Array
(
[article_data] => Array
(
[artikel_id] => 210563
[slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/210563/PFB/171203/polemik-di-balik-kegemilangan-david-de-gea
[judul] => Polemik di Balik Kegemilangan David De Gea
[isi] =>
Manchester United berhasil menang 3-1 atas tuan rumah Arsenal melalui dua gol cepat Luis Antonio Valencia dan Jesse Lingard pada awal 11 menit pertandingan. Arsenal sempat memperkecil ketertinggalan di menit ke-49 melalui Alexandre Lacazette, tapi Lingard kembali mampu mencetak gol di menit ke-63.
Meski United harus bermain dengan 10 pemain setelah Paul Pogba diusir di menit ke-74, Arsenal tidak mampu mencetak gol lagi.
Kartu merah Pogba ini juga sekaligus akan membuatnya absen pada pertandingan Liga Primer selanjutnya: Manchester United vs Manchester City. Padahal kunci efektivitas serangan balik United ada pada Pogba. Sejak Pogba kembali dari cedera, penyerangan United lebih baik dibandingkan ketika ia absen.
Dikombinasikan dengan buruknya pertahanan The Gunners, melalui serangan balik ini lah United mampu mengagetkan Arsenal di awal 11 menit pertandingan di mana mereka mampu mencetak dua gol. Gol ketiga United juga diciptakan dari situasi ini.
“Aku pikir kami tidak memulai pertandingan dengan baik sama sekali di lini belakang, dan kami bersalah karenanya,” kata Arsene Wenger setelah pertandingan, dikutip dari BBC Sport. “Meski tertinggal 2-0, kami bisa saja come back. Kami memiliki cukup peluang. Kami menghasilkan [permainan] kualitas luar biasa, tapi kami tidak cukup tegas [di depan gawang].”
Hasil pertandingan memang menjadi milik United. Namun, jalannya pertandingan tidak benar-benar mencerminkan hasilnya. Secara umum kita bisa menyimpulkan jika Arsenal bermain lebih dominan yang belum tentu lebih baik sebenarnya, di antaranya lewat penguasaan bola (75% banding 25%) serta jumlah tembakan (33 banding 8).
Kita mungkin bertanya, apa yang membuat 33 tembakan Arsenal (15 on target) hanya bisa menghasilkan satu gol saja? Jawabannya: David De Gea.
“Itu adalah sebuah misteri [karena tidak berhasil mencetak lebih banyak gol], tapi David De Gea adalah pemain terbaik dengan sangat jelas,” kata Wenger.
Sejak statistik mulai direkam di Liga Primer Inggris, tidak ada satu pun penjaga gawang yang mampu mencatatkan 14 penyelamatan dalam satu pertandingan. De Gea (diperkirakan) menjadi pemain pertama yang mencatatkan rekor tersebut. Perubahan: Tim Krul dan Vito Mannone sebelumnya pernah membuat 14 penyelamatan pada satu pertandingan Liga Primer.
Grafis tembakan Arsenal – Sumber: Squawka
Penjaga gawang asal Spanyol ini setidaknya 14 kali menyelamatkan skema bertahan Jose Mourinho yang amburadul sepanjang pertandingan. Bukannya memuji pertahanan United, jumlah saves sebanyak ini justru menunjukkan jika pertahanan “Setan Merah” tidak bekerja dengan baik sebagai sebuah sistem, meski dalam satu aspek sangat baik sebagai individu (De Gea).
Dari awal pertandingan, Mourinho menyetel kesebelasannya untuk melakukan serangan balik. Bukan rahasia juga jika Arsenal adalah kesebelasan yang terkenal hampir selalu kerepotan jika menghadapi serangan balik.
“Rencananya memang ketika mereka (Arsenal) menguasai bola, kami semua bertahan,” kata Mourinho setelah pertandingan. “Dimulai dengan pemain-pemain menyerang dan ketika kami mendapatkan bola, kami melakukan serangan balik cepat dan berusaha mencetak gol yang mana berhasil kami lakukan.”
Kemudian sebaliknya, Arsenal menerapkan skema yang berseberangan dengan United, yaitu mencoba mendominasi penyerangan. Dari statistik penguasaan bola dan tembakan di atas kita sudah mendapatkan ilustrasinya. Akan tetapi, Arsenal kerap melupakan pertahanan mereka.
