Legenda Seorang Suporter yang Sangat Cerewet

Legenda Seorang Suporter yang Sangat Cerewet
Font size:

Ada berbagai macam suporter yang datang ke stadion, dari sekadar piknik, hingga yang rela melakukan apapun agar timnya menang. Ada yang mendukung total selama 90 menit dengan nyanyian tiada henti, ada juga yang tak segan mencaci maki jika kesebelasannya bermain buruk. Pada 1994, ada cerita menarik dari Inggris tentang suporter yang disuruh main oleh manajer dari tepi lapangan. Apa pasal? Sang manajer kesal karena suporter tersebut terus mencaci maki sepanjang pertandingan. Cerita tersebut bukan dari klub amatir atau divisi terbawah Liga Inggris, tetapi dari West Ham dan manajernya saat itu, Harry Redknapp. Jangan menyangka suporter tadi tak bisa berbuat banyak di atas lapangan, karena Steve Davies, nama suporter tersebut, mencetak gol!  Cerita suporter yang disuruh main dan mencetak gol tersebut akhirnya menjadi buah bibir di Inggris, sayang tidak ada video yang mendokumentasikannya. Majalah Howler pernah mengulasnya secara lengkap termasuk wawancara dengan Steve Davies. Tulisan tersebut kemudian dipublikasikan ulang oleh The Guardian pada September 2013. Berikut ringkasan ceritanya: Steve Davies bukan suporter West Ham biasa, karena ia sejak kecil tinggal di Rushden yang berjarak 150 KM dari Upton Park markas The Hammers. Sejak usia lima tahun, Davies sudah berbeda dengan teman masa kecilnya yang lebih banyak menyukai kesebelasan lokal daerah tersebut. Alasannya menyukai West Ham tentu bukan karena menonton film Green Street Holigans yang belum rilis saat itu. Ia terpikat dengan permainannya saat menonton Final Piala FA antara West Ham vs Fulham pada 1975. Seperti halnya bocah lain, Steve Davies juga bermimpi untuk membela West Ham jika dewasa kelak. Berbagai laga ia tonton langsung ke stadion setiap ada kesempatan. Salah satunya adalah partai Final Piala FA 1980. Ketika itu, West Ham berhasil menjadi juara dengan mengalahkan Arsenal lewat gol tunggal Trevor Brooking, pemain idolanya. Menariknya lagi empat bulan setelahnya ia mengalami momen yang sebenarnya biasa di Inggris, tetapi menjadi istimewa baginya. Davies menumpang kereta ke London, tentu saja untuk menonton West Ham. Setibanya di stadion dan duduk di tribun utara, bola mengarah kepadanya dan langsung menangkap bola tersebut. Trevor Brooking kemudian memberi tanda agar ia melemparkan bola karena akan melakukan tendangan sudut. Bukannya dilempar, Davies malah mencengkeram bolanya berharap sang idola mendekat. Benar saja, Trevor mendekat tapi tak ada perbincangan di sana. Meski begitu ia masih mengingatnya menjadi momen yang luar biasa. Petualangan demi petualangan menjadi suporter West Ham ia lalui hingga beranjak dewasa. Termasuk mendukung partai tandang, tidur di stasiun, hingga hooliganism. Sedangkan mimpinya untuk bermain di West Ham tak pernah putus, meski perlahan menguap. Ia memang bermain sepakbola secara rutin, tetapi hanya di level Sunday League (liga amatir) Mimpinya untuk bermain di West Ham semakin terlupakan ketika ia sudah memiliki 2 anak, yang salah satunya diberi nama Samuel Brooking mengadopsi pemain idolanya. Untuk menghidupi keluarganya, Steve bekerja sebagai kurir, memanfaatkan pengetahuannya tentang berbagai wilayah Inggris selama menjadi suporter. Sampai kemudian, sahabatnya mengajak Steve untuk menonton laga pra-musim West Ham menghadapi Oxford. Bersama istri masing-masing, mereka berempat pergi menonton pertandingan dengan mengendarai mobil. [caption id="attachment_169521" align="alignnone" width="460"]Redknapp Davies2 Redknapp mengeluarkan instruksi kepada Davies. Sumber foto: Steve Bacon / TheGuardian[/caption] Halaman selanjutnya: Mimpi Steve Davies menjadi kenyataan

