Tim nasional Indonesia akan menjamu tim nasional Curacao dalam ajang FIFA Matchday bulan September tahun 2022. Laga pertama akan dihelat pada hari Sabtu tanggal 24 September 2022 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Ini menjadi pertemuan pertama Garuda dengan La Familia Azul.
Sebelumnya, Indonesia telah beberapa kali bertemu dengan negara dari zona CONCACAF. Dari enam pertemuan, Indonesia hanya berhasil dua kali memenangkan pertandingan. Negara CONCACAF terakhir yang dihadapi Indonesia adalah Guyana pada tahun 2017 dalam laga persahabatan. Pada laga tersebut, Garuda berhasil menekuk Golden Jaguars dengan skor tipis 2-1.
Bagi Indonesia, laga ini tidak hanya tentang mengumpulkan poin FIFA. Tetapi juga sebagai langkah persiapan sebelum berlaga di Piala AFF yang akan diselenggarakan bulan Desember tahun 2022. Mengingat, target yang diincar oleh sang pelatih adalah juara.
“Awalnya saya bingung kenapa Indonesia berada di POT ketiga pada drawing ini, namun setelah dijelaskan bahwa penilaiannya dari dua event AFF sebelumnya jadi baru paham. Saya akan mempersiapkan Timnas Indonesia dengan baik serta maksimal agar meraih juara Piala AFF 2022” ujar Shin Tae-yong yang dikutip dari laman resmi PSSI.
Di kubu lawan, pertandingan ini merupakan laga penting untuk menguji hasil evaluasi sang pelatih baru, Remko Bicentini. Pasalnya, Curacao masih terpuruk di dasar klasemen Grup C Liga Negara CONCACAF dengan raihan 3 poin. Bicentini menaruh target untuk mampu berbicara banyak dalam kompetisi tersebut. Maka tidak heran jika pada laga nanti, Curacao menunjukan taktik dan pola yang berbeda dengan apa yang ia mainkan sebelum pergantian pelatih.
Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama Tim Nasional Indonesia dan Curacao
Meskipun Curacao lebih unggul di atas kertas, tim nasional Indonesia masih memiliki peluang untuk menang di depan pendukungnya sendiri. Terdapat beberapa faktor kunci yang mampu memperbesar peluang Garuda meraih hasil positif.
Eksploitasi Sektor Sayap
Seperti yang telah diuraikan dalam artikel peta kekuatan tim nasional Curacao, mereka tidak memiliki keunggulan dalam hal kecepatan. Kelemahan ini cocok dengan kekuatan tim nasional Indonesia yang dihuni banyak pemain cepat. Shin Tae-yong perlu memanfaatkan kelemahan ini ke dalam segala situasi (menyerang, bertahan, dan transisi).
Baca Juga: Peta Kekuatan Timnas Curacao: Kedalaman Skuad, Gaya Bermain, Hingga Kelemahannya
Dengan menggunakan formasi dasar 3-4-3, tim nasional Indonesia punya keunggulan di sektor sayap. Terutama pada saat situasi menyerang. Pratama Arhan dan Yakob Sayuri turut membantu serangan dengan melakukan overlap untuk menciptakan keunggulan pemain di sektor sayap. Klok dan Kambuaya bergantian mendekat ke sisi kanan atau kiri tergantung posisi bola. Tujuanya adalah untuk menciptakan opsi umpan dan opsi kombinasi untuk membongkar pertahanan lawan.
Witan dan Egy yang menempati posisi penyerang sayap perlu menjaga jarak dengan lini tengah agar tidak terlalu jauh. Jika terlalu jauh, baik Arhan maupun Yakob akan kesulitan untuk menginisiasi kombinasi di area sayap. Dukungan dari dua gelandang pun akan terbuang percuma jika jarak mereka terlalu jauh. Alhasil besar kemungkinan bola berhasil direbut lawan atau dikembalikan ke lini belakang.
Alternatif lainnya adalah Dimas Drajad yang turun ke tengah untuk menarik bek tengah lawan. Dengan demikian, struktur pertahanan Curacao menjadi tidak teratur dan tercipta ruang untuk Witan dan Egy di sektor sayap. Momen ini bisa menjadi peluang terbesar Indonesia untuk mencetak gol. Kuncinya adalah kejelian pemain sayap untuk mendeteksi celah dan akurasi umpan dari lini tengah ke ruang yang diciptakan oleh pergerakan Dimas Drajad.
Berani Menekan Secara Kolektif
Selain soal kecepatan, kelemahan Curacao yang cocok dengan kelebihan tim nasional Indonesia adalah soal kolektivitas. Kelemahan ini cukup terlihat ketika mereka kalah dari tim nasional Kanada empat gol tanpa balas dalam ajang Piala Negara CONCACAF. Setiap lini terlalu fokus pada areanya masing-masing. Padahal, jika pemain turut berkontribusi dalam setiap fase dan saling membantu baik dalam situasi menyerang maupun bertahan, Curacao berpeluang mendapatkan hasil yang lebih baik.
Kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh para punggawa Garuda. Tapi, Shin Tae-yong perlu memastikan bahwa anak asuhnya bisa bermain secara kolektif dan bersedia berkontribusi di setiap fase (menyerang, bertahan, dan transisi). Jika tidak, kelemahan lawan justru bisa menjadi kekuatan dan merugikan tim nasional Indonesia.
Aplikasi kolektivitas cocok digunakan dalam situasi tidak menguasai bola atau sering dikenal dengan istilah off posession. Curacao kemungkinan besar berusaha membangun serangan dari lini belakang dengan umpan pendek atau umpan panjang ke area sayap yang diakhiri dengan umpan silang mengincar duel udara. Rencana ini perlu dipatahkan sejak Curacao masih menguasai bola di kaki pemain belakang.
Shin Tae-yong bisa menginstruksikan punggawanya untuk melancarkan tekanan di area pertahanan lawan. Tidak secara individu, tetapi secara kolektif. Artinya, tekanan dilakukan secara terorganisir dengan baik dan melibatkan semua lini. Tiga sampai empat orang menekan dengan menutup jalur umpan sementara lini tengah dan belakang bergerak ke depan untuk mempersempit ruang bermain lawan. Dengan cara seperti ini, Indonesia berpeluang menekan risiko kebobolan.
—
Laga ini sangat penting bagi tim nasional Indonesia. Selain menambah poin FIFA, pertandingan ini ideal untuk menguji kekuatan dan menemukan kelemahan di dalam skuad Garuda. Apapun hasil pertandingan ini, pelatih dan pemain harus mampu mendapatkan pelajaran dan bahan evaluasi agar mampu tampil maksimal di ajang Piala AFF 2022 bulan Desember mendatang.
Komentar