Jika ada dua kesebelasan yang bermain dengan pertahanan mengkhawatirkan, penonton netral adalah pihak yang merasa paling terhibur. Pertandingan Arsenal dan United semalam memang sangat menghibur.
Sementara jika ada salah satu penjaga gawang yang sedang “kesurupan dewa gurita”, maka pendukung kesebelasan penjaga gawang tersebut lah (dalam hal ini: United) yang merasa lebih terhibur lagi.
Beberapa dari kita mungkin mewajarkan jika penjaga gawang bermain sangat gemilang. Tidak jarang bahkan menyebutnya sebagai keberuntungan. Namun, jika hal tersebut sudah sering terjadi, maka sudah bukan keberuntungan lagi namanya.
Pendeknya, Manchester United bermain sesuai kebutuhan semalam dengan bertahan dan mencoba serangan balik. Mereka mendapatkan tiga gol dari situasi seperti ini.
Sayangnya, semalam sistem pertahanan United terlalu sering membuat kekhawatiran sehingga membuat Arsenal, yang bermain menyerang dengan beringas, berkali-kali menciptakan peluang. Arsenal mendapatkan satu gol dari situasi seperti ini juga.
Untungnya, buruknya sistem pertahanan United tersebut berhasil di-bail out oleh kegemilangan De Gea sebagai penjaga gawang. Arsenal juga sebenarnya punya pertahanan yang juga mengkhawatirkan, tapi tentu kita tahu apa yang kemudian membuatnya berbeda.
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/EPL%202017-2018/2017.12.03%20-%20De%20Gea.JPG
[tanggal] => 03 Dec 2017
[counter] => 31.334
[penulis] => dexglenniza
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/Dex_Glenn%C4%B1za_at_Sports_Performance_Lab_Kanoya_JP2.jpg
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/dexglenniza
[penulis_desc] => Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza
[penulis_initial] => DGA
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => analisa-pertandingan
[kategori_url] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
[user_url] => https://dexglenniza.blogspot.com
[user_fburl] => http://www.facebook.com/dexglenniza
[user_twitterurl] => https://twitter.com/dexglenniza
[user_googleurl] =>
[user_instagramurl] => http://instagram.com/dexglenniza
)
[tags] => Array
(
[0] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 210563
[tag_id] => 20
[tag_name] => EPL
[tag_slug] => epl
[status_tag] => 0
[hitung] => 1279
)
[1] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 210563
[tag_id] => 41
[tag_name] => Arsene Wenger
[tag_slug] => arsene-wenger
[status_tag] =>
[hitung] => 146
)
[2] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 210563
[tag_id] => 42
[tag_name] => Arsenal
[tag_slug] => arsenal
[status_tag] =>
[hitung] => 474
)
[3] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 210563
[tag_id] => 562
[tag_name] => jose mourinho
[tag_slug] => jose-mourinho
[status_tag] => 0
[hitung] => 138
)
[4] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 210563
[tag_id] => 1405
[tag_name] => Paul Pogba
[tag_slug] => paul-pogba
[status_tag] =>
[hitung] => 23
)
[5] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 210563
[tag_id] => 2528
[tag_name] => David De Gea
[tag_slug] => david-de-gea
[status_tag] =>
[hitung] => 27
)
[6] => stdClass Object
(
[artikel_id] => 210563
[tag_id] => 6143
[tag_name] => Manchester United
[tag_slug] => manchester-united
[status_tag] => 0
[hitung] => 639
)
)
[related_post] => Array
(
[0] => Array
(
[artikel_id] => 972
[slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/972/PFB/130925/post-match-analysis-malaysia-u-23-0-2-central-coast-mariners
[judul] => Post-Match Analysis: Malaysia U-23 0-2 Central Coast Mariners
[isi] => In the second match-day of Menpora Cup Group A, Central Coast Mariners firmly put their foot in the road to final after their victory against Malaysia U-23. Mariners’ two goals were scored by their strikers, Matthew Simon and Mitchell Duke. Meanwhile, Malaysia was unable to play their maximum ability and hardly penetrate Mariners defensive line, to put the ball in the back of the net.
