Statistik Gemilang Tak Membuat Mereka Dilirik Timnas Indonesia

Statistik Gemilang Tak Membuat Mereka Dilirik Timnas Indonesia
Font size:

Timnas Indonesia sudah mengumumkan 23 nama yang disiapkan untuk menghadapi Piala AFF 2018. Mayoritas pemain yang dipanggil merupakan pemain yang membela Indonesia di Asian Games 2018 ditambah pemain-pemain senior yang dianggap sedang dalam performa terbaik.

Dari 23 nama tersebut, hanya ada 8 pemain yang sebelumnya tampil di Piala AFF 2016. Tiga pemain sudah bermain sejak Piala AFF 2014 —Rizky Pora, Evan Dimas, dan Fachrudin Ariyanto. Indonesia tampil dengan skuat yang terbilang baru. Hanya ada 7 pemain yang punya caps timnas senior lebih dari 10 kali.

 
 
 
View this post on Instagram

Kalau dinilai dari angka 1-10 berapa skor skuat Timnas Indonesia ini dan kenapa?

A post shared by PanditFootball.com (@panditfootball) on

Dari 23 pemain, hanya Barito Putera dan Bhayangkara FC yang menyumbang tiga pemain (terbanyak). Kebanyakan setiap klub hanya diwakili dua pemain. Kali ini sebenarnya tidak seperti Piala AFF 2016 yang bentrok dengan Indonesia Soccer Champions, di mana setiap klub wajib maksimal diwakili dua pemain sebagaimana yang ditentukan PSSI. Tapi aturan tersebut seperti menjadi aturan tak tertulis karena sejumlah pemain yang sedang tampil prima pun tak dipanggil.

Berjalannya Liga 1 berbarengan dengan Piala AFF membuat timnas tidak leluasa dalam memilih pemain. Jika timnas memanggil enam pemain dari sebuah kesebelasan, artinya kesebelasan tersebut akan berkompetisi dengan setengah kekuatan karena para pemain terbaik mereka dipanggil timnas. Belum lagi jika beberapa pemain penting di sebuah kesebelasan papan atas dipanggil, PSSI bisa dianggap sedang mencoba melemahkan kesebelasan tertentu.

Perlu diketahui, hanya Liga 1 Indonesia yang liganya masih berjalan di tengah-tengah Piala AFF 2018. Oleh karenanya tak salah jika menilai skuat Indonesia saat ini tidak diperkuat dengan skuat terbaiknya. Berikut adalah beberapa nama yang juga sebenarnya layak dipanggil timnas karena performa individunya sedang menanjak.

Penjaga Gawang

Andritany Ardhyasa merupakan penjaga gawang Timnas Indonesia nomor 1 setelah era Kurnia Meiga berakhir. Berkat kehebatannya di bawah mistar, Persija Jakarta sejak tiga musim terakhir (termasuk Indonesia Soccer Championship) selalu menjadi kesebelasan dengan pertahanan terbaik. Di Piala AFF 2018, Andritany akan di-backup oleh Awan Setho dan Muhammad Ridho.

Sebenarnya, ada satu kiper lain yang juga performanya tengah impresif dan membantu timnya menjadi salah satu kesebelasan yang sulit dibobol. Ia adalah Wawan Hendrawan, kiper Bali United. Wawan menjadi kiper dengan catatan nirbobol terbanyak (11 kali dari 27 kali bermain) juga penyelamatan terbanyak (63 penyelamatan). Ia juga hanya kebobolan 30 kali dari 27 kali bermain. Bali United, kesebelasan yang ia bela, saat ini berada di urutan keempat.

Persentase nirbobol Wawan sebenarnya kalah dibanding Andritany, Rivki Mokodompit, dan Jandia Eka Putra. Namun dibanding ketiga kiper tersebut, juga kiper tangguh lain seperti Deden Natshir, catatan penyelamatan Wawan jauh lebih baik. Bisa dibilang, Bali United berada di papan atas klasemen berkat penyelamatan-penyelamatan Wawan, sementara kesebelasan lain seperti PSM, Persib, dan Persija, lebih sedikit mendapatkan ancaman ke gawang. Bahkan Anditany, Rivki, dan Deden tidak masuk dalam lima kiper dengan penyelamatan terbanyak dalam statistik resmi Liga 1.

Perlu diketahui juga, catatan Awan Setho dan M. Ridho pun sebenarnya tidak sebaik kiper-kiper di atas. Bahkan jika melihat catatan individu, Rivki lebih unggul dari Andritany. Jika persentase nirbobol Andritany berada di angka 41,2% (7 nirbobol dari 17 kali bermain), Rivki mencatatkan 9 nirbobol dari 21 kali bermain, yang artinya punya persentase 42,9%. Angka yang dicatatkan Rivki juga mengalahkan Wawan Hendrawan (40,7%) dan Deden Natshir yang mencatatkan 10 nirbobol dari 25 kali bermain (40%). 

