Antonio Conte dan Mental Pemenang yang Ia Bisa Berikan untuk Chelsea

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Antonio Conte dan Mental Pemenang yang Ia Bisa Berikan untuk Chelsea

Chelsea menjalani musim yang bisa dibilang seperti mimpi buruk pada musim 2015/2016. Skuat berjuluk The Blues ini sempat terseok-seok hingga mendekati zona degradasi. Namun pergantian manajer dari Jose Mourinho ke Guus Hiddink cukup mengatrol peringkat Chelsea walau harus puas di peringkat 10.

Musim 2016/2017, Hiddink yang saat itu memang berstatus sebagai caretaker, tak lagi menangani Chelsea. Sebagai gantinya, Chelsea menunjuk mantan pelatih Juventus dan timnas Italia, Antonio Conte.

Kepindahan Conte ke Chelsea akan menjadi pengalaman pertama bagi pelatih yang juga merupakan legenda Juventus ini melatih di luar Italia. Namun, dengan filosofi dan kepribadian yang ia miliki, para pendukung Chelsea boleh berekspektasi besar pada Conte untuk bisa memberikan kejayaan baru di kesebelasan asal London Barat ini.

Datangnya Conte ke Liga Primer memang bersamaan dengan buruknya performa Chelsea musim lalu. Tentunya banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikannya, terutama mengembalikan mental para pemain Chelsea yang disebut-sebut terjun bebas karena hasil musim lalu.

Mengembalikan moral pemain, para pemain juara yang ada dalam skuat Chelsea, akan menjadi tugas pertama Conte dalam menangani Chelsea. Soal ini, Conte tentunya memiliki pengalaman, seperti yang sudah ia lakukan saat mengembalikan harga diri Juventus.

Saat bergabung dengan Juventus, raksasa Italia tersebut tengah menjadi kesebelasan pesakitan. Sejak promosi dari Serie B pada musim 2007/2008, Juventus hanya berkutat di papan tengah Serie A.

Sebelum Conte datang, Juve menempati peringkat tujuh klasemen dalam dua musim terakhir, terburuk sejak kembali ke Serie A. Situasi eksternal pun memanas di mana ultras Juventus memprotes situasi buruk tersebut.

Namun Conte datang dengan segala kemampuannya dalam meningkatkan moral para pemain. Setidaknya, hal ini yang menurut Andrea Pirlo, pemain yang menjadi bagian bangkitnya Juventus saat ini, membuat Juventus bisa kembali merajai Serie A.

"Saya telah bekerja sama dengan banyak pelatih sepanjang karier, namun Conte-lah yang paling mengejutkan. Dengan satu pidato singkat, beberapa kata sederhana, ia sudah berhasil meyakinkan saya dan seluruh skuat Juventus," tulis Pirlo dalam bukunya I Think Therefore I Play.

Lantas seperti apa pidato yang disampaikan Conte saat itu? Begini bunyinya:

"Teman-teman, kita finis di posisi ketujuh pada dua musim terakhir. Ini gila, luar biasa menyebalkan. Saya datang ke sini bukan untuk hasil semacam itu. Saatnya kita berhenti bermain buruk. Kita harus melakukan segalanya untuk mengangkat performa kita dan mulai kembali menjadi Juve. Kita harus membalikkan keadaan dan ini bukan permintaan halus; ini perintah, kewajiban moral. Kalian hanya perlu melakukan satu hal dan ini sangat sederhana: ikuti kata-kata saya."

"Dan dengan baik-baik, Nak, karena saya belum selesai. Camkan di benak kalian bahwa kita harus kembali ke level kita seharusnya, yang seharusnya tercatat dalam sejarah klub ini. Gagal mencapai tiga besar musim ini sama saja dengan tindakan kriminal. Kalian perlu marah seperti saya. Titik!"

Atas pidatonya itu, Pirlo sampai terkagum-kagum. Menurutnya, saat Conte bicara, kata-katanya menghujam, menerobos pintu pikiran, dan begitu kuat bertahan dalam kepala. Ia bahkan mengakui sering mengatakan seperti ini, "Gila, Conte mengatakan hal hebat lagi hari ini".

Untuk memahami cerita, kenapa Conte bisa begitu meledak-ledak baca juga: Antonio Conte dan Nonsense

Hasilnya seperti yang kita tahu, Juventus langsung menjuarai Serie A di musim pertama Conte menangani Si Nyonya Tua. Lebih dari itu, kesebelasan berjuluk Bianconeri ini pun menjuarai Serie A tiga musim berturut-turut berkat kerja luar biasa Conte, dan memberikan fondasi yang kuat untuk Juventus hingga lima musim beruntun juara Serie A.

Di lapangan, Conte menunjukkan betapa dirinya sangat ambisius dan benar-benar ingin memotivasi anak asuhnya. Bahkan aksinya di bench terlihat begitu ekspresif dan selalu mencuri perhatian.

Conte akan sangat marah jika tim yang ditanganinya kalah. Bahkan belum lama ini, di Piala Eropa 2016, Conte pernah meneriaki anak asuhnya dengan kalimat "Vi ammazzo tutti!" yang artinya "Saya akan membunuh kalian!", ketika Romelu Lukaku (Belgia) nyaris mencetak gol (padahal Italia dalam keadaan unggul 1-0). Dan ini bukan yang pertama, di Juventus pun ia pernah melakukan hal serupa.

Pada laga Liga Primer perdananya menghadapi West Ham United, Conte pun tetap menunjukkan ciri khasnya dalam memberikan instruksi. Bahkan terbilang jarang kita melihat Conte duduk dan mencatat (ya, tidak seperti meneer itu).

Instruksi-instruksi serta pergantian yang taktis dan efisien (mengubah formasi dari 4-2-3-1 menjadi 4-4-2 saat memasukkan Michy Batshuayi) kemudian berbuah hasil positif. Pemain Chelsea bermain tanpa lelah sepanjang pertandingan; gol Diego Costa yang berasal dari asis Batshuayi pun bersarang pada menit ke-89.

Karenanya penunjukkan Conte sebagai manajer Chelsea merupakan pilihan tepat. Conte memiliki kekayaan taktikal yang sudah ia pamerkan di pertandingan pertama. Terlebih, dengan kemampuannya sebagai motivatur ulung, mengembalikan mental pemenang para pemain Chelsea yang terpuruk pada musim lalu tampaknya bukan hal yang sulit ia lakukan.



Ada banyak kisah menarik lainnya dari buku otobiografi Andrea Pirlo berjudul "I Think Therefore I Play" kalian bisa membaca beberapa cerita tersebut di tautan berikut.

Komentar