Gol semata wayang Fernando Torres ke gawang Jerman yang dikawal Jens Lehmann memastikan Spanyol mengangkat trofi Piala Eropa 2008. Sukacita pun dirayakan seluruh publik Spanyol yang sudah merindukan gelar juara selama 44 tahun. Namun di samping suka cita itu, ada seorang pemain Spanyol yang agaknya cemburu dengan keberhasilan Spanyol tersebut. Karena saat rekan-rekannya mengangkat trofi, ia hanya menyaksikan dari layar kaca. Hal itu dialami oleh Raul Gonzalez Blanco. Kealfaan Raul, sapaan akrabnya, saat Spanyol menjuarai Piala Eropa tersebut memang menjadi anomali tersendiri. Karena sebelumnya, sejak tahun 1996, Raul begitu bernafsu memberikan trofi juara bagi Spanyol. Apalagi setelah menjadi kapten tim, Raul tentunya diharapkan menjadi jawaban atas puasa gelarnya timnas Spanyol. "Saya tentunya bahagia, walau sebenarnya saya sedikit cemburu," ujar Raul mengomentari keberhasilan Spanyol pada Sky Sport. "Meskipun begitu, saya mendukung tim ini. Saya ikut menikmati kemenangan tersebut. Karena kami merupakan kesebelasan terbaik." Kegagalan Raul memberikan trofi juara pada Piala Dunia 2006 menjadi salah satu faktor pelatih timnas Spanyol saat itu, Luis Aragones tak membawanya. Kekalahan 3-2 Spanyol atas Irlandia beberapa bulan setelah gelaran Piala Dunia itu pun melengkapi performa mengecewakan Spanyol di bawah kepemimpinan Raul sebagai kapten. Pada Piala Eropa 2008, Aragones hanya menyertakan Fernando Torres dan David Villa untuk barisan penyerang timnas Spanyol. Meski mendapatkan kritik (dan juga pro) dari para pendukung Spanyol, Aragones membuktikan diri dengan meraih gelar juara pada kompetisi tersebut. Keberhasilan Spanyol tersebut memang berdampak negatif bagi Raul. Timnas Spanyol dianggap tak lagi membutuhkan kepemimpinan Raul. Suksesor sekaligus rekan setimnya di Real Madrid, Iker Casillas, dianggap lebih memiliki kepemimpinan yang lebih baik dari Raul. Maka sejak kekalahan atas Irlandia, Raul tak lagi dipanggil timnas. Piala Dunia 2006 menjadi turnamen terakhir yang ia ikuti kala membela timnas. Catatan 44 gol dari 102 penampilan pun menjadi satu-satunya prestasi yang ia raih bersama timnas Spanyol. Timnas Spanyol lantas melupakan Raul. Hal ini sendiri menjadi salah satu contoh dari terlupakannya sosok Raul bagi kesebelasan yang pernah ia bela. Ya, Raul beberapa kali terlupakan mantan timnya. Dilupakan Pendukung Atletico Madrid Sebelum bisa bermain di timnas Spanyol, Real Madrid tentunya menjadi kesebelasan yang paling berjasa besar dalam karier Raul. Real Madrid sendiri merupakan kesebelasan impiannya meski ia berasal dari daerah yang mendukung rival sekota, Atletico Madrid. Ya, Raul lahir di daerah San Cristobal yang merupakan salah satu basis pendukung Atletico Madrid. Bahkan ayahnya, Don Pedro, dikenal sebagai pendukung sejati Atleti. Ayahnya senang bukan kepalang saat Raul memutuskan untuk bergabung dengan akademi Atletico Madrid pada usia 13 tahun. Namun Raul hanya bertahan selama dua tahun di mana kemudian ia lebih memilih bergabung Real Madrid. "Saat itu Raul pendukung Atleti, pun begitu dengan ayahnya," ujar pelatih Raul di San Cristobal, Renato de Lacour. "Tapi tiba-tiba semuanya berubah. Menurut saya, dia adalah pengkhianat." "Atletico adalah kesebelasan besar. Tapi pada kenyataannya, saya tak terlalu mengikuti perkembangan mereka saat itu," ungkap Raul. "Real Madrid kemudian menelpon saya. Dan menurut saya, Real merupakan tempat yang tepat untuk meningkatkan permainan. Mereka melahirkan