Tiga Opsi Memaksimalkan Ibrahimovic dan Lukaku Secara Bersamaan

Tiga Opsi Memaksimalkan Ibrahimovic dan Lukaku Secara Bersamaan
Font size:

Manchester United sempat tertinggal 1-0 di laga melawan Newcastle United, Sabtu (18/11). Tapi berkat kontribusi besar Paul Pogba, yang mencetak satu gol dan satu asis, MU pada akhirnya bisa membalikkan keadaan. Bahkan lebih dari itu, MU berhasil menang telak 4-1 di akhir laga.

Kembalinya Pogba terbukti memberikan angin segar bagi lini serang Manchester United. Tanpa Pogba, yang absen lebih dari dua bulan dan melewatkan 12 pertandingan, MU sempat kesulitan mencetak gol. Sementara begitu Pogba kembali, MU langsung mencetak empat gol. Perlu diketahui, Newcastle hanya kebobolan 10 kali dari 11 laga sebelum melawan MU.

Selain Pogba, satu pemain lain yang melakukan laga comeback adalah Zlatan Ibrahimovic. Penyerang asal Swedia itu baru kembali bermain setelah hampir delapan bulan menepi karena cedera ligamen. Ibra masuk pada menit ke-77 menggantikan Anthony Martial. 

Kembalinya Pogba dan Ibra jelas akan memberikan daya dobrak anyar bagi MU yang sebelumnya hanya menang tipis. Tapi bagaimana manajer MU, Jose Mourinho, memaksimalkan Ibrahimovic ketika Romelu Lukaku tak tergantikan di lini depan karena masih menjadi pencetak gol terbanyak tim?

Melihat usia Ibrahimovic yang sudah menginjak 36 tahun, mungkin staminanya yang mulai menurun membuatnya tidak akan terlalu menjadi pilihan utama Mou. Hanya saja, dengan Ibra yang kualitas penyelesaian akhirnya masih belum menurun, rasanya sangat mungkin ia akan memaksa Mou memainkan Lukaku dan dirinya secara bersamaan. 

Ibra Sebagai Gelandang Serang

Ibrahimovic adalah tulen penyerang tengah. Ia bukan penyerang yang punya kecepatan mumpuni, sehingga ia hampir tak pernah ditempatkan di sayap (apalagi di usianya sekarang ini). Posturnya yang tinggi (195cm) sangat ideal ditempatkan di tengah untuk menyambut umpan silang atau pemantul lewat kepalanya. Maka secara posisi, Ibra harus berebut tempat dengan Lukaku dalam formasi 4-2-3-1 yang diandalkan Mou.

Tapi menilik gaya permainan Ibra, mantan penyerang Paris Saint-Germain ini kemungkinan bisa ditempatkan sebagai gelandang serang no. 10 sebagai second striker. Di PSG, dalam skema yang diterapkan pelatihnya saat itu (Laurent Blanc), Ibra adalah tipe penyerang yang rajin menjemput bola hingga sekitar lingkar lapangan tengah. Menurut whoscored, mantan penyerang Barcelona ini punya rataan operan di atas 40 kali (mencapai 49 per pertandingan pada 2015/2016). Di musim pertamanya bersama MU, rataan operan Ibra lebih sedikit; 37 kali per laga.

Ibra bisa menentukan arah serangan yang efektif untuk PSG. Dengan penyerang seperti Edinson Cavani atau Lucas Moura, Ibra juga bisa bertindak sebagai pelayan (meski tetap tugas utamanya mencetak gol). Buktinya, empat musim di PSG, 48 asis ia torehkan. Jika dirata-ratakan, 12 asis per musim.

Soal mengkreasi serangan, sudah ia buktikan di musim perdananya bersama MU. Delapan asis (di segala ajang) ia hasilkan dari total 39 kali bermain. Tak mengherankan karena umpan kuncinya pada musim lalu mencapai 1,7 kali per laga. Setidaknya, jumlah tersebut lebih tinggi dari yang ditorehkan Lukaku di Everton.

Selain itu, Mou juga kerap memainkan skema umpan-umpan panjang di 15-20 menit terakhir pertandingan. Indikasinya adalah ketika memasukkan Marouane Fellaini yang memang tangguh di udara. Fellaini seringkali ditempatkan sebagai gelandang serang untuk menyambut duel-duel udara tersebut. Peran ini bisa diambil alih Ibra karena Ibra mencatatkan 3 duel udara berhasil per laga (Fellaini 3,4 per laga).

Maka jika Ibra ditempatkan sebagai gelandang serang, Lukaku bisa tetap menjadi ujung tombak serangan. Kemudian di kedua sayap masih bisa mengandalkan Martial, Marcus Rashord, Juan Mata hingga Henrikh Mkhitaryan. Hanya saja, dengan skema seperti ini, Paul Pogba akan lebih bermain defensif; menemani Nemanja Matic.

Ibra Sebagai Penyerang Tunggal

Memainkan Ibra sebagai penyerang tunggal dalam formasi 4-2-3-1 jelas merupakan skema paling ideal. Tapi jika ia ditempatkan sebagai centre forward, bagaimana dengan nasib Lukaku?