Graham Arnold, Mariners’ coach, changed his starting line-up from the game against Sriwijaya by playing 7 different players altogether. And it instantly changed Mariner’s style of play. At the first match, Mariners used both of their wingers to break the Sriwijaya’s defensive organization, and it was obvious that their lateral players were the fulcrum of the attack. But yesterday, Mariners often play direct passes through the middle of the pitch.
Malaysia themselves couldn’t impose their style on the game. Two Malaysian wingers, Saarvindran and Ibrahim Syahrul, who become Mariner’s main threat against Persib, were also ineffective and couldn’t do much to help Malaysia’s attack. Furthermore, Ibrahim Syahrul was substituted in beginning of the second half.
McGlinchey – Fitzgerald as Chances Creator
One of Mariners’ strengths in this game was their two midfielders: Michael McGlinchey and Nick Fitzgerald. Repeatedly both of them took turns to help Mariner’s attack with their through-pass. This is the kind of play that was absent at the first match, since they always spread the passes whenever they entered the final third of the pitch.
Fitzgerald especially keep on barging the penalty box to try to put the ball in the net. Whilst McGlinchey played deeper to send the through-ball.
(1) McGlinchey Send The Throughball for Matthew Simon
(2) Fitzgerald barge the penalty box to receive passes from Matthew Simon
This strategy was effective. Within the first 15 minutes, golden chances were created by Mariners. Initially, Nick Fitzgerald played through a ball for Simon, but Izham Tarmizi was quick off his line to collect the ball. Minutes later, Mitchell Duke darted down the byline before flicking a cross into the box. Fitzgerald made contact with it but his header unfortunately rattled against the bar.
In the second half, Fitzgerald was also able to cut through Malaysia’s defensive line and entered the penalty box to test Izham Tarmizi.
Unfortunately, Mariners ability to retain possession and to dominate the match was not completed by their ability to use the chances effectively. From 5 chances that were created within the first half, only three find the target, and 1 become goal.
To Use Height
The difference in height has vastly become a tiresome cliche that used to analyze a football match. But, yesterday, Mariners showed us how to cleverly use their strength in the air. To their merit, they didn't do it by using long-ball all the time, but with using short-crosses in front of the net.
Using their aerial ability, Mariners were able to threaten Izham’s net three times. One of it become goal, one hit the bar, and one was off target.
Mariners’ High Defensive Line
Being able to dominate the game and possession gave Mariners the chances to use a really high defensive line. They even only left two players at the back that was their two center backs, Zac Anderson and Hayden Morton. It is as if their keeper, Liam Reddy, played as the third defender, or sweeper. In the first half, Reddy already come out 4 times from the penalty box to collect the ball.
Mariners High Defensive Line – Only Two Centerbacks Leaved at The Back
This strategy of using a high-defensive line was helped by the presence of John Hutchinson. Often spotted helping Mariner’s defense in their own half, his role helped other Mariners midfielders to move forward in an attacking scheme using a 2-3-2-3 formation. Playing with such composure, Hutchinson himself read the game well and often break Malaysia’s counter attack.
Saiful’s passes for Malaysia’s attacking line, which was the main source of Malaysia’s threat, was often intercepted in the middle of the pitch. It’s no wonder that within the first 30 minutes, not once did Malaysia created an attempt. The very first time Harimau Muda entered the last third of the pitch come was the effect of their forward act, when they intercept Mariners’ center-back’s pass.
The rest of the time, Mariners was able to anticipate the long-pass sent by Malaysia’s defenders to their forwards.
The Death of Malaysia’s Wing-Play
Besides Malaysia’s inability to match Mariners midfielders, one of the reason of the lack of threat from Harimau Muda was because their wing-play didn't play as lively as the first game.
When they face Persib, both of Malaysia wingers repeatedly moved inside to the middle of the pitch and added numbers of players in midfield. This strategy was not seen against Mariners. Both of Saarvindran and Ibrahim Syahrul often waited for passess, near the side-line in the final third of the pitch.
In the first 45 minutes, Malaysia gave Syahrul more passes than Saarvindran, hence the use of the right-side for the majority of the game. Syahrul then used his pace to cut through Mariners defensive line. It was noted that Syahrul once, after dribbling the ball to the end of the pitch, send a short crosses that become the golden chances for Malaysia to score. But Mr. Ong then substituted by Mohd. Ridzuman Abduloh in the second half.
