Menjadi kesebelasan ibu kota di Indonesia seharusnya membuat Persija Jakarta menjadi sorotan utama di sepakbola negeri ini. Tapi tidak seperti pilkada DKI Jakarta yang menyerap banyak perhatian dari seluruh Indonesia, Persija justru seperti terus “terbang di bawah radar”.
Keberadaan sosok pengusaha yang gila sepakbola seperti Gede Widiade sebagai direktur utama mereka membuat Persija bisa melakukan perbaikan-perbaikan.
Pertama-tama, hutang Persija yang mencapai Rp 90 miliar kabarnya bisa ditutupi. Kemudian, Persija juga sudah memiliki tempat latihan dan mes baru di Lapangan Sutasuma 77 di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Tempat latihan dan mes ini bisa menjadi kunci kesuksesan Persija dalam mempersiapkan skuat mereka sepanjang musim Liga 1 Indonesia, di saat kesebelasan lain sibuk mendatangkan pemain bintang.
Meskipun demikian, bukan berarti Persija tidak mendatangkan pemain bintang. Luiz Júnior (dipinjam dari Madura United), Arthur Irawan, Rudi Widodo, Rohit Chand yang pandai mengalirkan bola, dan Muhammad Hargianto adalah beberapa contoh pemain yang berhasil didatangkan oleh “Macan Kemayoran” menjelang Liga 1 dimulai.
Pelatih mereka, Alessandro Stefano Cugurra Rodrigues, atau yang lebih terkenal disapa “Teco”, juga dirasa menjadi pilihan yang tepat. Pelatih asal Brasil berusia 42 tahun ini tidak sembarangan ditunjuk, ia bisa berbahasa Indonesia, sehingga komunikasinya dinilai akan lancar di kesebelasan barunya ini.
Jika kita melihat manajemen Persija yang sebelumnya juga mengontrak manajer asing asal Brasil, Paulo Camargo, kita mungkin akan menyangsikan Teco, apalagi pengalamannya hanya berkutat di sekitar Liga Thailand dan itupun tidak terlalu berhasil.
Namun hal berbeda ditunjukkan oleh Camargo. Ia kurang lancar berbahasa Indonesia sehingga komunikasi di Persija pun terganggu. Hasilnya, Persija terpuruk di Liga Indonesia musim lalu (ISC A) dan pada akhirnya hanya berhasil finis di posisi ke-14.
Tapi, tugas Gede, Teco, dan manajemen Persija belum usai, ada satu masalah yang harus mereka tuntaskan sebelum Liga 1 dimulai, yaitu mengenai kandang Persija.
“Untuk hal ini (berkandang di Stadion Patriot, Bekasi) gak usah diberitakan dulu. Anda ingin Persija main di dekat ibu kota, maka bantu saya,” kata Gede setelah Persija menahan imbang tim nasional Indonesia dengan skor 0-0 pada pertandingan uji coba.
“Kalau semua tidak menghendaki main di Bekasi, maka hal itu (main di Patriot) gak akan saya lakukan. Kalau semua gak suka, gak akan saya pertimbangkan di sini (Patriot). Saya hanya ingin berikan Jakmania kenyamanan untuk main di dekat ibu kota, supaya gak banyak korban. Saya sudah lelah banyak korban [kalau main di luar Jakarta]. Intinya saya akan usahakan agar Persija main di dekat Jakarta,” lanjut Gede.
Kepala Dispora Pemkot Bekasi sebelumnya berkata bahwa mereka hanya memberikan izin kepada salah satu kesebelasan dari liga yang sama untuk bermain di Stadion Patriot. Sebelumnya, ada Patriot Chandrabraga (Liga 3) yang merupakan kesebelasan asli asal Bekasi yang sudah pasti memakai stadion ini.
Sementara dari Liga 1, Persija dan Bhayangkara FC, yang keduanya dimiliki oleh Gede Widiade, memperebutkan Stadion Patriot.
Jika mengacu pada kutipan Gede di atas, sudah seharusnya Persija dan Jakmania mendapatkan tempat bermain terbaik mereka, yaitu di Kota Jakarta, atau setidaknya sekitar Jakarta (Jabodetabek). Jangan sampai kesebelasan ibu kota justru harus merantau lagi.
Komposisi Skuat
Selain masalah-masalah non-teknis di atas, skuat Persija dirasa sudah cukup baik untuk mengarungi Liga 1. Mereka memiliki dua pemain yang sudah berusia di atas 35 tahun, sesuai dengan regulasi Liga 1, yaitu Bambang Pamungkas (36 tahun) dan Ismed Sofyan (37). Kedua pemain ini, meskipun sudah sangat senior, masih dianggap sebagai pemain yang berpengaruh bagi “Macan Kemayoran”.
