Ada satu hal yang tidak benar-benar hilang dari PSIS Semarang. Ia adalah drama, bak opera sabun yang kadang begitu absurd sampai-sampai para suporter lebih fasih membahas urusan saham dan politik lokal dibanding performa tim.
Mencintai Surabaya tidak harus melulu dari kacamata sepak bola. Namun, Surabaya selalu mencintai dunia sepak bola seutuhnya tanpa memandang suku, agama, dan ras.
Secara postur dan perawakan, Ulliam Barros memang terlihat tidak cukup menakutkan buat bek lawan. Dia bukan tipe striker yang sangar, berotot, atau terlihat mematikan di kotak penalti.
Ia wafat tumbang dengan wajah mencium rumput lapangan, sesaat setelah mencetak gol indah dari luar kotak penalti dan merayakannya dengan mengenakan nomor punggung kesayangannya: sembilan. Hari itu menjadi pertandingan, gol, dan selebrasi terakhirnya dalam