The Rise of Mitchell Duke
In our match preview, we mentioned Mitchell Duke’s name for several times, for his good form in these past times. Furthermore, Duke has completed a week-training with West Ham United players. Unfortunately, against Sriwijaya, the player that was often used as a right forward in a 4-2-3-4 scheme didn't gave performance that we could rave about.
But that was not the case against Harimau Muda. In this game, Duke’s record looks like this: one goal with a measured shot directed to the bottom corner of the net, one key-passes for Simon’s goal, and he was central in almost Mariners’s attacking scheme. As a right-forward, Duke was often cutting into the inside of the penalty box and he was also became the bridge between Fitzgerald-McGlinchey and Matthew Simon.
Duke’s movement was also important in the creation of Mariners’ first goal. Moving to the left side area of the pitch, Duke sent a high diagonal cross to the penalty box. Fitzgerald than send Duke’s ball to Simon by flicking it with his head.
Meanwhile in the second goal, Duke has the ability to spot the open spaces left by Malaysia’s center back, and quickly shot the ball whilst Izham Tarmizi was not ready.
If Graham Arnold’s purpose to the enter the tournament is to create bond between the new players with the old one, then we dare to say that it will happened first with the attacking line. It could be said that both Matthew Simon and Mitchell Duke has begin to understand each role and movement. Simon will play as target-man, whilst Duke become the second striker who will actively find spaces and send that killer pass.
But, in Mitchell Duke, Arnold got a complete player who could also play the role of a lone striker. It was seen when Simon was substitute at minute 75. For several times Duke successfully received through-passes from the midfield and convert them in to attempts. One of it became Mariners’ second goal.
Duke himself has a different style from Simon. He’s effective when given a through-pass and spaces, for which he could use his acceleration to get through the opponent defenders. Whilst Simon is a forward who could play in small spaces in the penalty box. With one or two touches, Simon usually shot the passes he received, without much dribbles.
The Complete Chalkboards
Attempts CCM and Malaysia U-23 within the first 45”
Attempts CCM and Malaysia U-23 within the second 45”
Mariners Defensive Indicator Within the First 45”
Mariners Defensive Indicator Within the Second 45”
Malaysia Defensive Indicator Within the First 45”
Malaysia Defensive Indicator Within the Second 45”
Mariners Passes in Final Third Within the First 45”
Mariners Passes in Final Third Within the First 45”
[gambar] => http://www.panditfootball.com/wp-content/uploads/2013/09/Defence-MAL-def-2nd.png
[tanggal] => 25 Sep 2013
[counter] => 1.899
[penulis] => PanditFootball
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball
[penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com
[penulis_initial] => PND
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
)
[1] => Array
(
[artikel_id] => 13892
[slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/13892/PFB/140430/match-analysis-bayern-munich-0-4-real-madrid
[judul] => [Match Analysis] Bayern Munich 0-4 Real Madrid
[isi] =>
Perubahan Taktik Pep dan Kesalahan Mendasar Bayern dalam Bertahan
Saya menyukai penguasaan bola. Alasan mengapa kita (Bayern Munich) kalah malam ini adalah karena kita tidak mendapatkan penguasaan bola," ujar Pep Guardiola, sang arsitek Bayern Munich, setelah timnya kalah telak 0-4 dari Real Madrid di leg kedua semifinal Liga Champions, dan sang juara bertahan tersingkir.
Pendapat Pep itu, hingga batas tertentu, ada benarnya. Pada babak pertama, seolah menyerah pada kritik yang bertubi-tubi datang, Pep mengubah gaya permainan anak-anak asuhnya. Ia meninggalkan ball possession dan memaksa Bayern bermain dengan umpan-umpan vertikal secara cepat.
Bahkan, pada 10 menit pertama seluruh pemain Bayern nyaris tak pernah berlama-lama menguasai bola. Kecuali Arjen Robben dan Franck Ribery, seluruh pemain Bayern hampir tidak pernah memegang bola lebih dari 3 sentuhan.
Tapi sayang, perubahan gaya bermain tersebut tak dibarengi dengan perbaikan koordinasi lini pertahanan mereka, khususnya dalam antisipasi bola mati.
Dalam waktu 45 menit saja Real Madrid sudah menjebol gawang Manuel Neuer tiga kali, yang dua di antaranya dari bola mati. Ya, Pep bisa saja menyatakan bagaimana para kritikus salah tentang pentingnyaball possession. Tapi nyatanya Bayern kalah karena kesalahan-kesalahan mendasar dalam bertahan.
