Upaya Uzbekistan Membangun Tradisi Piala Dunia

Upaya Uzbekistan Membangun Tradisi Piala Dunia
Font size:

Uzbekistan akhirnya menembus panggung terbesar di jagat sepak bola: Piala Dunia. Namun, kisah ini bukanlah cerita tentang keberuntungan pada babak kualifikasi atau generasi emas yang muncul tiba-tiba. Ini adalah hasil dari sebuah strategi besar yang mulai dijalankan secara serius sejak 2023. Uzbekistan tidak hanya ingin lolos. Mereka ingin menjadi langganan.

 

Sepak Bola Dimulai dari Sekolah

April 2023 menjadi momen titik balik. Presiden Uzbekistan meneken dekret nasional yang menyatakan bahwa sepak bola akan menjadi bagian inti dari sistem pendidikan nasional. Artinya, sepak bola tak lagi diperlakukan sebagai kegiatan ekstrakurikuler, melainkan sebagai kurikulum wajib di sekolah-sekolah dasar dan menengah.

Di bawah payung kebijakan ini, asosiasi sepak bola Uzbekistan (UFA), kementerian pemuda, dan para sponsor, bergerak serentak. Akademi-akademi baru didirikan di 14 provinsi termasuk di ibu kota negara, Tashkent. Klub-klub lokal diminta menjadi bagian dari sistem pengembangan pemain usia dini.

Langkah paling revolusioner dari reformasi ini adalah menyentuh level grassroot yaitu, sekolah. Sepak bola masuk ke lebih dari 10.000 sekolah di seluruh Uzbekistan. Guru olahraga dilatih oleh UFA untuk mengajarkan sepak bola secara benar. Di kelas, anak-anak tak hanya diajari teknik dasar menendang bola, tapi juga nilai-nilai seperti kerja sama tim, disiplin, dan semangat sportivitas.

Setiap tahun, digelar turnamen besar seperti "Leather Ball" dan "Future of Our Football". Kompetisi ini melibatkan ratusan ribu pelajar dari seluruh negeri di level sekolah maupun universitas. Bagi Uzbekistan, ini bukan hanya ajang bakat, tetapi juga cara memperluas partisipasi dan mengakrabkan sepak bola sejak dini.

 

Pelatih dan Infrastruktur yang Siap

Pembangunan tak berhenti di level pemain. Uzbekistan juga menyiapkan para pelatih. Mulai 2025, semua pelatih di tingkat regional diwajibkan memiliki lisensi resmi. Pusat-pusat pelatihan nasional dibangun, termasuk sains olahraga dan fasilitas analisis video. Teknologi dan data menjadi bagian dari sistem pembinaan sejak usia muda.

Negara juga memberikan insentif besar. Pemerintah mengucurkan dana setara puluhan miliar rupiah tiap tahun. Sponsor dilibatkan melalui skema bebas pajak untuk investasi di sepak bola. Hasilnya, klub-klub lokal hidup kembali, akademi swasta tumbuh, dan ekosistem sepak bola menjadi jauh lebih sehat.

Tidak butuh waktu lama untuk melihat hasilnya. Tim U-17 dan U-20 Uzbekistan menjuarai turnamen Asia dan tampil kompetitif di level dunia. Pemain-pemain muda mulai mendapat tempat di klub-klub Eropa. Uzbekistan, yang dulu langganan gagal pada babak akhir kualifikasi, kini berhasil lolos otomatis ke Piala Dunia 2026. Lebih dari sekadar pencapaian, ini adalah validasi bahwa investasi jangka panjang di sepak bola akar rumput bisa membuahkan hasil.

Uzbekistan tidak berhenti di sini. Mereka tahu bahwa tampil sekali di Piala Dunia belum cukup. Target mereka lebih tinggi: menjadi kekuatan tetap di Asia, layaknya Jepang atau Korea Selatan. Oleh karena itu, reformasi terus berlanjut. Infrastruktur terus dibangun, kurikulum diperbaiki, dan standar pelatih ditingkatkan. 

Dalam membangun tradisi ini, peran pelatih kepala Srecko Katanec sangat penting. Sejak menangani tim nasional pada 2022, ia membawa stabilitas dan struktur permainan yang jelas. Katanec menanamkan mentalitas profesional dan disiplin yang menjadi fondasi penting dalam transisi generasi Uzbekistan.

Selain itu, figur seperti Timur Kapadze —mantan kapten tim nasional yang kini menjadi bagian dari staf teknis— ikut membantu membentuk identitas permainan Uzbekistan yang mengedepankan organisasi, determinasi, dan efisiensi taktik. Perpaduan antara pengalaman pelatih asing dan pemahaman lokal menjadi kunci dalam menciptakan tim yang siap bersaing di panggung dunia. Karena bagi Uzbekistan, yang terpenting bukan cuma menang. Tapi membangun sistem yang membuat menang menjadi kebiasaan.

 

Uzbekistan Mulai Diandalkan di Eropa

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pemain asal Uzbekistan mulai menarik perhatian klub-klub Eropa dengan kemampuan teknik dan mental bertanding yang mumpuni. Mereka tidak hanya memperkuat tim-tim di liga menengah Eropa, tetapi juga mulai menembus kompetisi papan atas seperti Abbosbek Fayzullaev bersama CSKA Moskow dan Abdukodir Khusanov bersama Manchester City. Eldor Shomurodov juga menjadi pionir penting dengan tampil di Serie A Italia bersama AS Roma pada musim 2024/25. Mereka telah membuka jalan bagi pemain muda Uzbekistan lainnya untuk merantau ke benua biru.

Keberadaan pemain Uzbekistan di Eropa tidak hanya membawa pengaruh positif bagi perkembangan sepak bola negara mereka, tetapi juga memperkaya kompetisi di klub-klub yang mereka bela. Dengan gaya bermain yang menggabungkan teknik Asia Tengah dan semangat kerja tinggi, mereka menjadi aset berharga yang semakin dilirik oleh pencari bakat. Tren ini juga memperkuat citra Uzbekistan sebagai salah satu negara dengan potensi besar dalam dunia sepak bola Asia.

Saat Bek Tengah Jadi Kunci Serangan
Artikel sebelumnya Saat Bek Tengah Jadi Kunci Serangan
Mesin Serbaguna Napoli di Era Conte
Artikel selanjutnya Mesin Serbaguna Napoli di Era Conte
Artikel Terkait