Rivki hanya kalah dari kiper PSIS Semarang, Jandia Eka Putra, yang mencatatkan 10 nirbobol dari 21 kali bermain (47,6% nirbobol). Rivki (dan Jandia) hanya kebobolan 18 kali dari 21 kali bermain. Lebih unggul dari Andritany (kebobolan 19 kali dari 17 kali bermain), Awan Setho (25 kali dari 20 kali bermain), dan Ridho (18 kali dari 13 kali bermain). Rivki (dan Jandia) juga unggul dari kiper lain macam Deden (kebobolan 26 kali dari 25 kali bermain), Satria Tama (20 kali dari 20 kali bermain), dan Wawan Hendrawan (30 dari 27 kali bermain). Jika melihat performa kiper terkini, Wawan, Rivki, atau Deden patutnya menemani Andritany di Piala AFF 2018 nanti.

Halaman berikutnya: Bek tengah, bek kanan dan bek kiri

Bek Tengah

Dua bek tengah terbaik Indonesia, Hansamu Yama dan Fachrudin, dipanggil Bima Sakti. Keduanya menjadi kapten dan wakil kapten. Cadangan keduanya di Piala AFF kali ini bukan lagi Yanto Basna, Manahati Lestusen, dan Gunawan Dwi Cahoyo, melainkan Bagas Adi dan Ricky Fajrin. Ricky sendiri naturalnya bermain sebagai bek kiri.

Tapi sebenarnya ada dua pemain lain yang patutnya dipertimbangkan menghuni jantung pertahanan Timnas Indonesia: Victor Igbonefo dan Donni Haroid Monim.

Igbonefo menjadi salah satu pemain kunci pertahanan Persib Bandung. Persib saat ini menjadi salah satu kesebelasan yang paling sulit dibobol. Bahkan ketika Igbonefo harus tampil tanpa tandemnya, Bojan Malisic, Igbonefo tetap menjadi palang kokoh penjegal serangan lawan. Persib saat ini merupakan salah satu kandidat juara, mentalitas juaranya cukup teruji, dibanding misalnya, Bagas Adi yang kesulitan mengangkat Arema FC ke papan atas klasemen. 

Donni Monim, sementara itu, merupakan bek tengah andalan Perseru Serui. Perseru memang salah satu kandidat kesebelasan degradasi musim ini. Tapi tengok pertahanan kokoh mereka. Catatan kebobolan 34 kali merupakan yang paling sedikit ketiga di Liga 1 setelah Persija dan Persib. Monim merupakan bek tengah yang selalu ditandemkan dengan bek asal Jepang, Kunihiro Yamashita. Dalam catatan statistik Liga 1, Monim menjadi bek tengah dengan tekel terbanyak (35). Bek berusia 25 tahun ini pun jadi bek dengan menit bermain terbanyak di Perseru (terbanyak ke-20 di Liga 1). Belum lagi kemampuannya bermain dengan tiga bek yang beberapa kali dimainkan oleh Wanderley da Silva.

Selain Igbonefo dan Monim, dua bek Indonesia yang sedang berkarier di Liga Thailand  pun bisa menjadi pilihan. Yanto Basna membantu Khonkhaen menempati posisi empat klasemen Thai League 2 dengan catatan kebobolan tersedikit kedua (30 gol dari 28 laga). Sementara itu, Ryuji Utomo berhasil membawa tim yang dibelanya, PTT Rayong, juara Thai League 2 dan promosi ke Thai League 1. PTT Rayong kebobolan 32 gol dari 28 laga, tersedikit keempat.

Bek Kiri

Selain Ricky Fajrin, Indonesia akan mengandalkan Rizky Pora dan Alfath Fathier pada pos bek kiri. Rizky Pora merupakan bek kiri terbaik Indonesia saat ini, yang karena kemampuan menyerangnya sering ditempatkan sebagai penyerang sayap. Namun untuk Alfath, konsistensi permainannya perlu dipertanyakan mengingat ia baru bermain 13 kali pada musim ini. Ia pun lebih sering menempati pos gelandang kiri. Pos bek kiri di Madura United, kesebelasan yang ia bela, lebih sering ditempati Andik Rendika Rama.

