Ia wafat tumbang dengan wajah mencium rumput lapangan, sesaat setelah mencetak gol indah dari luar kotak penalti dan merayakannya dengan mengenakan nomor punggung kesayangannya: sembilan. Hari itu menjadi pertandingan, gol, dan selebrasi terakhirnya dalam
Super League sudah hadir dengan identitas visual yang mengusung semangat profesionalisme dan modernisasi. Namun, persoalan klasik masih muncul: tunggakan gaji pemain serta larangan suporter tandang yang belum dihapus.
Takdir seorang pemain pascablunder tidak ditentukan oleh fatalnya kesalahan, melainkan oleh faktor lain yang lebih irasional. Faktor irasional itulah yang terangkum dalam kalimat: "Ketika jersei klub lebih berat dari lambang Garuda".
Mungkin, kita semua sepakat bahwa Ousmane Dembele sangat layak mendapatkan Ballon d'Or. Perjuangannya tak cuma diukur dari keberhasilan ia di PSG, tapi jauh sebelum itu.