Font size:
Kami ingin mengontrol pertandingan, tetapi kami tidak beruntung. Kami kemasukan dari serangan balik dan kecewa karena itu. [Sergio] Ramos? Ini bukan kesalahan Ramos semata. Menurut saya, kami kehilangan kesabaran. Dan itu membuat kami kebobolan.
Pernyataan di atas diungkapkan juru taktik Real Madrid, Carlo Ancelotti, pasca kekalahan dari Juventus pada babak semi final Liga Champions leg pertama. Pada pertandingan yang digelar di Juventus Stadium tersebut, Madrid takluk dengan skor 2-1. Pernyataan tersebut tampak seperti pernyataan biasa. Namun jika ditelaah lebih dalam, pernyataan Ancelotti tersebut memang merepresentasikan kekalahan yang dialami Real Madrid atas Juventus. Ya, pernyataan itu benar-benar menceritakan alasan Madrid sampai tak berdaya di tangan Si Nyonya Tua. Real Madrid, bagaimanapun, diunggulkan akan memenangi pertandingan sebelum laga dimulai. Dengan status juara bertahan, skuat lebih berkelas dibanding Juventus, dan keran gol Cristiano Ronaldo yang masih terus mengalir deras, rasanya cukup untuk Madrid menjungkalkan Juventus. Namun Madrid harus tampil tanpa pemain pilar mereka, Karim Benzema dan Luka Modric. Situasi inilah yang tak bisa dihadapi dengan baik oleh Ancelotti. Pemilihan strategi untuk menggantikan peran keduanya keliru sehingga skuat bertabur bintang yang dimiliki Madrid tak bisa menaklukkan skuat Juventus. Gol pertama Juventus menceritakan segalanya. Untuk menggantikan Benzema, strategi yang dipilih Ancelotti adalah dengan menggunakan formasi 4-4-2, menempatkan Gareth Bale untuk menemani Cristiano Ronaldo di lini depan. Sisi sayap diserahkan pada Isco dan James Rodriguez. Namun, Bale bermain tak maksimal kala ditempatkan sebagai penyerang. Ia pun gagal memainkan peran ‘anjing penjaga’ inisiator serangan Juventus, Andrea Pirlo. Bale memang seringkali terlihat mengikuti pergerakan Pirlo ketika Pirlo tak menguasai bola. Namun ketidakdisipilinannya, terlambat menjaga Pirlo, membuat Pirlo tetap bisa mendistribusikan bola dengan baik bagi lini serang Juventus. Kegagalan Bale memainkan peran ini ditambah lagi oleh kegagalan Sergio Ramos dalam memainkan peran barunya. Pada laga ini, bek asal Spanyol tersebut kembali dipasang sebagai gelandang, menemani Toni Kroos. Namun pada laga ini, permainannya tak seperti yang ia tunjukkan kala menghadapi Sevilla dan Atletico Madrid. Pada pernyataannya, Ancelotti boleh saja membela Ramos, tentunya untuk menjaga mental pemain tersebut agar tak turun. Akan tetapi pada kenyataannya, Ramos memang menjadi salah satu biang kekalahan Madrid. Selain membuat lini tengah Madrid minim kreasi serangan, satu kesalahan kala melepaskan operan diagonal menjadi awal dari proses terciptanya gol pertama Juventus. Sebelum bola menjadi milik para pemain Juve, Madrid tengah membangun serangan dari bawah. Namun para pemain Juve langsung memberikan pressing pada pemain bertahan Real Madrid. Toni Kroos yang menyadari Iker Casillas kesulitan untuk memulai permainan, mendekati Casillas untuk meminta bola. (lihat grafis di bawah) [caption id="attachment_177674" align="alignnone" width="1208"]

