Liga 1 2021/22 sudah memasuki pekan ke-26. Hingga pekan tersebut, zona degradasi silih berganti dihuni oleh tim berbeda. Barito Putera, tim yang sempat terperosok ke zona terbawah, akhirnya berhasil lepas dari ancaman degradasi.
Tim berjuluk Laskar Antasari itu mencatatkan tiga kemenangan beruntun atas PSIS Semarang (1-2), Persipura Jayapura (3-0), dan Persela Lamongan (2-4). Ini adalah rekor terbaik Barito selama bergulirnya Liga 1.
Torehan manis Barito tidak lepas dari Rahmad Darmawan, pelatih yang ditunjuk per awal 2022. Ia berhasil menemukan racikan yang pas untuk Barito setelah menjalani enam pertandingan.
Pada enam laga sebelumnya, Rahmad menelan lima kekalahan dan satu hasil imbang. Saat itu, ia merasa belum ada ikatan yang baik antar pemain.
“Tim Barito Putera dalam proses transisi. Sebenarnya bukan pemain asing saja yang harus adaptasi. Pemain lokal juga harus memahami cara main dan keinginan pemain asing itu. Baru kerja sama tim bisa jalan bagus,” ungkap Rahmad kepada Bola.
Sebelum berlabuh ke Barito, Rahmad menukangi Madura United sampai pekan ke-12. Namun Rahmad harus dipecat karena rentetan hasil buruk yang diterima Madura United. Bersama Rahmad, Madura bukukan dua menang, lima seri, dan empat kekalahan.
Selepas dari kesebelasan berjuluk Laskar Sapeh Kerap itu, Rahmad mengarsiteki RANS Cilegon yang berada di Liga 2. Rahmad nyatanya berhasil memberikan gelar runner-up untuk RANS yang memastikan promosi ke Liga 1 2022/2023.
Keberuntungan kontra PSIS Semarang
Sedari menit awal, Barito cenderung bermain tidak tergesa-gesa. Namun, permainan lambat yang ditunjukkan Laskar Antasari, membuat pertahanannya sendiri langsung jadi sasaran empuk.
Hal itu tidak lepas dari sisi area pertahanan Barito yang kosong sehingga pemain sayap PSIS dengan leluasa berada di sana. Kebebasan itu didapatkan karena dua bek sayap Barito ikut masuk ke dalam kotak penalti ketika penguasaan bola lawan berada di sepertiga akhir. Mungkin kekosongan itu tidak akan terjadi jika dua penyerang sayap Barito rela turun ke area sisi pertahanan.
Pola bertahan itu sepertinya tidak lepas dari Barito yang sangat mengandalkan serangan dari sayap. Peran itu diemban Beni Oktavianto (kiri) dan Ambrizal Umanailo (kanan). Beni punya akselerasi yang cepat dan pergerakannya bisa mengecoh lawan.
Dalam percobaan menyerang pertama, mantan penyerang Persib Bandung itu mendapat umpan terobosan dari tengah. Beni bergerak masuk dari koridor flank ke half-space lawan. Saat berada di dalam kotak penalti, Beni berupaya melakukan cut-inside, tetapi disusul umpan yang terlalu lemah.
Barito cukup berani untuk terus menyerang pada 10 menit pertama. Dari Beni, kemudian Umanailo yang cerdik mengumpan jauh ke depan. Empat bek PSIS yang berada sejajar, tidak mengira bola akan langsung menuju daerah pertahanannya. Meski begitu, beruntung Rafael Silva tidak mampu mengkonversi peluang tersebut menjadi gol.
Gol pertama Barito justru tercipta dari sepak pojok. Umanailo sebagai eksekutor tendangan lagi-lagi mengirimkan bola matang. Sayangnya Renan Alves gagal menyambar bola. Sementara bola malah mengenai kepala penyerang PSIS, Chevaughn Walsh.
Hanya butuh beberapa menit, PSIS mampu menyamai kedudukan. Hal ini kembali menunjukkan efek buruk dari kosongnya sisi lapangan pertahanan Barito. Tujuh pemain Barito yang tengah menjaga daerah pertahanan, tidak cekatan mengukur probabilitas.
Flavio mendapatkan keleluasaan di sisi kanan pertahanan Barito yang dengan mudah masuk ke dalam kotak penalti. Bayang-bayang dari Buyung Ismu dan Raphael Maitimo pun terasa percuma karena Flavio mampu memberikan bola kepada Eka Febri di luar kotak penalti. Kemudian Eka berhasil menceploskan bola ke dalam gawang Barito melalui sepakan datar kerasnya.
Laga ini diwarnai dengan percobaan tendangan-tendangan dari luar kotak penalti. Setidaknya, dari lima tendangan, dua gol tercipta. Dua gol lain dicetak Lutfi Kamal di menit ke-29. Gol indah tersebut memastikan Barito unggul hingga peluit panjang dibunyikan.
