Bisakah Klub-klub ISL Mengejar Standar Asia?

Bisakah Klub-klub ISL Mengejar Standar Asia?
Font size:

Musim 2025/26 menjadi penanda penting bagi sepak bola Indonesia. Dewa United dan Persib Bandung mewakili Indonesia di level Asia. Dewa tampil di AFC Challenge League, sementara Persib berlaga di AFC Champions League 2 (ACL2). Partisipasi ini membuka pertanyaan besar, bisakah klub-klub Liga 1 (ISL) mengejar standar sepak bola Asia?

 

Kompetisi antarklub Asia kini sudah jauh lebih kompetitif. Klub-klub dari Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, dan bahkan Thailand semakin matang dalam aspek finansial, infrastruktur, hingga pengelolaan. Tim-tim tersebut tidak hanya mengandalkan nama besar, tetapi juga membangun fondasi kuat dari akademi, sains olahraga, hingga manajemen profesional.

 

Sementara kompetisi sepak bola Indonesia masih tertinggal. Klub ISL menghadapi tantangan klasik seperti kalender kompetisi yang tidak konsisten, ketergantungan pada dana sponsor tunggal, dan infrastruktur stadion yang belum merata memenuhi standar AFC. 

 

Namun, keikutsertaan Dewa dan Persib musim ini bisa jadi titik awal untuk mengevaluasi kesenjangan sekaligus mencari peluang. Sebagai tim yang relatif baru di divisi elite, Dewa bisa memanfaatkan ajang ini untuk menguji proyek jangka panjang mereka. 

93bcef0591edc715fec1f02256aed1e0

Sumber foto: Bola Skor.

 

Klub yang dikenal serius dalam manajemen modern ini sudah mulai menata dari sisi akademi, pemasaran digital, hingga gaya main yang progresif. Namun, di level Asia, kualitas kedalaman skuad akan benar-benar diuji. Dewa langsung memperdalam skuadnya dengan merekrut pemain-pemain jempolan musim 2024/25. 

 

Cassio scheid, Edo Febrianasyah, Nick Kuipers, Privat Mbarga, Stefano Lilipaly, Wahyu Prasetyo, dan lainnya, didatangkan untuk mengarungi dua kompetisi sekalisug di musim ini. Namun nyatanya rekrutan mewah Dewa masih belum padu. 

 

Klub berjuluk Banten Warriors ini tidak langsung menggebrak pada musim ini. Mesin mereka seperti telat panas terutama kekalahan di kandang melawan Persija Jakarta pada laga ketiga Indonesia Super League 2025/26. Namun Dewa langsung memborong dua kemenangan beruntung setelah kekalahan menyakitkan di kandangnya tersebut.

 

Jika Dewa bisa menjaga konsistensi permainannya, mereka bisa menjadi representasi wajah baru sepak bola Indonesia di pentas internasional. Melawan Phnom Penh Crown dalam laga AFC Challenge pada 26 Oktober nanti, akan menjadi awal ujian konsistensi mereka berlaga di dua kompetisi. 

 

Di sisi lain, beban terbesar ada di pundak Persib. Status klub besar dan dukungan suporter masif, ekspektasi terhadap Persib sangat tinggi. Bermain di ACL2 berarti menghadapi klub-klub dengan level kompetitif menengah ke atas dari Asia Timur, Asia Barat, hingga Asia Tenggara.

Screenshot 2025-09-29 192017

Sumber foto: Bola Net

Bojan Hodak, pelatih Persib, punya tantangan untuk membangun identitas permainan yang solid. Persib perlu lebih dari sekadar atmosfer stadion megah, mereka harus tampil dengan disiplin taktik yang konsisten, serta memanfaatkan lini depan yang klinis. 

 

Jika tidak, pengalaman pahit seperti klub-klub Indonesia sebelumnya di Asia bisa terulang. Boleh dibilang jika kompetisi Asia musim lalu merupakan investasi awal Persib secara branding. Namun tentunya musim ini seyogyanya klub berjuluk Maung Bandung ini tidak sekedar lewat di Asia. 

 

Namun ambisi untuk melangkah lebih jauh kali ini tidak akan mudah bagi Persib. Bongkar pasang skuad besar-besaran membuat skuad Hodak kembali harus beradaptasi. Belum konsistennya di ISL dan ditahan Lion City Sailor pada laga awal ACL2, membuktikan bahwa Persib lagi-lagi mesti membutuhkan waktu untuk padu.

