David Moyes dan Nasib Manajer-Manajer Britania di Spanyol

David Moyes dan Nasib Manajer-Manajer Britania di Spanyol
Font size:

David Moyes akhirnya harus bangkit dari hibernasinya untuk membungkus kopernya kembali, kali ini koper yang akan mengantarkannya kepada pekerjaan baru. Setelah ia dipecat Manchester United menjelang akhir musim lalu, ia kembali mendapatkan tawaran dari San Sebastian, yaitu klub Real Sociedad.

Sociedad sebelumnya sudah menjadi “kuburan” bagi tiga manajer asal Britania, Harry Lowe (1930-35), John Toshack (1985-89, 1991-94, dan 2000-02), dan yang terakhir adalah Chris Coleman (2007-08). Apakah Moyes akan bernasib sama? Daripada menghakimi terlalu dini atau mengira yang tidak-tidak, untuk diketahui saja, La Real sekarang hanya berjarak tiga poin dari dasar klasemen La Liga. Mereka duduk di posisi 15 dengan sedikit dana yang tersedia untuk transfer, yang berarti akan menjadi tugas besar bagi Moyes. Kemenangan mereka sejauh ini anehnya datang saat mereka melawan Real Madrid di awal musim dan juga pekan lalu saat mereka mengunjungi Atletico Madrid. Sociedad adalah tim berkelas dengan pemain berkualitas seperti Carlos Vela, Iñigo Martínez, Rubén Pardo, dan Sergio Canales. Tapi kinerja mereka telah menurun secara besar-besaran musim ini. La Real akan berharap mereka mengontrak mantan manajer stabil yang memiliki satu dekade yang baik dan bertanggungjawab di Everton daripada manajer malang yang meninggalkan Old Trafford. Moyes telah dipuji karena keputusannya untuk tidak menunggu pekerjaan yang “lebih mudah” dan memilih untuk pindah ke luar negeri saja. Selain Moyes, pemain Britania seperti Ashley Cole dan Micah Richards juga dipuji karena keputusan mereka untuk pindah ke Italia di musim panas ini, serta Gareth Bale yang pindah ke Spanyol pada musim panas sebelumnya. Ekspor sepakbola asal Britania (Inggris, Irlandia Utara, Skotlandia, dan Wales) di pasar luar negeri memang relatif sedikit dibandingkan dengan negara-negara lain. Dengan hal di atas dan untuk menghormati Moyes yang kembali ke manajemen, kami telah melihat beberapa manajer Britania terkenal yang mencoba peruntungan mereka di luar negeri mereka sendiri, tepatnya seperti Moyes, yaitu di Spanyol. [caption id="attachment_165599" align="alignnone" width="780"]Para manajer Britania di tanah Spanyol Para manajer Britania di tanah Spanyol[/caption] Sir Bobby Robson Jika harus memberikan satu contoh, terutama di Spanyol, maka nama almarhum ini adalah yang terdepan. Sudah menjadi manajer legendaris Inggris dan Newcastle United, Sir Bobby Robson menghabiskan hampir seluruh tahun 1990-an-nya dengan sejumlah besar keberhasilan di berbagai negara di luar Britania. Dia ini bisa dibilang adalah salah satu ekspor Britania yang paling sukses, memenangkan gelar liga bersama PSV Eindhoven dan FC Porto, serta treble (Copa del Rey, Piala Super Spanyol, dan Piala Winner) dalam satu musim bersama dengan FC Barcelona. Antara tahun 1990 (ketika ia meninggalkan pekerjaannya di Inggris) dan 1999 (ketika ia mengambil alih kembali Newcastle), Robson menikmati jumlah kesuksesan yang mengesankan di luar negeri ditambah dengan dirinya yang menginspirasi Jose Mourinho dan Andre Villas-Boas. Mourinho dan Villas-Boas sempat bekerja di bawah Robson, mereka berhutang besar kepadanya sama seperti halnya Pep Guardiola juga, yang bermain di bawah asuhan Robson di Barcelona. Robson melatih beberapa pemain