Cara dan Tahapan Mendapatkan Lisensi Pelatih Sepakbola di Indonesia

Cara dan Tahapan Mendapatkan Lisensi Pelatih Sepakbola di Indonesia
Font size:

Setiap kali akun Twitter Panditfootball "menggelar" #tanyapandit, satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan adalah tentang bagaimana caranya menjadi pelatih sepakbola. Pertanyaan tersebut sangat menarik, tapi juga tak bisa dijawab dengan sembarangan. Apalagi dengan adanya beberapa perubahan mengenai kepelatihan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Tapi setelah penelusuran lebih mendalam, akhirnya saya bisa memetakan tahapan-tahapan cara menjadi pelatih sepakbola.

Perubahan sistem kepelatihan yang saya maksud adalah mengenai lisensi pelatih yang berlaku di Indonesia. Sebelumnya, Indonesia mengenali lisensi pelatih C Nasional, B Nasional, dan A Nasional. Tapi sekarang, lisensi tersebut sudah tidak berlaku lagi karena prosedur dan aturan kursus kepelatihan di setiap negara dipegang oleh konfederasi sepakbola benua masing-masing.

Maka untuk Indonesia, aturan kursus kepelatihan mengacu pada aturan yang dikeluarkan konfederasi sepakbola Asia, AFC. Oleh karena itu, lisensi-lisensi pelatih yang berlaku Indonesia bukan lagi C Nasional, B Nasional, atau A Nasional, melainkan C AFC, B AFC, A AFC dan AFC Pro. 

***

AFC sebenarnya sudah memulai kursus-kursus kepelatihan sejak 1989. Tapi untuk tingkatan C, B, dan A baru dimulai bertahap sejak 1994. Level AFC Pro baru mulai digelar per 2001.

Semakin berkembangnya zaman, lisensi kepelatihan pun tidak hanya sekadar menjadi pelatih klub sepakbola profesional, tapi juga memunculkan spesialiasi kepelatihan lainnya seperti pelatih kiper, pelatih fisik, dan pelatih futsal pada 2006. Bahkan pada 2008 mulai digelar kepelatihan sepakbola untuk penyandang disabilitas.

Dengan perkembangan kepelatihan AFC di atas, maka AFC kini memiliki tingkatan sendiri dalam level kepelatihan. AFC pun mengejawantahkan level kepelatihan AFC tersebut dengan "AFC Coaching Progression Pyramid" seperti yang terlihat di bawah ini:

Hal di atas tersebut menjawab keraguan saya yang bercita-cita menjadi pelatih. Karena beberapa kali saya mencari tahu tentang cara merintis karier sebagai pelatih, PSSI sebagai federasi sepakbola Indonesia hanya menggelar lisensi C AFC sebagai level terendah kepelatihan. Sementara untuk persyaratan yang wajib dipenuhi dalam mengikuti kursus kepelatihan tersebut, sebagaimana yang dirilis AFC, wajib memiliki pengalaman bermain yang didukung oleh Curriculum Vitae.

Beberapa kali juga saya melihat adanya kursus kepelatihan lisensi D di Indonesia. Awalnya saya ragu karena lisensi D tidak ada dalam piramida AFC, punya risiko tidak berlaku. Tapi ternyata, setelah saya bertanya ke sana-ke mari, akhirnya saya menemukan jawaban bahwa lisensi D tersebut merupakan Introductory/Grassroots yang dimaksud dalam piramida AFC di atas.

Untuk Introductory/Grassroots ini, AFC tidak memberikan syarat-syarat khusus seperti syarat-syarat untuk mengikuti kursus C AFC, B AFC, dan seterusnya. AFC menyerahkan pada setiap anggota federasi sepakbolanya dalam mengembangkan pendidikan kepelatihan untuk akar rumput atau usia muda di negaranya masing-masing. 

Lalu apakah lisensi D ini berlaku atau tidak? Ternyata ini bisa menjadi jawaban atas persyaratan C AFC di atas mengenai poin keenam yaitu mengenai "Coaching Capacity". Apalagi penyelenggaraan kursus kepelatihan lisensi D pun memang dibawahi oleh PSSI, di mana nantinya PSSI bisa merekomendasikan pelatih yang berlisensi D tersebut pada AFC sebagai syarat pengganti "Playing Experience" jika ingin mengikuti kursus kepelatihan C AFC.

