Evolusi Man City Dimulai dari Bek Sayap

Taktik

by Dex Glenniza 31931

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Evolusi Man City Dimulai dari Bek Sayap

Halaman kedua

Untuk memainkan “sepakbola kontrol penuh”, Guardiola membutuhkan dominasi penguasaan bola untuk memancing perubahan bentuk permainan lawan sekaligus menciptakan ruang.

Di sini lah bek sayap menjadi penting, karena baik saat memainkan skema tiga bek (3-5-2) atau empat bek (4-3-3), full-back City dituntut untuk naik dan turun pada skema tiga bek, serta bergerak aktif di area belakang pada skema empat bek.

Saat memainkan formasi tiga bek, Ederson atau Stones (bermain di bek tengah bagian sentral) menjadi pemain pertama yang menginisiasi penyerangan City. Tapi kemudian bek sayap yang berkualitas-lah yang menjadi nyawa filosofi “kontrol penuh” Guardiola. Dengan kedua bek sayapnya ini, City jadi bisa memainkan bola dari belakang ke depan, sekaligus menyediakan permainan melebar melalui posisi yang tinggi di lapangan lawan.

Saat bek sayap bermain melebar itu lah yang membuat De Bruyne dan Silva bisa tetap berada di wilayah sentral lapangan, sehingga mereka berdua sering menjadi pemain penghubung kepada para penyerang.

Sementara saat memainkan skema empat bek, kedua bek sayap bisa naik dan gelandang bertahan turun, sehingga kembali membentuk formasi tiga bek khusus ketika membangun serangan.

Di lain kesempatan, kedua bek sayap juga bisa bergerak ke area tengah lapangan untuk memenuhi istilah inverted full-back yang mulai terkenal musim lalu. Pada saat itu, Pep menyuruh bek sayapnya bergerak ke area tengah lapangan, di depan bek tengahnya bahkan kadang di depan gelandang bertahannya, untuk memfasilitasi dan memaksimalkan opsi operan dari belakang ke depan melalui bentuk berlian.

Ini juga yang menjadi alasan kenapa Pep menginginkan penjaga gawang yang bisa memainkan bola, sehingga ia bisa membangun serangan jauh dari belakang (bukan dari bek, tapi dari kiper). Sementara jika bek sayapnya terlalu ditekan oleh lawan, mereka bisa kembali bergerak ke sayap untuk menyediakan opsi operan, terutama dari penjaga gawang.

***

Untuk ukuran awal musim, Manchester City memiliki awal yang sangat menjanjikan. Mereka memuncaki klasemen liga, memuncaki catatan posession (rata-rata 64,7% dengan 81,3% di final third lawan), jumlah gol (21), asis (18), jumlah operan sukses (3.549), akurasi operan sukses (88,7%), big chance (14), menang duel udara (58,7%), peluang (membuat satu peluang setiap 4,8 menit), dan kebobolan paling sedikit (2 bersama United). Apa lagi yang kurang?

Dengan gaya permainan penguasaan bola yang mengontrol penuh pertandingan, Pep Guardiola menunjukkan permainan yang sangat cair yang bisa memuaskan seluruh pemain dan pendukungnya.

Ini masih jauh dari akhir musim, tentunya ada potensi kelemahan dari sistem ini yang bisa dieksploitasi oleh lawan, misalnya ketika ia memainkan garis pertahanan yang terlalu tinggi sehingga bisa sangat rentan terkena counter attack, apalagi ketika kedua bek sayapnya berada terlalu tinggi di daerah lapangan lawan.

Namun di samping itu semua, sangat menarik melihat pembangunan serangan pada permainan Man City. Tidak heran beberapa pandit sudah membicarakan gelar juara bagi Man City. Andaikan membicarakan gelar juara itu terlalu dini, tidak demikian dengan permainan yang menyenangkan dan penuh kontrol dari Guardiola. Man City sedang berevolusi bersama Guardiola, dan bek sayap memegang peranan penting pada evolusi ini.

Komentar