terbaik di dunia, termasuk mantan striker Brasil Ronaldo, yang menggambarkan pelatih lamanya sebagai “sosok ayah” selama mereka bersama di Barca. Pada musim 1997-98 Robson pindah ke posisi yang lebih “atas” untuk jabatan General Manager di Barcelona, dengan Louis van Gaal yang mengambil alih kendali manajerial. Namun, ia hanya tinggal di posisi ini selama satu musim sebelum kembali untuk mengasuh PSV pada kesepakatan jangka pendek untuk musim 1998-99. PSV meraih urutan ketiga di belakang Feyenoord dan Willem II, tetapi Robson masih bisa memimpin klub untuk memenangkan di Piala Super Belanda dan juga lolos ke babak kualifikasi Liga Champions pada hari terakhir di musim tersebut. John Toshack Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ada manajer lain yang sebelumnya telah duduk di kursi panas di Sociedad. Toshack pada kenyataannya telah membesut Sociedad sampai tiga kali selama karir manajemennya. Selain di Spanyol, ia juga sudah bekerja ke delapan negara di luar Britania. Toshack membawa Sociedad untuk meraih Copa del Rey kedua mereka sepanjang sejarah 27 tahun yang lalu dan kemudian pergi ke Real Madrid. Toshack memenangkan Divisi Primera di tahun pertama setelah tim yang berisi pemain seperti Bernd Schuster, Emilio Butragueno, dan Fernando Hierro mencetak 107 gol. Namun, pada musim selanjutnya (1990-91) dia dipecat oleh Madrid setelah hanya memimpin 11 pertandingan saja. Setelah itu, manajer asal Wales tersebut kemudian langsung kembali lagi ke Sociedad. Pada tahun 1999, Madrid datang memanggil kembali Toshack tapi hanya berlangsung selama satu musim setelah ia mengkritik para pemainnya. Toshack juga berhasil menjadi manajer Deportivo La Coruna dan membawa mereka meraih Supercopa de España pada tahun 1995. Setelah tiga gelar di atas yang ia raih di tanah Spanyol, nasibnya di Spanyol bisa dibilang tidak beruntung meskipun ia juga sempat mengasuh Real Murcia pada tahun 2004. Sekarang Toshack masih menjadi manajer klub Maroko, Wydad Casablanca. Pria asal Wales ini adalah orang yang merekomendasikan rekan senegaranya, Chris Coleman, untuk menjadi manajer Sociedad pada tahun 2007. Berikutnya: Chris Coleman, Terry Venables, dan Glen Hoddle     Chris Coleman Jika Moyes membutuhkan saran menjelang langkah besarnya ke San Sebastian, maka Chris Coleman adalah orang yang tepat untuk ia mintai saran. Setelah mengasuh Fulham, Chris Coleman menghabiskan satu musim di Sociedad. Dia mengambil alih klub setelah mereka terdegradasi pertama kalinya ke divisi Segunda dalam empat puluh tahun terakhir. Coleman berhasil membimbing Sociedad ke posisi lima klasemen akhir sebelum akhirnya ia mengundurkan diri karena perselisihannya dengan pemiliki klub, Iñaki Badiola. Dia adalah manajer Britania terakhir di tanah Spanyol sebelum kedatangan Moyes. Sekarang ia menjadi manajer tim nasional Wales, untuk membimbing pemain andalannya yang bermain di Spanyol, Gareth Bale. Terry Venables Setelah mencicipi sukses di Crystal Palace dan Queens Park Rangers, Barcelona menawarkan Venables pekerjaan menjadi manajer di Nou Camp atas rekomendasi dari Sir Bobby Robson. “El Tel” menghabiskan tiga tahun di Barca. Ia menggunakan sistem yang sangat Inggris, yaitu 4-4-2 klasik dengan mengandalkan bek-bek seperti Gerardo, Migueli, dan Julio Alberto. Sementara di lini tengah ia mengandalkan Schuster. Selama tiga musim di Catalonia, Venables memimpin klub untuk gelar Liga Spanyol pada