Kondisi berbeda terjadi pada Real Madrid. Mereka datang tanpa beban, meski sang lawan pasti akan bermain kesetanan untuk mengejar defisit gol.
Namun, kondisi tersebut tak membuat Carlo Ancelotti gugup. Don Carlo menginstruksikan anak didiknya untuk tetap disiplin menjaga pertahanan, dan sesekali menyerang lewat serangan balik, persis seperti yang dilakukan pada pertemuan pertama. Hanya saja ia kini memiliki amunisi lebih tajam karena Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale sudah pulih total.
Terbukti, pilihan taktik pelatih asal Italia ini berhasil membuat Bayern malu bukan kepalang di depan pendukungnya sendiri.
Demi menjawab kritik, Pep Guardiola mengubah gaya bermainnya. Sejak awal ia menginstruksikan anak didiknya untuk tak berlama-lama dengan bola. Namun, perubahan gaya permainan tersebut tak dibarengi dengan adanya perbaikan koordinasi lini belakang.
Sama halnya dengan pertemuan pertama, Ancelotti menginstruksikan anak asuhnya untuk tetap disiplin menjaga posnya masing-masing. Mereka sengaja membiarkan pemain-pemain Bayern mengusai bola. Layaknya pertemuan pertama, serangan balik yang cepat tetap menjadi andalan.
Namun, dengan taktik yang nyaris sama dengan pertemuan pertama ini, Ancelotti justru mampu menundukkan Bayern 4-0 di kandangnya sendiri. Tak hanya itu, Don Carlo pun sukses mengantarkan Real Madrid ke final setelah 12 tahun lamanya Los Galacticos tak pernah mencicipi aroma partai puncak Liga Champions.
Analisa selengkapnya klik disini
[gambar] => http://www.panditfootball.com/wp-content/uploads/2014/04/bayernelreal.jpg
[tanggal] => 30 Apr 2014
[counter] => 3.959
[penulis] => redaksi
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/redaksi
[penulis_desc] => contact: redaksi[at]panditfootball.com
[penulis_initial] => RDK
[kategori_id] => 3
[kategori_name] => Analisis
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan
)
)
[prev_post] => Array
(
[artikel_id] => 210562
[slug] => https://panditfootball.com/article/show/berita/210562/PFB/171202/komposisi-skuat-persib-musim-depan-tergantung-mario-gomez
[judul] => Komposisi Skuat Persib Musim Depan Tergantung Mario Gomez
[isi] =>
Nama Miguel Gabriel Guerra mendadak menjadi buah bibir publik sepakbola Indonesia, khususnya Bobotoh (sebutan untuk penggemar Persib Bandung). Situs Wikipedia sempat mencatut nama Persib Bandung sebagai kesebelasan yang akan dibela penyerang asal Argentina itu pada musim depan.
Sontak hal tersebut membuat Bobotoh geger, di media sosial pun dipenuhi pembicaraan seputar Guerra, yang saat ini berstatus sebagai pemain bebas transfer. Sejauh ini Bobotoh memang masih diliputi kebingungan soal siapa saja pemain yang akan didatangkan Maung Bandung pada musim depan.
Guerra merupakan salah satu penyerang yang namanya cukup dikenal di kancah sepakbola Malaysia. Ia merupakan mantan pemain Johor Darul Ta’zim FC (JDT FC). Media Malaysia sempat menjulukinya sebagai penyerang paling mematikan di Liga Malaysia karena ketajamannya. Pada musim lalu dari 42 penampilan bersama JDT di semua ajang, Guerra mampu mencetak 20 gol.
Selain karena situs Wikipedia sempat mencatut nama Persib, berkembangnya isu bakal segera merapatnya mantan pemain Boca Juniors ini ke Persib lantaran statusnya yang merupakan mantan anak asuh pelatih Persib saat ini Roberto Carlos Mario Gomez, kala masih menukangi JDT. Selain Guerra Persib juga kerap dikaitkan dengan penyerang asal Argentina lainnya, Fernando Soler.
