Font size:
Seorang runner match fixing buka-bukaan soal profesinya kepada Aiman Witjaksono dalam acara “Ini Dia Mafia Bola” di Kompas TV pada Senin (18/5) malam. Runner yang mengaku sebagai bekas pesepakbola ini mendapatkan ratusan juta rupiah dari bandar judi untuk kemudian dibagi-bagikan kepada mereka yang terlibat pengaturan skor.
Sang runner mengatakan bahwa sangat mungkin bagi dirinya mengatur skor dengan hanya menyuap satu kesebelasan saja. Salah satu contohnya dengan meminta penyerang tidak mencetak gol, maupun kiper yang sengaja melakukan kesalahan agar kebobolan. Sebelumnya, pada Sabtu (16/5) pekan lalu, kesebelasan Liga Turki, Genclerbirligi, dituduh terlibat dalam pengaturan skor. Tuduhan tersebut ditujukan setelah kiper mereka, Ferhat Kaplan, dengan sengaja menarik tangannya sendiri saat akan menepis bola tendangan pemain Galatasaray, Wesley Sneijder. Sontak hal tersebut membuahkan kecurigaan, karena salah satu posisi yang kerap mendapatkan suap adalah kiper dari kesebelasan yang sengaja mengalah. Namun, tuduhan tersebut sepertinya akan merembet pada Galatasaray. Kesebelasan pemuncak klasemen sementara Liga Turki, Super Lig, tersebut seperti bermain alot pada awal pertandingan dengan minim peluang mencetak gol. [caption id="" align="alignnone" width="600"]
Baca juga: Tindak Pidana Pengaturan Skor dalam Perspektif Hukum Nasional Kasus Johan Ibo dan Sepakbola Indonesia yang Rentan*** Sang runner mengaku bahwa model “kerjasama” biasanya dilakukan lewat manajemen kesebelasan. Uang dari bandar langsung diberikan kepada manajemen untuk dibagi-bagikan kepada pemain. Untuk level manajer biasanya mendapatkan dana paling besar sekitar 100 juta rupiah, sedangkan pemain hanya berkisar 20 hingga 10 juta rupiah. Jika menyuap satu kesebelasan saja, bandar biasanya memilih kesebelasan untuk mengalah. “Kalau dua tim bisa lebih bagus, tapi biayanya besar,” tutur sang runner dalam Kompas TV. Dari fakta di atas, nyatanya pengaturan skor tidak bisa dilakukan secara mudah dengan menyuap satu atau dua pemain saja. Jika kiper dituduh terlibat, seharusnya dilakukan pemeriksaan menyeluruh karena bukan tidak mungkin manajemen pun mengetahui bahkan ikut terlibat dalam pengaturan skor tersebut. Jadi, sepakbola itu benar-benar cuma hiburan, ya?
Baca juga: Belajarlah (Memberantas Match Fixing) Hingga Ke Negeri China (Kronologis) Dugaan Pengaturan Skor di Albania