Array
(
    [article_data] => Array
        (
            [artikel_id] => 213346
            [slug] => https://panditfootball.com/sains-bola/213346/PFB/200318/hamstring-sebagai-bagian-penting-bagi-pemain-sepakbola
            [judul] => Hamstring Sebagai Bagian Penting Bagi Pemain Sepakbola
            [isi] => 

Pemain sepakbola tidak akan terlepas dari cedera. Baik yang ringan maupun yang parah, seorang pemain sepakbola hampir dipastikan pernah mengalami cedera. Bahkan tidak jarang seorang pemain harus mengakhiri karirnya lebih awal, karena cedera yang ia alami.

Apalagi jika sepak bola dimainkan pada level tertinggi yang menyajikan intensitas dan tempo tinggi.Resiko cedera tentu akan lebih besar. Dalam ajang Liga Premer Inggris yang dikenal sebagai liga paling keras dan sering menyajikan pertandingan dengan intensitas tinggi, angka cedera pada musim 2018/2019 seperti dilansir jlt.com mencapai 764 kasus yang mana meningkat 15% dari musim 2017/2018.

Dalam artikel jlt.com dikatakan bahwa klub-klub liga inggris mengeluarkan dana sebesar 221 juta poundsterling pada musim 2018/2019 hanya untuk perawatan cedera pemain. Tak hanya itu, angka pengeluaran klub untuk menggaji pemain yang cedera juga meningkat sebesar 86% dibanding musim sebelumnya.

VIDEO: Update dampak Coronavirus pada sepakbola

Dalam penelitian UEFA.com untuk ajang UEFA EURO 2016, dipaparkan bahwa 87% insiden cedera pemain sepak bola terjadi pada ekstremitas bawah (tungkai). Dari 87% tersebut, sekitar 33% kasus cedera terjadi pada ekstremitas bawah, menyerang bagian paha pemain.

Masih berdasarkan data UEFA.com, cedera otot masih menjadi masalah besar bagi pemain sepak bola dengan angka kejadian mencapai 55% dari total cedera di ajang UEFA EURO 2016. Ironisnya angka cedera otot terus mengalami peningkatan dalam setiap ajang EURO.

Otot dan tulang adalah dua bagian tubuh yang paling berperan saat manusia bergerak. Bagi pemain sepakbola, otot bagian paha memiliki peran cukup penting selama bermain 90 menit. Hal inilah yang membuat cedera otot paha merupakan cedera yang paling sering terjadi.

Mari kita pahami lebih dalam komponen yang ada pada bagian paha. Dalam orthoinfo.aaos.org dijelaskan bahwa paha memiliki 3 kelompok otot besar yaitu Hamstring (belakang paha), Quadriceps (depan paha), dan otot adduktor pada bagian dalam. Hamstring dan quadriceps adalah kelompok otot yang sering cedera karena mereka dibutuhkan untuk memfasilitasi gerakan dengan intensitas tinggi seperti berlari, melompat, dan mengubah arah. Selain itu dua kelompok otot ini juga sangat rawan karena keduanya melintang dari sendi panggul dan lutut.

""

Dari kedua kelompok otot paha di atas, hamstring menjadi otot yang paling sering mengalami cedera. Howard J. Luks, MD, dalam artikelnya pada 5 November 2016, mengatakan bahwa kasus cedera hamstring menjadi kasus yang paling sering terjadi dalam sepak bola dengan angka kejadian mencapai 40%. Bernard Duvivier (dkk, 2019) juga memaparkan pada penelitian di Liga Australia, yang mana kasus cedera hamstring terus mengalami peningkatan hingga 71% dari musim 2003 hingga 2012.

Tak hanya itu, rata-rata pemain harus beristirahat setidaknya 14 hari jika mengalami cedera hamstring dan rata-rata klub liga Australia harus mengeluarkan sekitar 250.000 Euro untuk perawatan cedera hamstring. Dari ajang UEFA EURO 2016, terdapat 3 pemain yang harus merelakan caps tim nasional mereka dikarenakan cedera hamstring yang menjadikan kasus cedera hamstring menjadi kasus yang paling sering terjadi pada kompetisi tersebut.

Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah ini? Menurut penelitian Ross A Clark (2008) dikatakan bahwa ada beberapa langkah untuk mencegah cedera hamstring.

Meningkatkan fleksibilitas pada otot hamstring dapat dijadikan salah satu upaya untuk menurunkan risiko cedera hamstring. Kurangnya fleksibilitas pada otot dan tendon hamstring mengakibatkan penurunan kemampuan otot dan tendo untuk berkontraksi dengan cepat dan kuat sehingga meningkatkan risiko cedera.

Meningkatkan keseimbangan tulang belakang juga dapat mengurangi risiko cedera hamstring. Saat postur tubuh tidak dalam keadaan ideal (terlalu membungkuk ke depan contohnya) mengakibatkan hamstring bekerja dengan sangat berat untuk memproduksi gaya yang secara otomatis akan meningkatkan risiko cedera hamstring itu sendiri.

Menghindari kelelahan juga harus menjadi perhatian. Saat pemain harus bertarung dalam posisi kelelahan, kontrol terhadap gerakan tentu akan terus mengalami penurunan. Hamstring yang merupakan salah satu kelompok otot yang memfasilitasi keseimbangan di ekstremitas bawah tentu akan bekerja dua kali lebih berat jika pemain sering kehilangan kontrol terhadap gerakannya.