Terkait banyaknya rumor soal pemain baru Persib untuk musim depan, Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat, Kuswara S Taryono, akhirnya angkat bicara. Kuswara mengungkapkan bahwa sejauh ini manajemen Maung Bandung masih belum bisa buka suara terkait pemain baru untuk musim depan. Dikatakannya bahwa manajemen masih menunggu kedatangan Gomez, yang saat ini masih berada di Argentina, untuk menentukan siapa saja pemain yang akan direkrut.
“Sejauh ini kami belum bisa menyampaikan apapun soal pemain baru, kami masih menunggu kedatangan Mario Gomez. Soal nanti kaitannya pemain dan lain-lain, itu kewenangannya ada di pelatih, tentang hal itu kita akan menunggu kedatangan Gomez dululah pokoknya,” terang Kuswara.
Kuswara menambahkan bahwa tidak hanya soal pemain baru, keputusan soal pemain lama yang akan dipertahankan atau tidak pun akan menunggu kedatangan Gomez. Pria yang juga berprofesi sebagai pengacara itu mengungkapkan bahwa wewenang pemilihan pemain, sepenuhnya ada di tangan Gomez sebagai pelatih.
“Untuk pemain lama, itu kan semuanya masih terikat kontrak, jadi saya kira kita sabar dulu saja, semuanya akan dikomunikasikan, sambil menunggu Gomez ke Bandung, karena itu kewenangan dari Gomez untuk menentukan siapa saja pemain untuk musim depan. Jadi sabar dulu saja menunggu. Kami minta doanya saja, agar segala sesuatunya diberikan kelancaran.”
Kuswara juga mengaku bahwa pihaknya belum bisa memberikan kepastian perihal kedatangan Mario Gomez. Namun komunikasi antara manajemen dan Gomez tetap berlangsung. Figur yang menjadi salah satu penggagas terbentuknya PT Persib Bandung Bermartabat itu mengatakan bahwa bila sudah ada kepastian tanggal kedatangan Gomez manajemen Persib pasti akan segera memberi kabar lanjutan.
“Sejauh ini kami sedang menunggu kabar pasti dari dia soal kedatangannya ke Bandung. Kami tentunya berharap, mudah-mudahan bisa dalam jangka waktu yang cepat, kita akan cek dulu kepastiannya, ke Bandung pastinya kapan, nanti diinformasikan kembali,” sambungnya.
Sebelumnya tersiar kabar bahwa Gomez akan tiba di Bandung pada awal Desember 2017 ini. Namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda pelatih asal Argentina itu akan segera melancong ke Kota Kembang. Kuswara mengungkapkan bahwa saat ini Gomez masih mengurus beberapa dokumen agar ia bisa segera tiba di Bandung.
“Dia masih di Argentina, dan masih mempersiapkan beberapa dokumen saja. Jadi dokumen untuk kedatangan Gomez sedang dipersiapkan, mudah-mudahan tidak lama dan dia bisa segera datang ke Bandung. Hanya memang tanggal pastinya saya juga masih menunggu kabar, mudah-mudahan tidak lama,” tukasnya.
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Liga1_Indonesia_2017/Persib%20Bandung.jpg
[tanggal] => 02 Dec 2017
[counter] => 8.689
[penulis] => Septian Nugraha
[penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png
[penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/tian
[penulis_desc] =>
[penulis_initial] => SPN
[kategori_id] => 599
[kategori_name] => Berita
[kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita
)
[next_post] => Array
(
[artikel_id] => 210564
[slug] => https://panditfootball.com/article/show/berita/210564/PFB/171203/sergio-ramos-ukir-rekor-sebagai-pengoleksi-kartu-merah-terbanyak-di-la-liga
[judul] => Sergio Ramos Ukir Rekor Sebagai Pengoleksi Kartu Merah Terbanyak di La Liga
[isi] =>
Dua kerugian dialami Real Madrid saat bertandang ke Estadio San Mames, menghadapi tuan rumah Athletic Bilbao pada Minggu (3/12) dini hari WIB. Dalam pertandingan yang berkesudahan dengan skor imbang 0-0 itu, Madrid harus bermain dengan 10 pemain setelah Sergio Ramos diusir wasit karena mendapatkan kartu kuning kedua pada menit 86, usai menyikut Aritz Aduriz. Sebelumnya Ramos sudah mendapat kartu kuning pada menit 11.