banyak talenta berbakat." Pada usia 15 tahun, Raul pun lantas membela akademi Real Madrid yang dikenal dengan La Fabrica. Lantas setelah tampil memukau bersama Real Madrid B dan C, pada 1994, pelatih anyar Real Madrid saat itu, Jorge Valdano, mempromosikannya ke kesebelasan senior. "Sehari sebelum laga debutnya, saya mendatangi Raul dan berkata, `‘sepertinya saya akan memainkan kamu besok. Tapi saya takut kamu akan gugup menjalaninya’," ujar Valdano. "Lalu ia menjawab, `‘jika Anda ingin menang, mainkan saya. Jika tidak, silahkan cari pemain lain`’. Saat itulah saya melihat kepercayaan diri tinggi dalam diri Raul." Raul pun kemudian menjalani laga debutnya bersama kesebelasan senior dengan menghadapi Real Zaragoza. Sepekan kemudian, ia menjalani laga pertamanya di Santiago Bernabeu dan mencetak gol perdananya bagi Real Madrid. Uniknya, gol pertama yang diciptakan Raul bagi Madrid tersebut adalah dengan membobol gawang Atletico Madrid, kesebelasan masa kecilnya yang juga kesebelasan favorit ayahnya. Tapi kecintaannya terhadap Real Madrid membuatnya tetap merayakan gol tersebut dengan penuh sukacita. Aksinya itu tentu semakin dibenci para pendukung Atletico Madrid. Halaman selanjutnya: Dilupakan Real Madrid
Kehebatan Raul benar-benar terasah bersama Real Madrid. Gol demi gol lahir dari kaki pemain kelahiran 27 Juni 1977 ini. Real Madrid pun lantas bergelimangan trofi bersama Raul. Dalam 10 tahun kariernya bersama Madrid, 14 trofi berhasil ia raih. Perannya yang sentral bersama Madrid dihadiahi ban kapten pada 2003. Tak ada yang menolak atau memprotes saat Raul ditunjuk sebagai kapten baru menggantikan Fernando Hierro. Era baru Madrid bersama kapten Raul pun dimulai, di mana kemudian Raul benar-benar menjadi simbol Real Madrid (dan juga Spanyol). Terpilihnya presiden baru Real Madrid, Florentino Perez, pada 2000 awalnya tak terlalu berpengaruh pada eksistensi Raul. Namun semuanya berubah saat Perez memulai proyeknya yang ingin menjadikan Madrid sebagai kesebelasan mega bintang. Raul sebenarnya menentang dengan kebijakan transfer ini. Meski membuat Madrid memiliki kekuatan dengan individu-individu pemainnya, para pemain tersebut tak bisa menyatu. Suasana di kamar ganti pun seringkali tak kondusif. "Sebut saja suasana di kamar ganti telah berubah," ujar mantan penyerang Real Madrid, Fernando Morientes, yang juga tandem terbaik Raul. "Sebelum itu [Galacticos] terjadi, kami memiliki persamaan tujuan. Namun saat beberapa pemain terkenal datang, mulai muncul sedikit kecemburuan dalam skuat." Pemain-pemain terbaik, dengan harga yang mahal, didatangkan Perez. Dimulai dari Zinedine Zidane, Luis Figo, Ronaldo da Lima, David Beckham, hinga penyerang-penyerang macam Michel Owen, Klaas Jan Huntelaar, Ruud van Nistelrooy dan Robinho, yang tentunya mengancam keberadaan Raul. Datangnya para pemain bintang tentunya membuat sejumlah pemain lain, rekan-rekan terbaik Raul, pergi. Tak terkecuali Morientes. Meskipun begitu, Raul tetap mencoba bertahan dan bersaing. Hasilnya, Owen, Robinho, Huntelaar, Van Nistelrooy bahkan Ronaldo-lah yang hengkang dari Real Madrid. Raul membuktikan diri bahwa ia masih menjadi raja di Santiago Bernabeu. Bahkan pada 2008, ia mendapatkan kontrak seumur hidup bersama koleganya, Iker Casillas. Dua trofi La Liga dan satu trofi Super Spanyol menjadi koleksi trofi tambahan Raul bersama Real Madrid. Namun semuanya berubah saat Florentino Perez mendatangkan penyerang asal Portugal, Cristiano