Kumpulan Gesture Sepakbola Pembawa Hukuman

Kumpulan Gesture Sepakbola Pembawa Hukuman
Font size:

Rudi Garcia harus meninggalkan lapangan pertandingan lebih awal saat menemani AS Roma bertanding melawan Juventus semalam (5/10). Di Juventus Stadium, pria asal Perancis tersebut diperintahkan untuk meninggalkan lapangan oleh wasit Gianluca Rocchi. Alasannya sederhana: Garcia menunjukkan sebuah gerak isyarat memainkan violin imajiner.

Dalam budaya barat, apa yang dilakukan oleh Garcia adalah sebuah cara untuk menunjukkan rasa kesal terhadap pihak lain. Garcia sendiri melakukan hal tersebut setelah tim tuan rumah mendapatkan tendangan penalti untuk pelanggaran yang menurut Garcia terjadi tepat di luar kotak penalti Roma. Rocchi yang merasa bahwa keputusannya tidak diterima tak membutuhkan alasan tambahan untuk mengusir Garcia. Dengan kewenangan penuh yang ia miliki, ia melakukan apa yang ia rasa benar dan perlu dilakukan. Apa yang ditunjukkan oleh Garcia bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Robbie Fowler, Paolo Di Canio, Giorgos Katidis, Nicolas Anelka, dan Paul Gascoigne. Jika Garcia hanya berurusan dengan satu orang, kelima nama yang baru saja disebutkan menyinggung perasaan banyak pihak lewat satu tindakan saja. Selanjutnya: Menghirup kokain = makan rumput Menghirup kokain = makan rumput   Tahun 1999, hari ketiga di bulan April. Robbie Fowler berhasil menyarangkan bola ke gawang rival sekota Liverpool, Everton. Apa yang terjadi setelahnya adalah sesuatu yang masih membekas dalam ingatan banyak orang hingga saat ini – terutama mereka yang menyaksikan pertandingan hari itu. Fowler melakukan selebrasi yang cukup berani di hadapan para pendukung Everton. Ia melakukan hal tersebut karena para pendukung the Toffees menuduh dirinya sebagai sosok yang suka mengonsumsi kokain. Gerah dengan tuduhan yang menurutnya tak benar, Fowler pun menghisap garis pinggir lapangan layaknya seorang pecandu kokain. Kritik dilayangkan oleh banyak pihak karena apa yang dilakukan oleh Fowler ditayangkan secara langsung oleh banyak stasiun televisi dan hal tersebut bukanlah sesuatu yang pantas dilihat oleh anak-anak. Manager Liverpool kala itu, Gerard Houllier, membela Fowler dengan menyebutkan bahwa sang pemain tidak melakukan selebrasi menghirup kokain, melainkan menirukan sapi memakan rumput. Surat kabar The Independent menyindir alsan Houllier dengan menulis “jika saja ia mengatakan hal tersebut pada tanggal 1 April dan bukan 3 April, kita semua pasti sudah menerimanya dengan baik sebagai sebuah lelucon.” Menanggapi tindakan Fowler, pihak klub pun menjatuhkan denda sebesar 60 ribu pound sterling dengan alasan pencemaran nama baik. Tak hanya dari Liverpool, Fowler juga mendapatkan hukuman dari pihak Football Association (FA) berupa larangan bertanding sebanyak empat laga. Sadar bahwa yang ia lakukan salah, Fowler meminta maaf kepada Houllier. Mudah ditebak, sang manager memaafkan pemain berjuluk The Toxteth Terror tersebut. “Menghirup garis lapangan adalah sebuah perayaan yang saya lakukan setelah mencetak gol untuk Liverpool dalam sebuah Merseyside derby melawan Everton. Saya merasa bahwa hal tersebut sedikit terlepas dari penguasaan saya.” ujar Fowler kepada Daily Mail di tahun 2013. Lebih jauh, Fowler mengatakan bahwa jika ada satu hal yang dapat ia ubah mengenai masa mudanya, itu adalah selebrasi menghirup kokain di pertandingan melawan Everton itu. Fowler mengakui bahwa ia melakukan hal tersebut karena kala itu ia adalah sosok yang masih muda dan bodoh. Selanjutnya: Beda Nasib Di Canio dan Katidis Beda Nasib Di Canio dan Katidis   Tahun 2005, Paolo Ci Canio yang saat itu membela