Kartu merah yang didapatkan Ramos di laga melawan Bilbao menjadi kartu merah ke-19 yang didapatkannya selama berkarier di La Liga. Catatan tersebut menjadikan Ramos memecahkan rekor sebagai pemain dengan jumlah kartu merah terbanyak sepanjang sejarah La Liga. Rekor tersebut, sebelumnya di pegang oleh Pablo Alfaro dan Xavi Aguardo yang mengoleksi 18 kartu merah.
Sementara pada musim ini, Ramos sudah mengumpulkan dua kartu merah. Kali pertama Ramos terpaksa absen membela Madrid karena suspensi kartu didapatkan saat Madrid mengalahkan Deportivo La Coruna tiga gol tanpa balas pada pekan pertama La Liga.
Miris bagi Ramos, karena laga melawan Bilbao merupakan pertandingan debutnya setelah mengalami cedera patah tulang hidung saat tampil di laga melawan Atletico Madrid. Akibat cedera tersebut, Ramos absen dalam tiga pertandingan selanjutnya di semua ajang. Akibat kartu merah tersebut, Ramos juga dipastikan absen saat Madrid menjamu Sevilla di Santiago Bernabeu, pekan depan.
Selain itu, melihat hasil imbang 0-0 yang diraih Madrid saat bertandang ke San Mames tentu itu menjadi kerugian lain bagi Los Blancos. Madrid gagal mengikis jarak poin dengan pemuncak klasemen sementara La Liga, Barcelona yang pada pertandingan lainnya meraih hasil imbang 2-2 saat menjamu Celta Vigo di Camp Nou, Sabtu (2/12) malam WIB.
Sangat disayangkan tentunya, karena bila Madrid bisa mengalahkan Bilbao maka Madrid hanya tinggal berjarak enam poin saja dari Barcelona.
Sejak awal pertandingan Real Madrid sebenarnya tampil dominan mencecar jantung pertahanan Bilbao. Pertandingan berhasil mereka kuasai, bisa dilihat dari persentase penguasaan bola Madrid yang mencapai 65 persen. Namun apa daya, keberuntungan belum berpihak kepada Madrid karena hingga akhir pertandingan skor imbang 0-0 tidak berubah.
Padahal dalam pertandingan tersebut, Madrid memiliki banyak sekali peluang untuk mencetak gol. Total ada 19 tembakan yang dilepaskan Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan. Sayangnya, para pemain Real Madrid tampak kurang tenang mengonversi peluang menjadi gol hingga akhirnya mereka mengalami kebuntuan.
Peluang terbaik Madrid dalam pertandingan tersebut tercipta pada menit 7, menerima umpan silang Isco Alcaron, Karim Benzema yang berdiri bebas di kotak penalti Bilbao melepaskan tembakan yang mengarah ke gawang Kepa Arrizabalaga, sayang sepakan tersebut membentur tiang gawang.
Tambahan satu poin yang didapatkan Madrid saat jumpa Bilbao membuat mereka tertahan di posisi keempat dengan 28 poin, tertinggal delapan angka dari Barcelona yang nyaman berada di puncak klasemen dengan 36 poin.
Manchester United berhasil menang 3-1 atas tuan rumah Arsenal melalui dua gol cepat Luis Antonio Valencia dan Jesse Lingard pada awal 11 menit pertandingan. Arsenal sempat memperkecil ketertinggalan di menit ke-49 melalui Alexandre Lacazette, tapi Lingard kembali mampu mencetak gol di menit ke-63.
Meski United harus bermain dengan 10 pemain setelah Paul Pogba diusir di menit ke-74, Arsenal tidak mampu mencetak gol lagi.
Kartu merah Pogba ini juga sekaligus akan membuatnya absen pada pertandingan Liga Primer selanjutnya: Manchester United vs Manchester City. Padahal kunci efektivitas serangan balik United ada pada Pogba. Sejak Pogba kembali dari cedera, penyerangan United lebih baik dibandingkan ketika ia absen.
Dikombinasikan dengan buruknya pertahanan The Gunners, melalui serangan balik ini lah United mampu mengagetkan Arsenal di awal 11 menit pertandingan di mana mereka mampu mencetak dua gol. Gol ketiga United juga diciptakan dari situasi ini.