Jika ingin mengandalkan pemain yang fasih bermain di pos bek kiri, ada tiga opsi yang bisa dipilih: Ardi Idrus, Reva Adi Utama, dan Ruben Sanadi. Ardi dan Reva tampil konsisten menjaga Persib dan PSM berada di papan atas klasemen, sementara Ruben menjadi bek sayap yang rajin membantu penyerangan lewat torehan lima asis, karakter yang sama dengan Rizky Pora.

Ardi Idrus tampil konsisten bersama Persib yang menjadi salah satu kesebelasan sulit dibobol. Staminanya yang prima sepanjang 90 menit pun menjadi keunggulan pemain berusia 25 tahun tersebut. Di laman resmi Liga 1 pun ia menjadi pemain dengan tekel berhasil terbanyak, 51 kali. 

Walaupun begitu, gaya permainan Ardi rasanya tak cocok dengan skema Timnas Indonesia. Persib mengandalkan serangan balik, umpan lambung, dan jarang berlama-lama dengan bola. PSM yang sebenarnya punya gaya permainan tak jauh berbeda dengan timnas.

Skuat PSM asuhan Robert Rene Alberts merupakan kesebelasan yang membangun serangan lewat umpan pendek sejak dari lini pertahanan. Reva Adi yang bermain di 19 laga PSM turut punya peran penting mengantarkan Juku Eja jadi pemuncak klasemen sementara. Karenanya, Reva dan Ardi rasanya lebih baik dari Alfath.

Bek Kanan

Bima Sakti memutuskan untuk memilih Gavin Kwan Adsit dan Putu Gede sebagai pemain yang disiapkan menghuni pos bek kanan. Keduanya merupakan bek kanan masa depan Timnas Indonesia. Tapi ada dua bek kanan lain yang patut dipertimbangkan: Nazar Nurzaidin dan Andhika Wijaya.

Nazar merupakan tulang punggung utama pertahanan Barito Putera. Dari 29 laga yang sudah dijalani Barito, ia terlibat di 27 laga. Posisinya memang tak tergantikan. Barito sempat menempati runner-up pada paruh musim, namun rentetan hasil buruk pada putaran kedua membuat skuat asuhan Jacksen F. Thiago tersebut tergerus hingga posisi 13.

Andhika Wijaya, sementara itu, sudah menjadi andalan Widodo Cahyono Putro sejak musim lalu. Bali United pun konsisten menjadi kandidat juara dalam dua musim terakhir. Usianya yang masih 22 tahun membuat kualitasnya masih bisa berkembang, apalagi jika mendapatkan jam terbang di timnas.

Halaman berikutnya: Gelandang tengah, penyerang sayap, penyerang tengah

Gelandang Tengah

Sejak dilatih Luis Milla, Indonesia akrab dengan pola 4-2-3-1. Ada dua gelandang tengah dalam formasi tersebut. Evan Dimas, Bayu Pradana, Zulfiandi, dan Muhammad Hargianto akan berebut dua poros ganda tersebut di Piala AFF nanti.

Namun ada beberapa gelandang tengah lain yang cukup layak bermain untuk timnas saat ini: Sandi Sute, Wahyu Subo Seto, Rizky Pellu, dan Paulo Sitanggang. Di antara empat nama tersebut, Wahyu Subo Seto dan Paulo cukup layak berseragam timnas.

Wahyu Seto menjadi nyawa di lini tengah Bhayangkara FC yang musim lalu menjuarai Liga 1 edisi pertama. Musim ini pun posisinya cukup tak tergantikan untuk menemani Paulo Sergio. Wahyu Seto musim ini tercatat bermain di 27 laga. Sama seperti musim lalu, Bhayangkara paling rendah berada di posisi 7 besar. Dibanding Sandi Sute, ia menjadi gelandang bertahan yang bermain lebih "bersih" dari kartu kuning. Namun Bima Sakti lebih memilih tandemnya, Hargianto, yang musim ini baru bergabung ke Bhayangkara FC dan baru bermain di 19 laga.

Untuk Paulo Sitanggang, ia merupakan tandem Evan Dimas sejak bermain bersama di Timnas U19. Di Barito Putera, Paulo pun menjadi salah satu pemain kunci dengan mencatatkan 28 laga (dari total 29 laga yang sudah dijalani Barito). Meski area bermainnya jauh dari kotak penalti lawan, Paulo mampu mencetak lima gol musim ini. Secara jam terbang musim ini lebih menjanjikan dibandingkan Hargianto dan Zulfiandi.

Untuk posisi gelandang serang di depan dua gelandang tengah, Septian David Maulana dan Stefano Lilipaly sudah merupakan pilihan terbaik timnas saat ini. Hanya Adam Alis, yang sudah mencatatkan lima asis, yang sedang tampil dengan permainan terbaik dan bisa menjadi opsi lain. 