SS Lazio dijatuhi denda sebesar 7 ribu pound sterling dan larangan bertanding sebanyak satu laga oleh FIGC (Federasi Sepak Bola Italia). Penyebabnya, Di Canio melakukan salam fasis ke arah para pendukung klubnya di pertandingan derby melawan AS Roma. Sebagai catatan, salam yang membuat Di Canio menerima hukuman adalah salam ketiga yang ia lakukan di tahun yang sama. Pada dua kesempatan sebelumnya ia selalu terlepas dari hukuman karena mengatakan bahwa apa yang ia lakukan bukanlah salam fasis, melainkan salam Roma yang ditujukan kepada para pendukung setia Lazio, para warga kota Roma. Masyarakat tak bisa dibohongi. Banyak bukti yang mendukung pandangan bahwa Di Canio adalah seorang penganut faham fasisme. Ini bukan tuduhan tak berdasar, karena ada beberapa bukti pendukung. Pertama, Di Canio memiliki rajah bertuliskan DUX (gelar Benito Mussolini dalam bahasa Latin) di lengannya. Kedua, Di Canio kedapatan mengunjungi pemakaman Paolo Signorelli (seorang warga negara Italia penganut paham fasisme, anggota Gerakan Sosialis Italia yang didirikan oleh para pendukung Partai Fasis Mussolini, sekaligus pelaku pengeboman di stasiun kereta Bologna) di Roma pada tahun 2010. Di Canio sendiri mengaku bahwa dirinya secara reguler mengunjungi kediaman Signorelli. Bukti paling kuat, bagaimanapun, adalah apa yang ditulis oleh Di Canio dalam autobiografinya sendiri: “Saya kagum kepada Mussolini. Saya rasa ia adalah individu yang sangat disalahpahami. Ia menipu masyarakat. Tindakan-tindakannya seringkali keji. Namun semua itu didorong oleh tujuan yang lebih luhur.” Pandangan politik Di Canio tak hanya membuatnya pernah menerima hukuman dan terus menerus disorot oleh media. Klub-klub yang pernah ia latih, Swindon Town dan Sunderland, juga merasakan efek dari keputusan mereka mempercayakan posisi manajer kepada Di Canio. GMB menghentikan aliran dana untuk Swindon Town saat Di Canio menjadi manajer klub tersebut. Di Sunderland, kehadiran Di Canio membuat David Miliband (anggota parleman South Shields tahun 2011-2013) meninggalkan posisinya sebagai anggota dewan klub Sunderland karena pandangan politik yang berbeda dengan Di Canio. Lain Di Canio, lain pula dengan Giorgos Katidis. Eks kapten tim nasional Yunani U-19 tersebut menerima larangan membela tim nasional seumur hidup karena sesuatu yang ia lakukan tanpa pengetahuan yang cukup. Pada 16 Maret 2013, Katidis yang kala itu bermain untuk AEK Athens berhasil mencetak gol kemenangan di pertandingan kandang melawan Veria (klub yang, secara kebetulan, ia bela saat ini). Gol yang dicetak oleh Katidis memastikan kemenangan 2-1 untuk AEK. Katidis pun merayakan keberhasilannya dengan melepas jersey yang ia kenakan dan mengangkat tangan kanannya ke posisi salam Nazi. Federasi Sepak Bola Yunani menyebut apa yang dilakukan oleh Katidis sebagai sebuah provokasi berat yang menyinggung semua korban dari kekejian Nazi. Tak ayal, Katidis melakukan pembelaan. Lewat akun Twitter pribadinya, Katidis berkicau: “Saya bukan seorang fasis dan tidak akan melakukan hal tersebut jika saya tahu apa artinya hal tersebut.” Selanjutnya: Quenelle Anelka rugikan WBA Quenelle Anelka rugikan WBA   Nicolas Anelka, yang kini bermain untuk Mumbai City FC di India, pernah menerima larangan bertanding sebanyak lima laga dan denda sebesar 80 ribu pound sterling. Tak cukup sampai di situ, ia diwajibkan memberikan penjelasan selama dua hari berturut-turut kepada pihak FA dan mengikuti kelas edukasi wajib. Hal tersebut ia terima setelah menunjukkan gerak isyarat quenelle sebagai perayaan gol dalam pertandingan antara West Bromwich Albion (timnya kala itu) dan West Ham United pada 28 Desember 