Ronaldo. Perebutan nomor punggung tujuh yang menjadi identitas keduanya menjadi topik yang tak luput dari pembicaraan. Namun Ronaldo mengalah dengan memilih untuk menggunakan nomor punggung sembilan. Awalnya, Raul dan Ronaldo bahu membahu untuk memberikan kemenangan bagi Real Madrid. Akan tetapi saat bertandang ke kandang Real Zaragoza pada 24 April 2010, Raul menderita cedera yang mengharuskannya istirahat di sisa pertandingan musim tersebut. Dan ternyata, pertandingan yang berlangsung di Stadion La Romareda tersebut menjadi laga terakhir Raul berseragam Real Madrid karena Raul memutuskan hengkang pada akhir musim. La Romareda pun benar-benar menjadi tempat bersejarah bagi Raul di mana sebelumnya di stadion ini pula Raul menjalani debutnya bersama Madrid. Pada akhir musim, Raul pun memutus kontraknya bersama Madrid, memutus kontrak seumur hidupnya. Madrid pun tampak merelakannya karena mereka telah mendapatkan Cristiano Ronaldo yang kemudian menjadi raja baru di Santiago Bernabeu. [caption id="attachment_180544" align="alignnone" width="470"] Cristiano Ronaldo, sebagai penerus Raul Gonzalez. (foto: publika.az)[/caption] Setelah dari Real Madrid, Raul memutuskan hijrah membela kesebelasan Jerman, Schalke 04. Pada musim pertamanya, ia sukses membawa Schalke menjuarai DFB-Pokal, yang disusul DFL-Supercup pada tahun berikutnya. Meski hanya dua musim membela Schalke, Schalke sempat memiliki rencana untuk memensiunkan nomor punggung tujuh untuk menghormati Raul, tak seperti Madrid yang dengan mudah memberikannya pada Ronaldo. Namun pada 2013, nomor punggung tujuh tersebut diberikan pada gelandang muda andalan mereka, Max Meyer. Dengan persetujuan Raul tentunya. *** Setelah berlaga di Bundesliga, lantas Raul memilih hijrah ke Qatar untuk membela Al-Sadd. Sejak saat itu, hingar bingar nama Raul di Eropa, bahkan dunia, mulai padam. Meskipun begitu, ia berhasil mengantarkan Al-Sadd menjuarai Qatar Super League dan Emir of Qatar Cup. Setelah dari Qatar, tak sedikit yang mengetahui bagaimana kelanjutan karier Raul. Raul pun tak begitu sering muncul atau membuat pernyataan-pernyataan bagi Real Madrid. Hingga pada akhirnya, ia mengumumkan untuk pensiun dari dunia sepakbola yang telah ia jalani selama 20 tahun pada akhir Oktober 2014. Sempat menghilang sejenak, Raul kemudian muncul kembali pada 2015. Ia memutuskan untuk kembali merumput. Namun kali ini, ia memilih kesebelasan asal Amerika Serikat, New York Cosmos (NYC) sebagai kesebelasan barunya. NYC sendiri bukanlah kesebelasan dari Major League Soccer (MLS) yang saat ini tengah naik daun. NYC kini berlaga di divisi dua Liga Amerika, NACL. Meskipun begitu, kesebelasan juara di liga ini tak akan otomatis lolos ke MLS, karena terdapat beberapa persyaratan untuk kesebelasan yang bermain di MLS. Sampai akhirnya Raul benar-benar menyatakan pensiun dari sepakbola. Meskipun begitu, bukan berarti Raul melupakan segalanya, khususnya Real Madrid. Tak ada rasa dendam dalam diri Raul meski dirinya tak lagi berseragam Madrid. Karena baginya, Real Madrid adalah bagian terpenting dalam hidupnya. Seperti yang pernah ia katakan pada acara Football Greatest: "Bagi saya, Real Madrid adalah kesebelasan terhebat. Itu adalah rumah saya, tempat saya tumbuh sebagai seorang manusia. Akan tiba waktunya bagi saya untuk berhenti bermain. Namun saya rasa, saya telah melakukan sesuatu bersama Real Madrid. Real Madrid, bagi saya, bagian terbesar dalam segala aspek kehidupan saya." foto: wallpaper.ae