Bali United kembali membuat gebrakan di bursa transfer dengan mendatangkan pemain asing bernilai tinggi, yaitu Thijmen Goppel. Winger asal Belanda ini dikontrak selama dua musim dan langsung menjadi sorotan berkat nilai pasarnya yang menyentuh sekitar Rp12,1 miliar versi Transfermarkt.
Nilai tersebut menempatkan Goppel sebagai pemain dengan market value tertinggi di Liga 1, melampaui Rizky Ridho yang sebelumnya memimpin dengan Rp7,8 miliar. Rekrutmen ini bukan hanya transfer strategis, tapi juga simbol ambisi komersial dan kompetitif Bali dalam menyongsong musim baru.
Kedatangan Goppel juga melanjutkan "aroma Belanda" di tubuh Bali United, setelah lebih dulu merekrut pelatih Johnny Jansen dan kiper Mike Hauptmeijer. “Saya ingin juara bersama tim ini,” ujar Goppel, dikutip dari situs resmi klub.
Namun, pertanyaannya bukan hanya soal “siapa dia?”, melainkan “apa nilai tambah yang dibawanya ke Liga 1?”
Cepat, Efisien, dan Taktis
Terakhir membela Wehen Wiesbaden di Bundesliga 3, Goppel mencatatkan statistik yang impresif dengan 126 penampilan menghasilkan 17 gol dan 27 asis selama empat musim. Pada musim 2024/25, Goppel mencatatkan 6 gol, 8 asis dari 32 laga. Dari data yang dihimpun, ia juga memiliki expected asis dengan rataan 1,70 persen 90 menit dan dribel sukses sebanyak 75 persen.
Thijmen Goppel saat memperkuat Wehen Wiesbaden. Sumber: Liga-Zwei
Di atas kertas, Goppel adalah pemain sayap modern, yaitu cepat, efisien, dan minim sentuhan mubazir. Dalam sistem Wiesbaden, ia berperan sebagai outlet transisi, memanfaatkan ruang di sisi sayap, dan meledak dalam akselerasi. Gaya main ini sangat sesuai dengan kebutuhan Bali yang kerap melawan blok rendah dan mengandalkan serangan balik cepat.
Salah satu keunggulan utama Goppel adalah fleksibilitas peran. Ia bisa bermain sebagai penyerang sayap dan bek sayap kanan (dalam formasi tiga bek). CEO Bali United, Yabes Tanuri, menyebutkan bahwa Goppel direkrut karena bisa memenuhi kebutuhan multi-posisi di bawah arahan Jansen.
“Pengalamannya di liga Eropa semoga menjadi nilai positif bagi Serdadu Tridatu. Kami harap kontribusi nyatanya membantu meraih prestasi tertinggi musim ini.”
Dalam sistem 4-3-3 atau 4-2-3-1 milik Jansen, Goppel dapat melebar dan menyerang garis sebagai sayap murni. Lalu ia juga mampu menarik bek lawan dan membuka half-space untuk overlapping fullback. Goppel juga akan menjadi pendobrak lini kedua jika menggunakan formasi 3-4-2-1 sebagai wingback ofensif.
Dengan kemampuan bermain tanpa bola yang baik dan timing masuk ke ruang kosong yang presisi, Goppel bukan hanya pembawa bola, tapi juga pembuka ruang. Ia bisa jadi katalis serangan balik dan pelepas beban kreativitas dari pemain sayap lain seperti Irfan Jaya.
Kecepatan sebagai Komoditas Taktis
Catatan sprint Goppel mencapai 34 km/jam, sejajar dengan winger top Eropa seperti Kingsley Coman. Dalam liga yang sering terjebak dalam ritme lambat dan permainan sporadis, kecepatan adalah komoditas taktis dan alat penetrasi. Bali bisa mengandalkan Goppel sebagai senjata utama untuk memecah kebuntuan, terutama saat menghadapi lawan yang menumpuk lini belakang.
Selain itu, Goppel datang dari kultur sepak bola Belanda. Ia memahami pentingnya positional play dengan tahu kapan harus melebar dan masuk ke half-space. Ini sangat sejalan dengan filosofi Jansen yang ingin menggabungkan struktur Eropa dengan fleksibilitas Asia Tenggara.
Namun, tidak ada jaminan sukses instan. Goppel tetap harus menghadapi tantangan adaptasi seperti cuaca tropis, kualitas lapangan dan infrastruktur yang berbeda-beda di Liga Super, ritme pertandingan Liga 1 yang tidak konsisten, serta Tekanan suporter dan media.
Sebab banyak pemain asing gagal bukan karena kualitas, tapi karena tidak siap secara mental dan taktis. Seperti Gervane Kastaneer bersama Persib Bandung pada musim lalu. Tapi jika Goppel bisa beradaptasi, ia bukan sekadar pemain dengan nilai pasar tinggi, tetapi aset strategis.
Implikasi Market Value dan Dampak Bisnis
Transfer Goppel juga mencerminkan pergeseran strategi rekrutmen di Liga 1. Klub-klub kini berani mengejar pemain dengan track record kompetitif di Eropa, meski dari divisi kedua atau ketiga. Hal ini membawa beberapa implikasi peningkatan daya saing liga. Sebab pemain dengan nilai pasar tinggi mendorong klub-klub lain untuk menyesuaikan standar.
Kompetisi jadi lebih profesional dan menarik secara teknis. Begitu pun eksposur media dan sponsor yang membuat transfer Goppel menarik sorotan media Eropa dan membuka peluang kerjasama bisnis internasional. Status sebagai pemain termahal di Liga 1 bisa dimonetisasi melalui brand positioning Bali.
Bila tampil impresif, Goppel bisa jadi komoditas ekspor kembali ke liga Eropa atau Asia Timur sebagai model bisnis football investment. Nilai pasar yang tinggi membuka potensi capital gain bagi klub dalam jangka menengah. Goppel mungkin bukan marquee signing dalam definisi tradisional, tapi ia bisa jadi potongan terakhir dalam puzzle Bali.
Ia adalah pemain yang tahu cara berlari, tahu kapan berhenti, dan tahu cara membuka ruang. Goppel bisa menjadi simbol transisi Bali menuju gaya bermain yang lebih cepat, efisien, dan berbasis ruang. Apalagi di tengah tekanan Liga Super yang semakin ketat, kecepatan seperti milik Goppel bisa menjadi oksigen strategis.
Kini, tantangan sebenarnya tinggal satu. "apakah performa di lapangan sebanding dengan harga yang dibayar?"