Font size:
Sebanyak 3500 polisi lengkap dengan helm, body protector, dan balaclava (penutup kepala) telah bersiaga di sekitar Stadion Partizan. Ini adalah pemandangan yang "biasa" di kota Belgrade, setidaknya tiap dua tahun sekali saat terjadi "Eternal Derby", yang merupakan salah satu laga terpanas di Eropa antara Red Star Belgrade melawan FK Partizan.
Tetapi malam kemarin (14/10) kondisinya berbeda. Raut wajah pihak keamanan lebih tegang dari biasanya. Hal ini karena Stadion Partizan akan menggelar laga yang lebih panas, tim nasional Serbia melawan tim nasional Albania. Kedua negara tersebut telah terlibat konflik sejak lama. Terutama yang terkait perang etnis di wilayah Kosovo. "Ini adalah operasi (pengamanan) yang lebih besar dari Eternal Derby," sebut Nikola Popovac, wakil kepala kepolisian Belgrade. Benar saja, pertandingan berjalan keras dan laga sempat terganggu beberapa kali akibat ulah penonton. Flare dilempar ke lapangan, bendera NATO dibakar, dan yang terakhir sekaligus pemicu kerusuhan besar adalah masuknya drone (pesawat baling-baling kecil yang bisa dikendalikan dari jauh) yang membawa logo Albania. Wasit Martin Atkinson juga berkali-kali terlihat sibuk dengan alat komunikasi untuk menanyakan apakah situasi masih kondusif atau tidak. Sebelumnya pihak kepolisian menyatakan keamanan sudah diperketat termasuk menempatkan detektor logam di pintu masuk stadion. Namun anehnya flare masih saja menyala di Stadion Partizan. Tampaknya para suporter telah amat lihai dalam menyelundupkan barang-barang tersebut, dan mungkin, flare tidak bisa terdeteksi oleh sekadar detektor logam.