tahun 1985 (gelar pertama mereka sejak 1974) dan Copa del Rey pada tahun 1986. Barcelona juga mencapai Final Piala Eropa 1986, meskipun mereka kalah dari Steaua Bucharest dalam adu penalti menyusul hasil imbang 0-0. Ini adalah penampilan pertama Barcelona di final Piala Eropa sejak tahun 1961 dan telah dicapai setelah salah satu hasil yang paling dramatis di semifinal. Mereka berhasil mengatasi kekalahan 3-0 di leg pertama dari klub Swedia, IFK Göteborg, dengan memenangkan leg ke dua di Camp Nou melalui adu penalti setelah agregat skor berakhir 3-3. Venables juga membawa dua striker Inggris ke Barcelona pada tahun 1986, yaitu Gary Lineker dari Everton dan Mark Hughes (Sparky) dari Manchester United. Namun, meskipun mendatangkan kedua pemain di atas, Barcelona kesulitan di liga dan harus kalah dari Real Madrid yang menjadi juara dengan selisih satu poin di tahun 1987. Setelah itu ia langsung dipecat. Kisahnya yang paling terkenal di luar negeri memang bukan datang dari Spanyol, melainkan dari Australia. Venables mengundurkan diri karena malu setelah tim nasional Australia yang dipimpinnya telah memimpin 3-1 di play-off Piala Dunia melawan Iran, tetapi malah kebobolan dua gol di akhir laga. Akibat pertandingan tersebut, The Socceroos gagal lolos ke Piala Dunia Prancis 1998. Glenn Hoddle (Academy) [caption id="attachment_165598" align="alignnone" width="780"]The Glenn Hoddle Academy di Jerez The Glenn Hoddle Academy di Jerez[/caption] Kisah yang terakhir ini memang sangat berbeda dari empat kisah di atas. Bukannya menjadi manajer di Spanyol, tetapi Glenn Hoddle malah menjalani petualangan yang lebih unik di negeri Matador tersebut. Pada Januari 2008, Hoddle berusaha untuk meningkatkan modal untuk membentuk Glenn Hoddle Academy yang berbasis di Spanyol. Tujuan dari akademi ini adalah untuk memberikan kesempatan lain untuk pemain muda yang dilepas oleh klub di Inggris untuk menjadi pemain profesional. Ikechi Anya adalah pemain pertama di akademi untuk mendapatkan kontrak profesional di klub, dengan Sevilla Atlético (klub divisi Segunda División B) di Spanyol. Pada bulan Juni 2011, The Glenn Hoddle Academy dihubungkan dengan klub North Conference di Inggris, Hyde. Akademi ini menikmati hubungan dengan Spanyol melalui tim yang sekarang berlaga di divisi Preferente de Andalucía, Jerez Industrial. Pada musim panas 2010, Jerez berada pada risiko kebangkrutan, tetapi diselamatkan ketika mereka menandatangani kontrak lima tahun dengan Glenn Hoddle Academy. Selanjutnya, pinjaman sekitar 160.000 poundsterling dibayar oleh Hoddle sehingga klub bisa membayar utang dan melanjutkan kompetisi. Delapan pemain dari akademi bergabung dengan status pinjaman di paruh kedua musim itu. Hoddle memegang kendali dari semua operasi sepakbola tim Jerez. Pelatih-pelatih asal Inggris, yaitu Nigel Spackman, Graham Rix, dan Dave Beasant bergiliran memimpin tim dari pinggir lapangan. Namun, itu tidak cukup untuk membantu Jerez menghindari degradasi kembali ke divisi keempat. The Glenn Hoddle Academy mengakhiri perjanjian dengan Jerez Industrial pada Maret 2011, dan para pemainnya kembali ke Britania meninggalkan klub dengan hanya tim muda mereka untuk bermain mengakhiri kompetisi.  
Keheningan di Soreang
Artikel sebelumnya Keheningan di Soreang
Apakah Sepakbola Lebih Penting dari Ancaman Ebola?
Artikel selanjutnya Apakah Sepakbola Lebih Penting dari Ancaman Ebola?
Artikel Terkait