Kemudian di deretan pemain-pemain U23, yang juga sesuai dengan regulasi Liga 1, Persija memiliki dua nama yang sudah dipanggil ke timnas Indonesia, yaitu Ryuji Utomo (21) dan Hargianto (20). Keduanya juga merupakan pemain yang sangat menjanjikan bagi skuat asuhan Teco, apalagi jika keduanya bisa dimainkan secara reguler di Liga 1 (jika timnas mengundurkan rencana training centre mereka).
Untuk pemain U23 lainnya, Persija memiliki jumlah yang relatif aman, seperti Abrizal Umanailo, Rezaldi Hehanusa, Rizky Darmawan, Sutanto Tan, dan masih ada beberapa lagi, salah satunya adalah Muhammad Rasul yang juga tidak kalah menjanjikannya.
Selain pemain “tua” dan pemain U23, komposisi skuat Persija dihuni oleh nama-nama yang tidak kalah mentereng seperti Andritany Ardhiyasa, Vava Mario Yagalo, Maman Abdurrahman, Ramdani dan Pandi Lestaluhu, Amarzukih, Gunawan Dwi Cahyo, serta William Pacheco.
“Macan Kemayoran” sudah memiliki tiga pemain asing, yaitu dua dari Brasil (Pacheco dan Luiz Júnior) serta satu pemain asing Asia yang berasal dari Nepal (Chand), sehingga Gede bisa saja mendatangkan pemain asing lainnya yang berlabel marquee player.
“Kalau saya dapat duit, pasti saya akan mendatangkan pemain top. Itu rumus saya. Sekarang saya belum punya duit, maka saya belum bisa ngedatangin pemain top,” kata Gede.
Pemain Andalan: Luiz Júnior
Sebagai pemain baru, Luiz Júnior dinilai sudah memiliki pengalaman di Indonesia. Meskipun ia dipinjamkan oleh Madura United karena ia dinilai kurang berkualitas, Luiz sebenarnya sudah menunjukkan kualitasnya saat masih berseragam Barito Putera pada ISC A 2016 lalu.
Bermain di Barito, penyerang asal Brasil ini berhasil mencetak 16 gol. Untuk ukuran seorang penyerang, ia adalah salah satu penyerang yang tajam di Indonesia. Di saat Bambang sudah mulai menua, kehadiran Luiz di skuat “Macan Kemayoran” sudah seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Teco.
Luiz sendiri memang belum menunjukkan kemampuan terbaiknya selama pra-musim, baik bersama Madura maupun Persija. Tapi melihat rekam jejak kariernya, seharusnya ia bisa nyetel di sepakbola Indonesia.
Ia bukan tipikal penyerang asing yang tinggi dan besar seperti yang selama ini menjadi template penyerang asing di Indonesia. Teco bisa memanfaatkan pergerakan pemain berusia 26 tahun ini untuk mencetak gol maupun membuka ruang bagi rekan-rekannya.
Di saat skuat Persija dinilai sudah cukup kompetitif, hanya tinggal bagaimana Teco saja meramu taktik di kesebelasan ibu kota ini, terutama dengan kehadiran Luiz.
Perkiraan Formasi dan Susunan Pemain
Memiliki banyak pemain berkualitas di lini belakang adalah salah satu keunggulan Persija. Dari mulai penjaga gawang Andritany, bek-bek tengah yang dihuni oleh Pacheco, Ryuji, Maman, Gunawan, dan Vava Mario Yagalo, sampai bek sayap yang diisi oleh Ismed, Arthur, dan Rezaldi, membuat Persija bisa saja menerapkan formasi tiga bek dengan dua wing-back.
Namun, itu hanya potensi dan perkiraan dari saya. Karena selama ini, Persija sendiri sepertinya lebih terbiasa jika bermain dengan formasi 4-3-3.
Perkiraan mengenai potensi ini bukannya tanpa alasan. Saat bermain imbang dengan timnas Indonesia, kedua bek sayap Persija (saat itu adalah Ismed dan Rezaldi) dinilai bisa menghentikan kecepatan lawan-lawan mereka. Mereka juga menunjukkan transisi yang baik terutama ketika dari bertahan ke menyerang.
Melihat pertahanan dan transisi dari bertahan mereka yang cukup menjanjikan, ternyata hal yang berbeda ditunjukkan oleh lini depan mereka. Salah satu kelemahan utama Persija selama pra-musim adalah pada penyelesaian akhir mereka.
Baca juga: Teco: Ada Beberapa Hal yang Masih Bisa Ditingkatkan
“Sejak Piala Presiden, tim ini sudah lebih bagus. Para pemain sudah mengerti taktik yang ingin diterapkan, tapi kami memang harus bekerja lagi untuk membenahi penyelesaian akhir, shooting, dan umpan silang ke area kotak penalti,” kata Teco, seperti yang dikutip dari Goal.
Sebelumnya, setelah menang 1-0 melawan Cilegon United (18/3), Teco juga berpendapat jika kekurangan kesebelasannya saat ini adalah pada penyelesaian akhir.
Komentar