatan-penyelamatannya pun terbilang cukup krusial.
Belum lagi dari deretan kiper yang dimiliki Indonesia saat ini, Andritany dan Teja Paku Alam, pengalaman bertanding di level internasional jelas diungguli Kurnia Meiga. Meiga sudah memiliki 14 caps (termasuk melawan Singapura). Sementara Andritany baru empat kali dan Teja Paku Alam belum sama sekali bermain di level senior.
Ditambah Kurnia Meiga masih berusia 26 tahun. Memberikan banyak pengalaman bermain baginya bisa menjadikannya sebagai kiper yang matang dalam empat sampai lima tahun ke depan. Karena untuk kemampuan penyelematan, sebagaimana yang ia tampilkan di Arema maupun di timnas Indonesia belakangan ini, Kurnia Meiga memiliki kemampuan untuk menjadi kiper utama timnas Indonesia.
Komentar