Font size:
“Goooool! Vladimir Vujovic menyamakan kedudukan menjadi satu-satu, Bung!“
Suara komentator laga semifinal ISL 2014 antara Arema vs Persib terdengar lantang melaporkan gol yang baru saja dicetak Vladimir Vujovic. Gol itu lahir dari situasi kemelut di depan gawang Arema yang dijaga Ahmad Kurniawan. Gol bermula dari sepak pojok Firman Utina yang sempat disundul Konate dan kemudian jatuh di depan Vujovic yang dengan sigap menendangnya dengan gerakan setengah menggunting. Luapan emosi Sang Penjegal dari Balkan (begitu @simamaung menyebutnya) saat merayakan gol itu begitu berapi-api, layaknya tentara rakyat yang hendak merebut kembali kota Bandung dari penjajah. Foto perayaan gol Vujovic, dengan ekspresi berteriak sekencang-kencangnya, dengan urat di wajah yang semuanya seperti hendak meledak, yang berhasil diabadikan oleh fotografer simamaung, akan selalu dikenang oleh para bobotoh. Setelah gol itu semuanya menjadi lebih mudah bagi Persib. Atep mencetak gol di menit pertama babak perpanjangan waktu. Konate menyempurnakan semuanya dengan gol di babak kedua perpanjangan waktu. 3-1 untuk Persib. Itulah sepenggal kisah tentang Vladimir Vujivic di semifinal ISL 2014. Itulah juga, setidaknya foto perayaan gol Vujovic itu, yang bisa menggambarkan keseluruhan ingatan bobotoh tentang Vujovic: berani, emosional, ekspresif, menggebu-gebu dan punya determinasi tak kenal habis untuk menang dan tak sudi dikalahkan. Bobotoh tak akan pernah lupa bagaimana Vujovic sering naik ke pertahanan lawan. Determinasinya yang tak pernah sudi jadi pecundang, seringkali membimbingnya untuk – kadang – agak ceroboh naik ke daerah lawan. Kadang penonton berucap betapa Vujovic tidak percaya dengan rekan-rekannya di lini serang, terutama saat lini serang terlihat mandul mencetak gol. Fans kesebelasan rival sudah pasti akan melihatnya sebagai sosok yang banyak omong, sok-sokan menggelar psy war, dan berani meledek lawan. Kadang itu dilakukannya melalui akun media sosial. Tapi begitulah memang Vujovic yang justru akan selalu dikenang oleh para bobotoh. Ia datang ke Bandung di bulan Desember 2013 dengan kesan pertama yang biasa-biasa saja. Bahkan teman saya, seorang bobotoh sejati, meragukan kemampuannya yang akan diberi tugas untuk menggantikan Abanda Herman. Karena sejatinya Vladimir terbiasa bermain diposisi gelandang bertahan di klub-klub sebelumnya. Tes pertama terjadi ketika Vladimir ikut dalam pertandingan Persib melawan DC United. Meski Persib menang dengan skor 2-1, tapi performanya masih agak diragukan oleh teman saya dan mungkin oleh beberapa bobotoh lainnya. Namun ternyata Dajdjang Nurdjaman mampu mebuktikan bahwa dia tidak asal merekrut pemain asing. Vladimir-lah salah satu dari tiga pemain asing yang membawa persib membuka puasa gelar selama 19 tahun dengan gol-gol krusialnya. Bukan Cabanas, Bekamenga, Radovic atau Cristian Gonzales, tapi Valdimir Vujovic (dan Konate Makan tentu saja)! [caption id="attachment_179784" align="alignnone" width="800"]