Kemenangan atas PSIS memastikan Barito naik satu peringkat, dari peringkat ke-17 di pekan 23, menjadi peringkat ke-16 di pekan selanjutnya. Bagi Barito, perlahan tapi pasti beranjak dari zona degradasi.
Nirbobol dari Persipura Jayapura
Performa sektor pertahanan Barito meningkat kala menghadapi Persipura. Penilaian tersebut jelas disematkan berdasarkan gawang Muhammad Riyandi yang nirbobol atau bebas dari kebobolan.
Hal itu terlihat di menit kedua, saat Ramai Rumakiek melakukan umpan terobosan kepada Ramiro Fergonzi. Muhammad Firly yang berada di sebelah Fergonzi, terlambat membalikan badan. Alhasil, Fergonzi bisa melewati Riyandi, tetapi sepakan akhir mampu digagalkan Firly dengan cepat.
Berselang dua menit, Barito membuka gol lewat tendangan bebas. Lutfi memberikan umpan jauh, lalu Renan Silva menyambutnya. Pertahanan Persipura seakan membiarkan pergerakan Alves leluasa.
Dalam laga ini, Barito tidak sedominan saat melawan PSIS. Kontra PSIS, Laskar Antasari menguasai 60% bola sepanjang pertandingan. Sementara saat menghadapi Persipura, menguasai bola 32%.
Persipura memang terlihat menguasai pertandingan, tetapi mereka gagal menghadang bola-bola mati Barito. Setidaknya, gol kedua kembali terjadi lewat tendangan bebas. Tembakan Bruno Matos sukses ditepis kiper Persipura. Sayangnya, bola mentah berhasil dimanfaatkan Bayu Pradana.
Ketika kesulitan memecah kebuntuan Persipura kembali bobol ketiga kalinya. Umpan silang Buyung Ismu tepat mengarah ke Beni Oktovianto. Lutut kaki Beni pun mendorong bola ke dalam gawang Persipura.
Comeback dari Persela
Tertinggal dua gol, tidak menyurutkan semangat anak asuh Rahmad. Lakar Antasari pun tancap gas di menit ke-22. Menerima umpan lambung, Rafael mampu lepas dari cengkraman pertahanan Persela. Ia pun memberikan bola ke Matos yang bebas pengawalan. Dua kali tembakan, barulah Matos bisa memecah kebuntuan gol.
Selang delapan menit, Barito lagi-lagi menyamakan kedudukan dengan memanfaatkan bola muntah. Sebagai algojo tendangan bebas, Renan mencoba tembakan datar. Rupanya bola memantul dari kaki pemain Persela yang bisa dikonversi menjadi gol oleh Rafael.
Jual dan beli serangan terjadi. Keduanya ngotot untuk mencuri tiga poin. Namun keberuntungan ternyata lebih berpihak ke Barito. Bayu Pradana menjadi pahlawan yang membalikan nasib Laskar Antasari.
Seperti dua laga sebelumnya, bola mati dan sepakan jarak jauh adalah andalan Barito. Gol ketiga Barito atas Persela, tercipta lewat tembakan keras Bayu dari luar kotak penalti. Saat mengeksekusi tendangan, Bayu bebas dari kawalan lawan. Ia hanya dibayangi oleh Demerson yang berada tepat di depannya.
Sebaliknya, Barito bisa melebarkan keunggulan di waktu tambahan. Bruno Mastos, yang berada di daerah middle third, mendapat bola panjang dari belakang. Saat para pemain Persela sibuk menyerang gawang Barito, Matos dengan cepat menggiring bola dan melewati dua bek yang sempat menghadangnya. Mantan gelandang serang Persija Jakarta ini pun memastikan kemenangan empat gol Barito.
Situasi Bola Mati dan Area Depan Kotak Penalti
Bersama Rahmad, Barito mulai menunjukan tren positif yang sebelumnya kesulitan untuk padu. Rahmad paham betul memanfaatkan kemampuan para anak asuhnya dalam situasi bola-bola mati. Area depan kotak penalti adalah hal paling berbahaya yang dimiliki serangan Barito saat ini. Di sanalah Barito seperti punya segudang pemain dengan akurasi tembakan jarak jauh berbahaya.
Hanya saja transisi bertahan yang buruk menjadi pekerjaan rumah bagi Rahmad dalam sisa 11 pertandingan ke depan. Tiga kemenangan beruntun yang diberikan Rahmad berhasil mengantarkan Barito keluar dari zona berbahaya di klasemen sementara Liga 1 musim ini. Terlepas dua laga melawan tim klasemen bawah (Persipura dan Persela), mereka bisa lepas risiko tersingkir dari Liga 1.
Komentar