2013. Sebagaimana dijelaskan oleh BBC, quenelle adalah sebuah gerak isyarat yang dilakukan dengan menyentuh atau menggenggam pundak dengan satu tangan, sementara tangan lainnya berada dalam posisi lurus dan menunjuk tanah. Beberapa pihak menyebutkan bahwa quenelle adalah kombinasi antara bras d'honneur (sebuah gerak isyarat yang setara dengan acungan jari tengah, dan banyak digunakan di Semenanjung Iberia, Georgia, Italia, dan Amerika Selatan) dan salam Nazi. Gerak isyarat ini diperkenalkan dan dipopulerkan oleh Dieudonne M'bala M'bala, seorang komedian dan aktivis politik asal Perancis. Quenelle pertama kali diperkenalkan pada tahun 2005. Melakukan quenelle adalah sesuatu yang dianggap tabu karena hal tersebut berhubungan dengan sentimen-sentimen anti-zionis dan anti-Semit. Anelka menjelaskan bahwa alasan di balik keputusannya untuk melakukan gerak isyarat quenelle adalah dukungan untuk Dieudonne yang menerima hukuman larangan tampil di muka umum. Apa yang ia lakukan di pertandingan tidak ada hubungannya dengan gerakan anti-zionis dan anti-Semit; murni dukungan terhadap seorang kawan –dukungan untuk Dieudonne. “Karena beberapa orang telah mepraktekkan quenelle di depan sebuah sinagoga, maka gerak isyarat itu seketika bersifat rasis dan anti-Semit di tempat apapun dalam situasi apapun? Maaf, saya tidak menerima pandangan itu. Saya berusaha mencernanya namun saya tidak bisa,” ujar Anelka sebagaimana dikutip oleh the Guardian. “Jadi, jika saya mengerti ini dengan benar, semua pastor adalah pedofil dan semua orang Muslim adalah teroris? Bagi saya, ini adalah prinsip yang sama. Jika hal ini berlanjut, orang-orang yang memutuskan bahwa quenelle adalah sesuatu yang rasis dalam waktu dekat akan melarang kita makan nanas! Itu adalah sebuah gerak isyarat yang vulgar, saya turuti apa kata Anda. Tapi tidak pernah ada urusan keagamaan dari pihak saya. Saya bukan rasis atau anti-Semit dan quenell ini adalah sebuah bentuk dedikasi yang sederhana.” Apa yang dikatakan oleh Anelka mendapatkan “dukungan” dari pihak FA. Dalam laporan pemeriksaan, mereka menyatakan bahwa tidak ditemukan bukti bahwa Anelka adalah seorang anti-Semit. Orang-orang, toh, tak lantas percaya. Valerie Fourneyron, menteri olah raga Perancis, tetap melabeli tindakan Anelka sebagai sesuatu yang memuakkan dan dapat memicu kebencian rasial. Selain Fourneyron, ada Vivian Wineman selaku Board of Deputies of British Jews. Wineman berujar kepada BBC Radio 5: “Ini adalah salah satu bagian paling menarik. Kami ingin mendidik masyarakat. Anelka tidak menyadari bahwa apa yang ia lakukan bersifat anti-Semit. Pengabaian seperti itu adalah sesuatu yang berbahaya. Quenelle adalah sesuatu yang sedikit disadari oleh orang-orang di Inggris Raya. Di Perancis, hal tersebut dikenal sebagai sebuah gerak isyarat anti-Semit yang sangat tercela.” Efek lebih besar dari aksi Anelka dirasakan oleh pihak klub. Zoopla, sponsor utama WBA, tidak lagi mau bekerja sama. Hal ini terjadi karena salah satu pemiliknya, Alex Chesterman, adalah seorang pebisnis Yahudi. Selanjutnya: Paul Gascoigne: ancaman mati dari seruling imajiner Paul Gascoigne: ancaman mati dari seruling imajiner   “Saya hanya memikirkan apa yang normalnya dipikirkan oleh Gazza: mari lakukan sesuatu yang gila,” ujar Paul Gascoigne ketika dimintai keterangan mengenai alasan di balik keputusannya untuk memasang ekstensi rambut ketika berkarir di Italia bersama SS Lazio. Tidak lama setelah memasang rambut tambahan di kepalanya, pria yang akrab disapa Gazza tersebut memutuskan untuk melepasnya. Pernah juga pada suatu kesempatan, ia menambahkan kotoran kucing di kue yang sengaja ia taruh di