Penyerang Sayap

Kasus yang menimpa Saddil Ramdani membukakan jalan bagi Andik Vermansah untuk kembali membela Timnas Indonesia di Piala AFF seperti dua tahun silam. Andik akan bersaing dengan Irfan Jaya, Febri Hariyadi, dan Riko Simanjuntak. Selain empat nama ini, sebenarnya masih banyak pemain sayap lain yang sedang on-fire, seperti Esteban Vizcarra, Ghozali Siregar, Ferdinan Sinaga, Dedi Hartono, Hari Nur Yulianto, sampai Boaz Solossa. Indonesia memang surganya pemain sayap.

Vizcarra selain sudah mencetak 8 gol dan 4 asis, bisa menjadi pelayan Beto Goncalves, sebagaimana keduanya bermain bersama di Sriwajaya FC. Ghozali Siregar sudah mencetak 6 asis dan 4 gol dan tulang punggung serangan Persib. Ferdinan masih belum kehilangan tajinya dan telah mencetak 8 gol plus 2 asis musim ini dari 25 kali bermain (13 kali starter).

Dedi Hartono saat ini mencatatkan 2 gol dan 9 asis, salah satu faktor Fernando Rodrigues mencetak banyak gol sekaligus top asis Liga 1 sementara bersama Rizky Pora. Hari Nur Yulianto mencetak 9 gol dan 3 asis dari 29 kali bermain, di mana PSIS Semarang saat ini menempati posisi 8. Boaz, selain merupakan salah satu pemain senior yang masih bermain di level top, musim ini mencatatkan 9 gol dan 5 asis.

Perlu diketahui, Irfan Jaya hanya mencetak 6 gol dan 2 asis musim ini. Febri hanya mencetak 1 gol dan 3 asis sejauh ini. Riko Simanjuntak mencetak 3 gol dan 8 asis, plus mencetak 7 asis di Piala AFC. Andik pun hanya mencetak 2 gol dari 13 kali bermain di Kedah. Secara statistik, hanya Riko Simanjuntak yang lebih baik dari para pemain sayap yang disebutkan sebelumnya.

Penyerang Tengah

Jika dua tahun lalu Indonesia mengandalkan Boaz, Lerby Eliandri, dan Muchlis Hadi sebagai ujung tombak, kali ini timnas akan mengandalkan Beto Goncalves dan Dedik Setiawan. Beto memang menjadi penyerang "lokal" dengan gol terbanyak di Liga 1 (10 gol), bersama Samsul Arif. Dedik sementara itu mencetak 9 gol.

Beto dan Dedik memang menjadi dua penyerang tengah terbaik Indonesia saat ini. Meski begitu, Samsul Arif pun sebenarnya sudah terbukti ketajamannya karena sejak musim lalu torehan golnya selalu mencapai dua digit, setelah musim lalu mencetak 16 gol. Jika Dedik baru muncul musim ini, Samsul punya pengalaman lebih namun ia sering luput dari panggilan Timnas. 

Di samping itu, Ilija Spasojevic pun sebenarnya punya postur dan kualitas ideal untuk menghuni lini depan Timnas Indonesia. Dibanding Dedik, Spaso—meski torehan golnya kalah satu gol dari Dedik—punya pengalaman yang lebih unggul. Kualitasnya sebagai pemain asing yang dinaturalisasi harusnya dimanfaatkan Timnas Indonesia.

***

Nama-nama di atas yang tak dipanggil timnas punya statistik cukup menjanjikan. Statistik di sepakbola memang bukan segalanya. Tapi di beberapa aspek, statistik bisa menjadi tolok ukur kualitas pemain, setidaknya dari segi konsistensi permainan.

Para pemain yang punya statistik mentereng tidak dipanggil timnas tampaknya bukan karena kualitas mereka tidak layak, melainkan bentroknya Liga 1 dengan Piala AFF, seperti yang sudah disebutkan di atas, bisa jadi pertimbangan lain. Belum lagi Timnas Indonesia yang memang mengandalkan para pemain di Asian Games 2018 untuk jadi fondasi dasar Timnas Indonesia di Piala AFF 2018 ini.

Sumber statistik: liga-indonesia.id, soccerway.com, transfermarkt.co.uk

Gol Bunuh Diri Konyol dan Poin Minus Chievo
Artikel sebelumnya Gol Bunuh Diri Konyol dan Poin Minus Chievo
Sepakbola Thailand Sudah Beda Level
Artikel selanjutnya Sepakbola Thailand Sudah Beda Level
Artikel Terkait