 

Apa yang Harus Dilakukan Klub ISL?

 

Agar mampu mengejar standar Asia, ada beberapa langkah strategis yang harus dilakukan klub ISL. Ini bukan hanya berlaku bagi Dewa dan Persib. Hal pertama adalah profesionalisme dan manajemen dengan transparansi dalam pengelolaan finansial. 

 

Hal ini termasuk menyiapkan laporan keuangan yang memenuhi regulasi AFC Licensing. Pada tahun 2010, konfederasi sepakbola Asia (AFC) telah memberlakukan pedoman untuk kesebelasan sepakbola dan anggota asosiasinya untuk memenuhi persyaratan untuk berkompetisi. 

 

Secara singkat, kesebelasan harus memenuhi lisensi ini di tingkat nasional untuk berkompetisi. Kalaupun tidak atau belum, kesebelasan tersebut tetap harus memenuhinya jika ingin berkompetisi di tingkat konfederasi seperti AFC pada Liga Champions atau Piala AFC dan dunia seperti Piala Dunia Antarklub FIFA.

66461226ed635

Kedua, adalah pengembangan akademi di mana fondasi talenta muda harus lebih diperhatikan. Jepang dan Korea Selatan (Korsel) sudah membuktikan bahwa keberhasilan mereka di Asia berawal dari pembinaan usia dini. Pembinaan sepak bola usia dini di dua negara itu menekankan pada pengembangan bakat secara berkelanjutan melalui sistem yang terstruktur.

 

Jepang dan Korsel pun memulainya dari tingkat sekolah dasar, dengan pelatih profesional yang fokus pada visi jangka panjang. Lalu ketiga adalah investasi infrastruktur seperti stadion, pusat latihan, dan sport science yang harus diperlakukan sebagai investasi jangka panjang, bukan sekadar formalitas.

 

Dewa bermarkas di Banten International Stadium (BIS) dan pusat latihan sedang dalam proses pembangunan. Namun mereka masih belum membuat tim sport science untuk memenuhi investasi infrastruktur tersebut. 

 

Begitu pun dengan Persib yang berkandang di stadion semegah Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Sementara sports science masuk ke dalam rencana pembentukan kembali departemen ini setelah sempat mencobanya pada 2013. 

 

Hal-hal tersebut akan mempengaruhi kualitas pemain asing dan lokal yang di mana klub-klub ini cukup selektif dalam merekrut pemain. Selain selektif, tentunya pihak klub juga harus mampu mengembangkan pemain-pemain lokal agar bisa berkompetisi di level Asia. 

 

Whats_App_Image_2025_02_22_at_18_52_49_7b022dddaa

Persita Tangerang saat jaura EPA U-20 2024/25. Sumber: Skor

 

Semua pun harus diikuti dengan stabilitas kompetisi domestik. Bisa diawali dengan jadwal liga yang jelas dengan format yang konsisten. Sejauh ini, jadwal kompetisi domestik sudah cukup baik karena semakin minim bentrok dengan agenda internasional maupun pemusatan latihan. 

 

Stabilitas ini akan semakin sempurna jika tata kelola liga semakin bebas dari intervensi non-teknis. Hal ini juga akan mengurangi ketergantungan Tim Nasional Indonesia terhadap naturalisasi membabi buta sehingga persaingan lebih sehat dan merata. 

 

Partisipasi Dewa dan Persib di kompetisi Asia di musim ini adalah ujian sekaligus peluang. Jika bisa tampil kompetitif, mereka bisa membuka jalan bagi klub Indonesia lain untuk lebih percaya diri menatap pentas Asia. 

 

Namun, jika masih mengulang kesalahan lama, jurang dengan standar klub Asia lainnya akan semakin lebar. Pertanyaannya kini bukan hanya bisakah klub Indonesia bisa bersaing di Asia, tetapi juga mau sejauh apa mereka berbenah untuk benar-benar mengejar ketertinggalan koefisien dari Liga Kamboja misalnya. 

Apakah Naif Ingin Hilangkan Politik di Sepak Bola Indonesia?
Artikel sebelumnya Apakah Naif Ingin Hilangkan Politik di Sepak Bola Indonesia?
Artikel selanjutnya
Artikel Terkait