Bagaimana Pelatih Asing Mengubah Wajah Indonesia Super League

Bagaimana Pelatih Asing Mengubah Wajah Indonesia Super League
Font size:

Kehadiran pelatih asing membawa pengaruh besar bagi kompetisi sepak bola Indonesia. Sejak 1980-an hingga sekarang, kiprah para pelatih luar negeri seringkali menjadi faktor pembeda dalam dinamika persaingan klub-klub sepakbola di Indonesia.

 

Tuntutan prestasi hingga sulitnya persaingan di divisi tertinggi sepak bola Indonesia membuat klub-klub rela mengeluarkan dana besar untuk mengontrak pelatih berkualitas dari luar negeri. Sekarang, 17 dari 18 klub Indonesia Super League (ISL) 2025/26 menggunakan pelatih asing sebagai nahkoda mereka. Termasuk tiga tim promosi yang menembus ISL dengan pelatih asal Indonesia. 

 

Hanya Malut United yang masih memercayakan kursi pelatih kepala kepada sosok lokal, Hendri Susilo. Gambaran ini menunjukkan minimnya representasi sekaligus daya saing pelatih lokal di level tertinggi. Namun tanpa mengesampingkan pelatih-pelatih Indonesia, juru taktik asing memang telah mengubah wajah sepak bola negara ini. 

 

Disiplin dan Filosofi Taktik Modern

 

Salah satu kontribusi terbesar pelatih asing adalah membawa filosofi taktik modern yang jarang ditemui di level domestik. Jika sebelumnya klub-klub Indonesia lebih mengandalkan permainan langsung seperti direct play dengan fisik dan kecepatan, maka kehadiran pelatih asing memperkenalkan variasi gaya bermain berbeda. 

 

Sebut saja permainan dengan mengandalkan penguasaan bola dengan sirkulasi yang cepat seperti yang diinstruksikan Carlos Peña, Eduardo Perez, Julio Banuelos, Josep Gombau, atau Luis Milla. Atau tekanan yang terorganisir untuk menutup ruang lawan seperti tim yang dilatih Alfredo Vera atau Bojan Hodak.

 

IMG-20190608-WA0015-01

Julio Banuelos (kanan). Sumber: Antara

 

Bahkan ada pun pelatih asing yang mengutamakan pertahanan berlapis untuk lebih konsisten menjaga struktur permainan seperti filosofi Angelo Alessio, Fabio Lopez, Vincenzo Annese, dan lainnya.  Selain taktik, pelatih asing umumnya membawa standar disiplin yang lebih tinggi, baik di dalam maupun luar lapangan. Dari manajemen latihan, pola makan, hingga recovery pemain, semua diawasi ketat. 

 

Banyak pemain lokal mengaku, adaptasi awal terasa berat, seperti jika mengingat konflik antara Markus Horison dengan Daniel Darko Janackovic sewaktu di Persib Bandung. Namun selebihnya, banyak pemain Indonesia yang justru semakin berkembang. Kedisiplinan ini juga mendorong klub untuk bertransformasi menjadi lebih profesional dalam mengelola tim.

 

Pelatih asing juga terbukti meningkatkan kualitas ISL. Persaingan semakin ketat, standar permainan naik, dan eksposur liga di level internasional juga terdongkrak. Hal ini bisa dibuktikan dengan pencapaian Jacksen F Tiago yang membawa Persipura Jayapura mencapai semifinal Piala AFC 2014. 

 

Masalah yang Dihadapi Pelatih Asing

 

Namun, perjalanan pelatih asing di ISL tidak selalu mulus. Ada beberapa masalah yang kerap muncul. Masalah yang paling kentara adalah adaptasi dengan kultur sepak bola Indonesia, termasuk gaya bermain, kondisi infrastruktur, dan pola rekrutmen pemain. Pelatih asing juga memiliki keterbatasan waktu atas ekspektasi manajemen klub dan suporter yang sering terlalu tinggi.

 

Alhasil, pelatih tidak diberi ruang untuk membangun tim jangka panjang. Masalah komunikasi, baik bahasa maupun pendekatan terhadap pemain, juga menjadi kendala bagi klub yang menggunakan pelatih asing. Masalah komunikasi yang bahkan ada beberapa pelatih yang tidak bisa berbahasa Inggris, kadang membuat filosofi taktik sulit dipahami.

 

Namun baik atau tidaknya, tidak bisa dimungkiri, kehadiran pelatih asing diharapkan menjadi "sekolah gratis" bagi para pelatih maupun pemain Indonesia. Asisten pelatih, analis pertandingan, pemain, hingga staf teknis bisa belajar langsung mengenai metode kepelatihan modern. Dalam jangka panjang, transfer pengetahuan ini penting untuk regenerasi pelatih nasional.

 

Selain penuh tantangan, kehadiran pelatih asing di ISL ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi membawa perubahan positif dalam hal taktik, disiplin, dan profesionalisme. Namun di sisi lain, menuntut adaptasi serta kesabaran dari semua pihak. Jika sinergi dengan pelatih lokal dan pemain bisa terjalin dengan baik, tidak menutup kemungkinan ISL akan berkembang menjadi liga yang lebih kompetitif di kawasan Asia.

 

Tapi harapan yang pasti adalah pelatih Indonesia beserta calonnya, mampu belajar dengan dari berbagai aspek yang dimiliki juru taktik asing. Kehadiran pelatih asing menjadi motivasi untuk belajar dari interaksi langsung maupun mencari pengalaman di luar negeri. Hal ini agar pelatih-pelatih Indonesia kembali mampu bersaing di tingkat tertinggi sepak bola Indonesia.  

 

Potret Minimnya Kuantitas dan Kualitas Pelatih Indonesia
Artikel sebelumnya Potret Minimnya Kuantitas dan Kualitas Pelatih Indonesia
Marco Balotta, Bukti Usia Hanyalah Angka
Artikel selanjutnya Marco Balotta, Bukti Usia Hanyalah Angka
Artikel Terkait