Font size:
Untuk menjadi pesepakbola dengan karir yang mentereng, memiliki kemampuan mengolah bola yang hebat saja tidak cukup. Karena dalam sepakbola, apapun bisa saja terjadi. Sebuah kejadian bisa menjadi titik balik bagi karier seorang pemain, entah itu menjadi menanjak, ataupun sebaliknya. Jika tidak percaya, mari kita tengok apa yang dialami oleh Pablo Aimar.
Pada awal karirnya, Pablo Aimar yang bersinar bersama River Plate dan Valencia disebut-sebut sebagai titisan legenda Argentina, Diego Maradona. Jauh sebelum Lionel Messi disejajarkan dengan Maradona, Aimar lebih dulu dilabeli the next Maradona oleh publik Argentina. Sama seperti Maradona, Aimar lahir di Argentina. Posisi terbaik untuk mengeluarkan kemampuannya adalah sebagai gelandang serang. Pergerakannya yang cepat, memiliki visi yang baik, handal dalam melewati pemain, umpan-umpannya terukur, tubuhnya yang mungil serta rambutnya yang gimbal membuat publik Argentina seolah kembali melihat sosok Maradona dalam versi baru. Karirnya di Eropa pun cukup mentereng, setidaknya dibanding rivalnya di timnas Argentina, Juan Roman Riquelme. Setelah hijrah dari kesebelasan yang membesarkan namanya, River Plate, Aimar mengantarkan Valencia meraih gelar juara La Liga sebanyak dua kali. Padahal sebelumnya, Valencia sempat tak meraih juara La Liga selama 30 tahun. Kehebatan Aimar sendiri diakui langsung oleh Maradona. Sejak Aimar memutuskan untuk hijrah ke Eropa untuk membela Valencia, Maradona sudah memprediksi bahwa Aimar akan menjadi pemain hebat. “Aimar adalah pesepakbola saat ini yang saya rela membayar untuk menyaksikan permainannya,” ungkap Maradona seperti yang ditulis worldsoccer pada 2003. “Ia telah menjadi pemain paling bertalenta dalam beberapa tahun terakhir dan untuk beberapa tahun ke depan. Valencia akan mengidolakan Aimar dengan segera.” Ternyata apa yang diucapkan Maradona itu benar adanya. Aimar kemudian menjadi sosok penting dalam kejayaan yang diraih Valencia saat itu. Sebelum memberikan gelar La Liga, pada awal kedatangannya, Aimar menjadi bagian dari skuat Valencia yang meraih runner-up Liga Champions pada 2001. Tiga tahun berikutnya, Aimar berhasil mengantarkan Valencia menjuarai Piala Uefa (sekarang Europa League) dan Super Eropa. Kehebatan Aimar saat menjadi motor serangan Valencia membuatnya dijuluki ‘El Mago’ yang memiliki arti Si Penyihir. Kemampuannya saat itu memang memanjakan Kily Gonzalez, Gaizka Mendieta, dan John Carew dengan umpan-umpan terukurnya. Namun saat kursi kepelatihan berganti dari Rafael Benitez ke Claudio Ranieri, Aimar kesulitan untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Hingga pada akhirnya, ia harus tersingkir dari persaingan dan hengkang ke kesebelasan La Liga lainnya, Real Zaragoza. Bersama Zaragoza, Aimar kembali unjuk gigi. Bersama ‘Si Penyihir’ ini, Zaragoza sempat merangsek ke peringkat empat pada paruh musim pertamanya dan berkesempatan berlaga di Liga Champions. Namun cedera lutut yang ia derita pada pertengahan musim membuatnya harus absen selama sebulan. Zaragoza yang kehilangan magisnya harus puas mengakhiri musim di peringkat enam. Ternyata cedera yang dialami Aimar itu menjadi masalah yang kemudian mengganggu kariernya. Pada musim keduanya bersama Zaragoza, Aimar hanya bisa berlaga sebanyak 22 kali di La Liga. Ini yang membuat Zaragoza akhirnya harus terdegradasi pada akhir musim. Kariernya kemudian diselamatkan oleh kesebelasan asal Portugal, SL Benfica. Cedera masih menghantui Aimar pada musim pertamanya berkarier di Liga Portugal. Namun bersama mantan rekannya di River Plate, Javier Saviola, Aimar kemudian berhasil menemukan kembali performa terbaiknya. Satu gelar juara Liga Portugal dan empat gelar Piala Portugal berhasil keduanya persembahkan untuk Benfica. Jangan lupakan pula pada musim 2012/2013 Benfica menjadi runner up Liga Champions (ralat: Europa League). Aimar dan Saviola memang memiliki kedekatan sejak keduanya membela River Plate. Keduanya menjadi sosok di balik kesuksesan River Plate yang menjuarai Liga Apertura dan Clausura Argentina pada 2000, meski saat itu keduanya masih berusia 19 dan 17 tahun. Keduanya pun hengkang dari River dengan periode yang tak jauh berbeda, Aimar pada Januari 2001, Saviola enam bulan kemudian ke Barcelona. [caption id="attachment_181944" align="alignnone" width="312"]![Aimar dan Saviola saat membela River Plate. (via: todoriver.com)](http://panditfootball.com/wp-content/uploads/2015/07/aimar-y-saviola-312x271.jpg)