“Aku pikir kami tidak memulai pertandingan dengan baik sama sekali di lini belakang, dan kami bersalah karenanya,” kata Arsene Wenger setelah pertandingan, dikutip dari BBC Sport. “Meski tertinggal 2-0, kami bisa saja come back. Kami memiliki cukup peluang. Kami menghasilkan [permainan] kualitas luar biasa, tapi kami tidak cukup tegas [di depan gawang].”
Hasil pertandingan memang menjadi milik United. Namun, jalannya pertandingan tidak benar-benar mencerminkan hasilnya. Secara umum kita bisa menyimpulkan jika Arsenal bermain lebih dominan yang belum tentu lebih baik sebenarnya, di antaranya lewat penguasaan bola (75% banding 25%) serta jumlah tembakan (33 banding 8).
Kita mungkin bertanya, apa yang membuat 33 tembakan Arsenal (15 on target) hanya bisa menghasilkan satu gol saja? Jawabannya: David De Gea.
“Itu adalah sebuah misteri [karena tidak berhasil mencetak lebih banyak gol], tapi David De Gea adalah pemain terbaik dengan sangat jelas,” kata Wenger.
Sejak statistik mulai direkam di Liga Primer Inggris, tidak ada satu pun penjaga gawang yang mampu mencatatkan 14 penyelamatan dalam satu pertandingan. De Gea (diperkirakan) menjadi pemain pertama yang mencatatkan rekor tersebut. Perubahan: Tim Krul dan Vito Mannone sebelumnya pernah membuat 14 penyelamatan pada satu pertandingan Liga Primer.
Grafis tembakan Arsenal – Sumber: Squawka
Penjaga gawang asal Spanyol ini setidaknya 14 kali menyelamatkan skema bertahan Jose Mourinho yang amburadul sepanjang pertandingan. Bukannya memuji pertahanan United, jumlah saves sebanyak ini justru menunjukkan jika pertahanan “Setan Merah” tidak bekerja dengan baik sebagai sebuah sistem, meski dalam satu aspek sangat baik sebagai individu (De Gea).
Dari awal pertandingan, Mourinho menyetel kesebelasannya untuk melakukan serangan balik. Bukan rahasia juga jika Arsenal adalah kesebelasan yang terkenal hampir selalu kerepotan jika menghadapi serangan balik.
“Rencananya memang ketika mereka (Arsenal) menguasai bola, kami semua bertahan,” kata Mourinho setelah pertandingan. “Dimulai dengan pemain-pemain menyerang dan ketika kami mendapatkan bola, kami melakukan serangan balik cepat dan berusaha mencetak gol yang mana berhasil kami lakukan.”
Kemudian sebaliknya, Arsenal menerapkan skema yang berseberangan dengan United, yaitu mencoba mendominasi penyerangan. Dari statistik penguasaan bola dan tembakan di atas kita sudah mendapatkan ilustrasinya. Akan tetapi, Arsenal kerap melupakan pertahanan mereka.
Jika ada dua kesebelasan yang bermain dengan pertahanan mengkhawatirkan, penonton netral adalah pihak yang merasa paling terhibur. Pertandingan Arsenal dan United semalam memang sangat menghibur.
Sementara jika ada salah satu penjaga gawang yang sedang “kesurupan dewa gurita”, maka pendukung kesebelasan penjaga gawang tersebut lah (dalam hal ini: United) yang merasa lebih terhibur lagi.
Beberapa dari kita mungkin mewajarkan jika penjaga gawang bermain sangat gemilang. Tidak jarang bahkan menyebutnya sebagai keberuntungan. Namun, jika hal tersebut sudah sering terjadi, maka sudah bukan keberuntungan lagi namanya.
Pendeknya, Manchester United bermain sesuai kebutuhan semalam dengan bertahan dan mencoba serangan balik. Mereka mendapatkan tiga gol dari situasi seperti ini.
Sayangnya, semalam sistem pertahanan United terlalu sering membuat kekhawatiran sehingga membuat Arsenal, yang bermain menyerang dengan beringas, berkali-kali menciptakan peluang. Arsenal mendapatkan satu gol dari situasi seperti ini juga.
Untungnya, buruknya sistem pertahanan United tersebut berhasil di-bail out oleh kegemilangan De Gea sebagai penjaga gawang. Arsenal juga sebenarnya punya pertahanan yang juga mengkhawatirkan, tapi tentu kita tahu apa yang kemudian membuatnya berbeda.
Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza