Font size:
Menjalani laga kedua melawan Brunei Darussalam pada babak kualifikasi Piala AFC U-23 2016, Indonesia bermain tanpa sejumlah pilar utama. Tak ada nama Zulfiandi (hukuman kartu) dan Evan Dimas (cedera) pada susunan pemain yang diturunkan pelatih Aji Santoso.
Karenanya, coach Aji mengubah formasinya pada laga ini. Jika saat menghadapi Timor Leste menggunakan formasi 4-3-3 dengan satu gelandang bertahan, kali ini, Indonesia menggunakan formasi 4-3-3 dengan double pivot. Paulo Sitanggang yang bermain sebagai deep lying playmaker ditemani oleh Adam Alis yang diperankan sebagai box to box midfielder. Sementara Ahmad Noviandani diposisikan sebagai gelandang serang di belakang Anthony Putra yang menjadi penyerang tunggal. Di lini depan, Aji Santoso memang melakukan rotasi. Hanya Ilham Udin yang kembali menjadi andalan sejak menit pertama. Selain Anthony, pemain lain yang mendapatkan kesempatan bermain sejak pertama adalah Hendra Bayauw. Namun para pemain Indonesia kesulitan menembus lini pertahanan Brunei. Brunei yang menggunakan formasi 5-4-1 merapatkan jarak antar pemain di area kotak penalti miliknya sendiri. Bermain dengan garis pertahanan rendah, hampir seluruh para pemain lapangan Brunei membangun tembok lini pertahanan. Ketika para pemain Indonesia yang menguasai bola mendekati area kotak penalti, dua hingga tiga pemain Brunei langsung mengepung pemain tersebut. Distribusi bola pada kotak penalti pun cukup sulit karena para pemain Brunei cukup berhasil menutup celah di lini pertahanan mereka. Rapatnya lini pertahanan Brunei pun dikarenakan Anthony kurang aktif dalam bergerak untuk membuka ruang. Penyerang milik Barito Putera ini hanya beroperasi di area kotak penalti. Tiga bek tengah Brunei pun bisa membentuk pertahanan kokoh karena tak harus meninggalkan posisinya masing-masing. Brunei pada laga ini memang lebih fokus memperkokoh lini pertahanan mereka ketimbang memainkan permainan terbuka dan meladeni permainan menyerang Indonesia. Bola-bola panjang langsung ke jantung pertahanan Indonesia menjadi upaya mereka untuk mencuri gol. Namun duet bek tengah Indonesia, Hansamu Yama dan Manahati Lestusen masih tangguh dalam mengamankan setiap bola yang menghampiri lini pertahanan Indonesia. Indonesia pun masih tetap bisa menguasai jalannya pertandingan. Absennya Evan Dimas memang sangat terasa bagi timnas Indonesia. Kreatifitas di lini tengah sangat minim. Tak ada kombinasi dari Adam Alis dan Ahmad Noviandani. Keduanya bermain kaku pada posisinya masing-masing sehingga permainan Indonesia tak berkembang dan tak bisa mencetak satu gol pun. Anthony Putra, satu-satunya penyerang yang dipasang Aji Santoso, cenderung statis dalam pergerakannya. Melihat cara bertahan Brunei yang menumpuk pemain di kotak penalti, maka posisi Anthony yang statis di dalam kotak penalti membuat Brunei lebih mudah mengorganisir pertahanan. Mereka jadi jarang "tergoda" untuk meninggalkan posisinya karena posisi Anthony yang statis ini.
Peraturan Penentuan Lolos Kualifikasi AFC U-23 2016Namun menumpuknya para pemain bertahan Brunei membuat beberapa upaya tendangan Indonesia selalu membentur para pemain Brunei. Sejumlah peluang matang pun diciptakan, namun penyelesaian akhir yang buruk membuat Indonesia tetap kesulitan mencetak gol. Beberapa sepak pojok pun berhasil diciptakan Indonesia. Dan pada menit ke-71, sepak pojok ini berhasil menciptakan kemelut dan dimanfaatkan dengan baik oleh Noviandani. Tertinggal satu gol membuat Brunei harus mengejar gol. Namun di saat bersamaan, salah satu pemainnya mengalami cedera, sedangkan Brunei sudah menggunakan seluruh kuota pergantian pemainnya. Brunei pun harus bermain dengan 10 pemain. Unggul jumlah pemain membuat Indonesia semakin mendominasi pertandingan. Celah di lini pertahanan pun semakin terlihat dan bisa dimanfaatkan lewat umpan-umpan daerah pada kedua sisi, khususnya sisi kanan, area milik Wawan Febrianto. Penetrasi yang dilakukan Wawan di sisi kanan berkali-kali berhasil menembus ke kotak penalti. Pergerakan Wawan ini menjadi faktor pembeda paling signifikan secara taktikal. Ia tak dipatok di sisi sayap, sebagaimana Bayau yang digantikannya. Ia terus menerus mencoba menusuk ke dalam, dengan atau tanpa bola, dan dengan itulah dia menarik fullback Brunei agak ke tengah. Inilah yang membuat Putu Gede justru lebih leluasa naik ke depan. Saat pemain di depannya (Wawan) rajin bergerak ke dalam, ia sering mendapatkan ruang kosong di sepertiga akhir lapangan dan membuatnya punya ruang yang lapang untuk mengirim umpan silang. Gol kedua Indonesia juga lahir dari skema ini. Anthony memanfaatkan kelengahan bek kanan Brunei yang terpancing bergerak ke dalam, sehingga ia leluasa mengirim umpan silang ke dalam kotak penalti yang berhasil dilanjutkan oleh Muchlis menjadi gol.