Halaman sebelumnya: Latar belakang Steve Davies Berdiri di pinggir lapangan, Steve Davies tak henti berteriak ke arah lapangan. West Ham yang diperkuat Lee Chapman bermain tak seperti yang ia dambakan. Padahal lawannya saat itu hanyalah tim sekelas Oxford United, penghuni divisi ketiga Liga Inggris. Meski berbadan tinggi menjulang dibanding lawannya, Chapman justru sering terjatuh di dekat kotak penalti. "Ayo, Anda keledai, Chapman, Anda tidak berguna!" ia berteriak pada sang striker. "Bangun!" Harry Redknapp yang berdiri di samping lapangan juga tampak pusing ketika mengamati pertandingan. Kepalanya semakin tambah berat ketika ia sadar menjelang turun minum, sudah lima pergantian pemain dilakukan. Hanya ada 11 pemain tersisa dan salah satu diantaranya mengalami cedera. Manajer yang saat ini menangani QPR tersebut kemudian bertanya pada Steve Davies di pinggir lapangan. "Oi, apakah kamu bisa bermain sebaik perkataanmu?". Redknapp sendiri masih ingat dengan baik Steve Davies meski hampir 20 tahun kejadiannya. Pada sebuah wawancara TV 2012, ia menggambarkan sosok Davies sebagai penggemar bertato West Ham di lengan dan anting di telinganya yang terus berteriak sepanjang pertandingan. Steve Davies jelas tak percaya jika dia diberi kesempatan bermain. Beberapa saat kemudian ia sudah bersama pemain West Ham lainnya. "Lee kamu keluar, Steve kamu masuk" kata Redknapp di ruang ganti. Ya, pemain yang ia gantikan adalah Lee Chapman yang sedari tadi terus ia caci maki. Babak kedua kemudian dilanjutkan, West Ham punya amunisi baru. Tetapi meski hanya berlabel uji coba pra-musim atmosfer pertandingan jelas berbeda dengan Sunday League tempat Steve biasa bermain. Ia tak banyak mendapat bola karena tentu saja lawan yang dihadapinya jauh lebih tangguh dari biasanya. Selain itu ia mengaku kakinya gemetar pada lima menit pertama karena ia hanya berpikir, Redknapp tadinya sedang bercanda. [caption id="attachment_169520" align="alignnone" width="460"]Redknapp Davies3 Aksi Steve Davies berseragam West Ham. Sumber foto: Steve Bacon / TheGuardian[/caption] Steve tak terlalu ingat detilnya, saat tiba-tiba West Ham sedang melakukan serangan. Bola sedang berada di sayap ia berlari menembus dua bek Oxford, bola meluncur kepadanya. Ia kemudian menyontek pelan ke gawang, bola bergulir pelan melewati kiper dan masuk ke gawang. Waktu serasa berhenti, tanpa pikir panjang Steve melakukan perayaan dengan membentangkan tangan. Ia sempat menoleh ke arah Redknapp yang seketika berbalik badan sembari mengadah langit, mungkin saja sang bos sedang tak percaya. "Setelah itu, aku kelelahan. Aku menghisap 30 batang rokok hari itu," Steve mengakui, "Aku menghabiskan beberapa rokok dan gelas bir di babak pertama, bukan?" Laga berakhir, West Ham berhasil memenangi laga dengan skor 4-0 dan semua pemain bersuka cita tak terkecuali Steve. Selepas pertandingan Steve kembali menjalani hidupnya secara normal, tapi ia tak kecewa meski gagal menjadi pemain reguler West Ham. Bahkan untuk sekadar membawa pulang seragam yang dipakainya tadi pun tak diperbolehkan. Baginya membela tim kesayangannya meski hanya satu babak adalah kebanggaan yang tak terkira. Seminggu setelah kejadian tadi Harry Redknapp secara resmi menduduki kursi manajer utama West Ham. Ia berhasil membawa The Hammers menjalani salah satu periode tersukses mereka. Lain Harry lain pula Steve, namanya hilang bak ditelan bumi. Tidak ada video yang mendokumentasikan momen bersejarah tersebut. Bahkan foto-foto yang ada sekarang baru bisa ditemukan di arsip-arsip dengan susah payah. Tetapi cerita tentang Steve Davies sudah menyebar di berbagai kalangan, menjadi salah satu dongeng menarik tentang suporter. Bahwa pernah ada seorang suporter yang karena cerewet disuruh turun ke lapangan untuk main dan akhirnya mencetak gol. Tetapi pada akhir wawancara Steve membuat sebuah pengakuan mengejutkan, yang tidak banyak diketahui orang selama ini. Dengan berbisik dan malu-malu ia berucap: "Gol saya sebenarnya dianulir". "Saya offside dua meter. Saya berlari ke wasit dan mengatakan kepadanya, `Kamu bajingan, kamu merusak mimpi saya!" Ya, memang semua seharusnya punya tugas masing-masing. Jadi jangan sekali-kali menyuruh suporter yang cerewet turun ke lapangan dan ikut bermain. Suporter tinggal teriak dan menjadi tugas kesebelasan untuk memenangkan pertandingan.   Cerita menarik lainnya tentang suporter dapat anda baca di sini   Dipublikasikan The Guardian dengan naskah asli dari Howlermagazine. Diolah kembali dengan tambahan berbagai sumber.

On This Day 1901, Sang Illahi yang Menjaga Gawang Spanyol
Artikel sebelumnya On This Day 1901, Sang Illahi yang Menjaga Gawang Spanyol
Derita
Artikel selanjutnya Derita "Kungfu" dan Kisah-Kisah Ashley Cole di Italia
Artikel Terkait