lemari pendingin untuk dimakan oleh teman-temannya; ia berhasil. Ia merasa sukses. Dua cerita tersebut rasanya cukup untuk menjelaskan betapa gilanya Gazza. Namun di antara semua hal gila yang pernah ia lakukan, tak ada yang lebih gila dibanding apa yang ia perbuat di Parkhead, Glasgow. Di kandang Celtic FC, Celtic Park, Gazza yang kala itu bermain membela Rangers FC menyulut amarah para pendukung tuan rumah. Setelah berhasil mencetak gol untuk tim yang ia bela, untuk rival abadi Celtic, ia melakukan selebrasi meniup seruling. Sebelum kejadian di Paradise – sebutan lain untuk Celtic Park, Gazza pernah satu kali melakukan selebrasi meniup seruling. Ia mendapatkan banyak ancaman setelahnya dan berjanji tak akan pernah lagi melakukan hal tersebut. Nyatanya, ia toh kembali menampilkan selebrasi serupa. Tak cukup gila, ia melakukannya di tempat paling berbahaya di dunia untuk orang-orang yang melakukan gerak isyarat memainkan seruling. Seruling adalah simbol dari Loyal Orange Institution (juga disebut sebagai Orange Order), sebuah organisasi Protestan yang dibentuk pada masa konflik sektarian antara kaum Protestan dan kaum Katolik di Skotlandia. Sudah bukan rahasia lagi jika permusuhan antara Celtic dan Rangers bermula dari perbedaan haluan kedua klub: Celtic adalah klub orang-orang Katolik sedangkan Rangers menjadi rumah dari kaum Protestan. Celtic memiliki kedekatan dengan Republik Irlandia dan mendewakan Paus sedangkan Rangers merasa menjadi bagian dari Inggris dan memuja Sang Ratu. Karenanya, memainkan seruling imajiner di hadapan para pendukung Celtic bukanlah pilihan yang bijak. Juga, ada detil kecil yang perlu diperhatikan dari selebrasi meniup seruling yang dilakukan oleh Gazza: ia tidak diam. Ia meniup serulingnya sembari bergerak. Apa yang ia lakukan adalah apa yang biasa terlihat menjelang tanggal 12 Juli; Orange walk. Dalam parade Orange walk, orang-orang berkeliling ramai-ramai sembari memainkan beberapa jenis alat musik, termasuk seruling. Orange walk (juga disebut Orange march atau Orange parade) adalah perayaan tahunan yang dilakukan untuk menandai kemenangan Prince William of Orange (William III of England) atas King James II (James II of England) dalam Battle of the Boyne. Gazza meniup seruling imajinernya sembari berpindah tempat, seolah mengatakan 'lihatlah, aku mengalahkanmu di rumahmu sendiri!' Atas aksi yang ia lakukan, Gazza dijatuhi denda sebesar 20 ribu pound sterling oleh klubnya sendiri. Jumlah yang besar, namun tentu saja tidak lebih menakutkan dari apa yang ia terima dari IRA (Irish Republican Army, sebuah organisasi militer). “Mereka meminta saya untuk menyanyikan Sash (lagu anti-Katolik) namun saya tidak mengerti apa artinya itu. Kali pertama saya melakukan selebrasi meniup seruling saya mendapatkan banyak ancaman, jadi saya pikir saya tidak akan melakukan hal itu lagi,” ungkap Gazza kepada FourFourTwo. “Namun kemudian dalam pertandingan melawan Celtic, para pendukung Celtic memberi saya banyak tekanan selama 80 menit sehingga saya memutuskan untuk melakukan hal itu lagi, dan setelahnya saya mendapatkan ancaman mati! “Luar biasa bagaimana satu orang pria dapat membuat kesal 60 ribu penggemar, namun setelah itu saya selalu diperlakukan dengan baik oleh para penggemar Celtic. Saya bukan pria yang berbahaya. Saya tidak memiliki dendam apapun terhadap Celtic dan saya menyesal telah melakukan hal itu karena arti Sash.”  
Prediksi Pertandingan Persib Bandung v Pelita Bandung Raya
Artikel sebelumnya Prediksi Pertandingan Persib Bandung v Pelita Bandung Raya
Mengelola Rasa Sakit saat Cedera
Artikel selanjutnya Mengelola Rasa Sakit saat Cedera
Artikel Terkait