Pada kursus kepelatihan lisensi D alias lisensi kepelatihan akar rumput (grassroots), karena diselenggarakan oleh masing-masing federasi negara, maka persyaratannya pun diatur oleh masing-masing federasi. Untuk di Indonesia, lisensi D ini biasanya diselenggarakan lewat Asprov (asosiasi sepakbola tingkat provinsi) atau Askot (asosiasi sepakbola tingkat kota) daerah masing-masing.

Hanya saja, jika mengikuti kursus kepelatihan lisensi D yang diselenggarakan Asprov atau Askot, terdapat salah satu persyaratan harus memiliki surat rekomendasi dari Sekolah Sepak Bola (SSB) atau Persatuan Sepakbola (PS). Untuk mendapatkan ini, bagi orang awam memang setidaknya harus aktif di SSB atau PS (bukan PlayStation tentunya) yang terdaftar di Asprov atau Askot, baik itu membantu pelatih-pelatih di sana atau hanya sekadar untuk mendapatkan rekomendasi tersebut. 

https://twitter.com/ardynshufi/status/895250647720669185

Tapi sekarang, terdapat Villa 2000 Football Academy yang bisa menyelenggarakan kursus kepelatihan lisensi D ini tanpa harus menyerahkan surat rekomendasi dari SSB atau PS (bahkan hanya mengirimkan foto KTP saja) sehingga bagi yang tidak punya pengalaman melatih pun bisa mengikuti kursus ini. Meskipun begitu, biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti kursus kepelatihan di Villa 2000 lebih mahal dari yang diselenggarakan di Asprov atau Askot.

Yang perlu menjadi catatan, berapapun biaya yang dikeluarkan untuk lisensi D tidak akan merugikan karena untuk lisensi D semua partisipan akan diloloskan, tak seperti C AFC, B AFC, dan seterusnya yang punya kemungkinan gagal mendapatkan lisensi.

Untuk biaya mengikuti lisensi D ini, partisipan akan merogoh kocek mulai dari 3 juta sampai 4,5 juta rupiah. Materi yang dibahas pun seputar FIFA Laws of the Game dan cara melatih anak-anak usia dini dimulai dari umur 6 tahun sampai 13 tahun. Lama pelatihan minimal 6 hari (total minimal 30 jam pembelajaran teori dan praktik). Di hari terakhir pelatihan, walau semua calon pelatih akan dipastikan lulus, tetap harus mengikuti ujian teori dan ujian praktik. Untuk sekarang, kursus kepelatihan lisensi D di Indonesia memang disesuaikan dengan kursus kepelatihan Lisensi C AFC, sehingga ketika mengikuti lisensi C AFC sudah familier.

Lalu, bagaimana tahapan-tahapan yang harus dilakukan setelah memiliki lisensi D sampai bisa ke lisensi A AFC yang menjadi syarat wajib lisensi pelatih di level top liga Indonesia?

Sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, tentu kita harus menapaki satu per satu piramida kepelatihan AFC dimulai dari D, ke C AFC, B AFC, sampai A AFC. Saya sendiri punya gambaran proses seperti apa dan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk menjajakinya.

Bersambung ke halaman berikutnya

Halaman kedua

Untuk lisensi C AFC, yang materinya masih seputar tim usia muda, biaya yang harus dikeluarkan sekitar 8-15 juta rupiah. Selain itu, ada periode minimal satu tahun untuk bisa mengikuti kursus kepelatihan lisensi C AFC dari lisensi D. Dalam periode satu tahun tersebut, pengalaman melatih di SSB atau tim usia muda lainnya tentu akan menunjang hasil kursus kepelatihan C AFC.

Hal ini karena di akhir kursus kepelatihan lisensi C AFC yang berlangsung minimal selama 13 hari (total minimal 85 jam pembelajaran teori dan praktik) tersebut kita akan mengikuti ujian teori dan praktik. Pada ujian praktik kita wajib mempraktikkan melatih tim usia 13-18 tahun dengan topik-topik tertentu.

Jika sudah memiliki lisensi C AFC, maka setidaknya butuh dua tahun untuk kita bisa mengikuti kursus kepelatihan lisensi B AFC. Karena salah satu kualifikasi untuk mengikuti kursus ini adalah memiliki pengalaman melatih selama dua tahun. Tim yang dilatih pun minimal merupakan tim divisi bawah atau tim usia muda kesebelasan profesional.