Bersambung ke halaman selanjutnya 

Lanjutan dari halaman sebelumnya

Ketimbang Ibra, Lukaku lebih punya kecepatan. Karenanya kemungkinan besar Lukaku akan terusir ke sayap penyerangan. Jika opsi ini yang diambil Mou, sebenarnya cukup masuk akal mengingat penyerang asal Belgia ini rajin berlari menyambut ataupun menggiring bola di sayap penyerangan. Tidak hanya di MU, permainan seperti ini sudah ia tunjukkan sejak ia membela Everton. Lukaku juga tak ragu untuk memberikan umpan silang, tidak melulu harus menggiring bola dari sayap lalu melepaskan tembakan (cut inside).

Musim ini saja, dari 12 laga yang sudah ia jalani di Liga Primer, Lukaku sudah melepas 13 kali umpan silang (meski hanya 3 kali yang menemui sasaran). Jumlah tersebut terbilang minim, tapi tidak jika dibandingkan dengan Ibra. Pada musim pertamanya di MU, Ibra tercatat hanya melepaskan 14 kali umpan silang (empat berhasil). 

Sejak di PSG, Ibra bukanlah pemain yang rajin melepas umpan silang setelah usianya semakin menua. Pada musim pertama dan keduanya di PSG, Ibra bisa mencatatkan lebih dari 30 umpan silang dalam satu musim (terbilang banyak untuk striker). Setelahnya, jumlah umpan silangnya tak pernah lebih dari 10 kali.

Sementara itu, Lukaku sudah rajin mengirim umpan silang sejak di Everton. Dalam tiga musim di Everton, Lukaku mencatatkan 100 kali upaya umpan silang. Maka jika dirata-ratakan, umpan silang per musimnya mencapai 33 kali (menyamai catatan umpan ilang Ibra ketika di usia emasnya). 

Pada laga melawan Newcastle, skema ini yang dipilih Mourinho. Ketika Ibra masuk menggantikan Martial, Lukaku bergeser ke sisi sebelah kanan sementara Rashford berpindah ke sebelah kiri. Oleh karenanya opsi ini mungkin akan menjadi opsi yang akan sering dipilih oleh Mourinho untuk memainkan Lukaku dan Ibra secara bersamaan.

Bermain dengan 3-5-2

Melihat posisi asli Lukaku dan Ibrahimovic, memainkan pola dasar 4-4-2 sangat logis bagi MU. Dengan pola 4-4-2, sebenarnya Lukaku dan Ibra bisa berbagi peran. Entah itu Ibra yang lebih bermain seperti gelandang serang atau Lukaku yang bermain lebih melebar, sehingga MU tetap akan memainkan pakem 4-2-3-1.

Hanya saja, ada opsi lain bagi Mou dalam memainkan Lukaku dan Ibrahimovic secara bersamaan. Tapi bukan dengan 4-2-3-1 atau 4-4-2, melainkan pola dasar 3-5-2. 

Pola 3-5-2 ini sudah pernah dicoba Mou pada musim ini sebanyak dua kali. Pertama menghadapi Tottenham Hotspur (menang 1-0), kedua menghadapi Chelsea (kalah 1-0). Maka bukan tak mungkin skema ini juga akan kembali diterapkan untuk memaksimalkan Lukaku dan Ibra.

Pada pola 3-5-2 sebelumnya, Lukaku diduetkan dengan Rashford. Di belakang keduanya, terdapat Mkhitaryan yang bermain sebagai gelandang serang. Dengan cederanya Pogba, duet jangkar di lini tengah diisi oleh Ander Herrera dan Nemanja Matic. Di kedua sayap terdapat Antonio Valencia dan Ashley Young (atau Matteo Darmian) yang bisa bermain sebagai wing-back.

Jika skema 3-5-2 diterapkan, di belakang penyerang, Mou bisa memasang Pogba (opsi ketika Mkhitaryan cedera terlebih saat ini sedang tidak dalam penampilan terbaiknya). Walaupun sebenarnya Mata lebih ideal ditempatkan di sana, yang artinya Pogba akan menjadi double pivot bersama Matic seperti dalam skema melawan Newcastle.

Tapi kekurangan dari skema 3-5-2 ini adalah Rashford dan Martial akan kesulitan mendapatkan tempat. Selain itu, lini belakang terbilang kurang aman mengingat Phil Jones dan Eric Bailly cedera. Darmian bisa saja ditempatkan sebagai bek tengah, menemani Victor Lindelof dan Chris Smalling. Tapi tampaknya terlalu riskan dengan komposisi seperti itu.

***

Dari ketiga skema di atas, pada intinya kembalinya Ibra dari cedera takkan terlalu mengancam Lukaku, ataupun sebaliknya. Dengan spesialisasi berbeda dari keduanya, Ibra dan Lukaku bisa saling melengkapi. Ibra bisa mengkreasi serangan, sementara Lukaku handal bermain melebar.

Mou tinggal meracik komposisi mana yang pas dengan kondisi skuat MU saat ini. Hanya saja dengan kembalinya Pogba, juga Fellaini yang selalu siap sedia kala dibutuhkan, Mou menjadi lebih leluasa dalam mengatur variasi skema MU saat ini, terlebih dalam menghadapi jadwal padat di Desember.

Juventus Tidak Melemah
Artikel sebelumnya Juventus Tidak Melemah
Cedera yang Mengawali Semua Cedera Ronaldo
Artikel selanjutnya Cedera yang Mengawali Semua Cedera Ronaldo
Artikel Terkait