Pada kursus kepelatihan lisensi B AFC, materi yang dipelajari adalah tentang teknik, taktik, dan juga tentang mentalitas individu pemain ataupun tim. Lama pelatihan sendiri minimal 20 hari (minimal 107 jam pembelajaran teori dan praktik). Kemudian pada kursus kepelatihan yang memakan biaya sekitar 15-25 juta rupiah ini, selain harus mengikuti ujian teori dan praktik, setiap peserta harus bisa mempresentasikan sebuah topik disertasi yang ditentukan oleh AFC.

Saat ini, lisensi B AFC merupakan lisensi yang dibutuhkan untuk melatih klub Liga 2 dan asisten pelatih di Liga 1. Sementara itu untuk menjadi pelatih di klub Liga 1, pelatih berlisensi A AFC merupakan syarat wajib dari penyelenggara kompetisi. Tak heran saat ini banyak pelatih asing yang beredar di Liga 1.

Agar bisa memiliki lisensi A AFC, setiap pelatih harus mengikuti kursus kepelatihan selama minimal 27 hari (minimal 148 jam pembelajaran teori dan praktik). Materi yang dibahas dalam kepelatihan ini adalah mengenai taktikal dan teknikal tim manajemen serta mempelajari psikologi yang dibutuhkan pemain atau tim sepakbola.

Untuk ujian yang harus dilewati dalam kursus kepelatihan lisensi A AFC ini, setiap pelatih harus mempresentasikan disertasi yang ia buat sendiri. Biaya kursus lisensi A AFC sendiri sekitar 25-35 juta rupiah. 

***

Itulah langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menjadi pelatih di kesebelasan top level Indonesia. Untuk lisensi AFC Pro, lisensi tersebut bisa membuat pelatih tersebut menjadi instruktur kepelatihan di negara lain. Di Indonesia sendiri belum ada satupun pelatih yang berlisensi AFC Pro. Emral Abus yang disebut sebagai "guru besar pelatih Indonesia" pun hanya berlisensi A AFC. Untuk mengikuti kursus ini, pelatih tersebut memang harus direkomendasikan oleh AFC dan punya pengalaman melatih klub elite atau tim nasional. Biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti kursus ini pun bisa mencapai 300 juta rupiah.

Emral Abus saat menukangi Persib Bandung pada 2015 lalu (sumber: pssi.org)

Maka dari itu, untuk saat ini jalan menuju lisensi A AFC-lah yang perlu dicapai untuk menjadi pelatih top di Indonesia. Sementara itu, jika Anda merupakan mantan pesepakbola profesional, Anda bisa langsung mengawali karier kepelatihan dengan mengikuti kursus kepelatihan lisensi C AFC. Tapi jika Anda bukan seorang pesepakbola profesional, maka Anda harus mengikuti lisensi D PSSI (Nasional) terlebih dahulu.

Untuk biaya di atas, biaya termahal dalam setiap level merupakan biaya maksimal untuk mengikuti pelatihan di luar negeri. Minimnya instruktur pelatih di Indonesia membuat penyelenggaraan kursus kepelatihan di Indonesia sangat jarang. Bahkan kabarnya, untuk mengikuti C AFC di Indonesia saja sudah ada 300 orang yang sudah mengantre. Karenanya tak heran beberapa pelatih mengikuti kursus kepelatihan di luar negeri.

Indonesia sendiri saat ini kekurangan pelatih berlisensi A AFC. Pelatih klub-klub Liga 2 asalnya diwajibkan memegang lisensi A AFC, namun akhirnya diturunkan menjadi minimal lisensi B AFC karena sedikitnya pelatih berlisensi A AFC di Indonesia. 

PSSI punya visi untuk menciptakan lebih banyak pelatih di era kepemimpinan Edy Rahmayadi ini. Tapi sejauh ini, informasi bahkan edukasi mengenai kursus kepelatihan di Indonesia masih minim. Karenanya dengan apa yang sudah dipaparkan dalam artikel ini, semoga ini bisa menjadi pedoman bagi siapapun yang ingin menjadi pelatih sepakbola top di Indonesia seperti Indra Sjafrie, Nil Maizar, Aji Santoso, Rahmad Darmawan, Widodo Cahyono Putro, atau Djajang Nurjaman.

foto: hitc.com

Stefano Pioli Berterima Kasih kepada Ultras Inter Milan
Artikel sebelumnya Stefano Pioli Berterima Kasih kepada Ultras Inter Milan
Ibrahimovic Akan Kembali Panaskan Persaingan Lini Depan Man United
Artikel selanjutnya Ibrahimovic Akan Kembali Panaskan Persaingan Lini Depan Man United
Artikel Terkait