Untuk menurunkan risiko cedera, atlet harus memastikan bahwa rasio kekuatan antara hamstring dan quadriceps harus ideal. Menurut Ross A Clark (2008) dikatakan bahwa hamstring setidaknya harus mampu memproduksi gaya sebesar >60% lebih besar dibanding gaya yang dapat diproduksi quadriceps untuk mencegah cedera hamstring.

Keselamatan adalah yang utama dalam hal apapun. Memastikan pemain untuk terhindar sejauh mungkin dari cedera tentu harus menjadi aspek yang diutamakan oleh pemain itu sendiri, pelatih, dan tentunya klub.

 

 

[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/fi-hamstring.jpg [tanggal] => 18 Mar 2020 [counter] => 8.496 [penulis] => Wimpi Pardede [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/wimpi [penulis_desc] => [penulis_initial] => [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => sains-bola [kategori_url] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola [user_url] => [user_fburl] => [user_twitterurl] => [user_googleurl] => [user_instagramurl] => ) [tags] => Array ( [0] => stdClass Object ( [artikel_id] => 213346 [tag_id] => 347 [tag_name] => cedera [tag_slug] => cedera [status_tag] => [hitung] => 54 ) [1] => stdClass Object ( [artikel_id] => 213346 [tag_id] => 511 [tag_name] => hamstring [tag_slug] => hamstring [status_tag] => [hitung] => 2 ) [2] => stdClass Object ( [artikel_id] => 213346 [tag_id] => 912 [tag_name] => Latihan [tag_slug] => latihan [status_tag] => [hitung] => 19 ) [3] => stdClass Object ( [artikel_id] => 213346 [tag_id] => 2514 [tag_name] => Otot [tag_slug] => otot [status_tag] => [hitung] => 4 ) [4] => stdClass Object ( [artikel_id] => 213346 [tag_id] => 2558 [tag_name] => sains [tag_slug] => sains [status_tag] => [hitung] => 5 ) [5] => stdClass Object ( [artikel_id] => 213346 [tag_id] => 12995 [tag_name] => Injury Prevention [tag_slug] => injury-prevention [status_tag] => 1 [hitung] => ) ) [related_post] => Array ( [0] => Array ( [artikel_id] => 213838 [slug] => https://panditfootball.com/sains-bola/213838/PFB/220813/mengupas-statistik-expected-goals-xg [judul] => Mengupas Statistik Expected Goals (xG) [isi] =>

“Tim A lebih baik dari tim B ketika menyerang, Tim A mencatatkan 10 tembakan sementara tim B hanya 5,” narasi tersebut cukup sering kita dengar ketika membaca atau mendengarkan analisis pertandingan. Tidak salah, tapi tidak terlalu spesifik. Bagaimana jika hanya tiga dari 10 tembakan tim A yang dilepaskan dari dalam kotak penalti?

Jika ingin mencetak gol, sebuah tim harus bukan hanya harus membuat peluang sebanyak-banyaknya, tapi juga sebaik-baiknya. Tim B mungkin hanya melepaskan lima tembakan tapi semua tembakan tersebut diciptakan dari dalam kotak penalti. Artinya, tim B membuat peluang bagus, tidak hanya melepaskan tembakan dari luar kotak penalti seperti tim A.

Statistik expected goals (xG) merupakan peluang sebuah tembakan menjadi gol. xG bisa menggambarkan kualitas peluang. Setiap tembakan memiliki nilai xG masing-masing dengan angka dari nol hingga satu, nol artinya tidak mungkin menjadi gol dan satu artinya pasti menjadi gol. Namun, dalam sepakbola tidak ada hal pasti sehingga tidak ada angka xG yang bernilai nol atau satu.

Opta berperan penting dalam pengembangan statistik ini. Angka xG didapatkan dari analisis dan pengolahan lebih dari 300 ribu data tembakan yang dimiliki oleh Opta. Setiap data memiliki atribut masing-masing seperti jarak dan sudut terhadap gawang, sundulan atau tembakan menggunakan kaki, dan tipe umpan. Atribut tersebut kemudian menjadi faktor nilai besarnya xG.

Semakin jauh dari gawang, maka sebuah tembakan semakin ‘tidak mungkin’ menjadi gol. Begitu pula dengan sudut, semakin sempit sudut maka semakin kecil kemungkinan menjadi gol. Tembakan menggunakan kepala lebih sulit daripada menggunakan kaki. Tipe umpan datar lebih mudah dibanding umpan lambung. Semua faktor tersebut memiliki nilai masing-masing yang kemudian diolah secara matematis untuk mendapatkan nilai angka xG.

Contohnya, terdapat 20.000 tembakan dengan atribut jarak dan sudut tertentu, tembakan kaki, dan tipe umpan datar. Dari total tersebut, 2.000 di antaranya berbuah gol. Artinya, untuk tembakan dengan seluruh atribut yang sama, akan mendapatkan xG senilai 2.000/20.000 atau sama dengan 0,2. Singkatnya seperti itu asal-usul angka xG muncul.

Dalam penerapannya, xG memiliki banyak kegunaan. xG bisa berguna dalam analisis individu dan tim. Untuk akses terhadap data ini, Instat dan Wyscout menyediakan data xG tapi berbayar, xG bisa dilihat secara gratis di Fbref. Meski begitu, penyedia data xG bermuara dari Opta sebagai pengambil data mentah.

Daftar 10 Pencetak Gol Terbanyak Liga Primer Inggris Musim 2019/20

NoNamaGolxGGol-xG
1Jamie Vardy2320,3+2,7
2Pierre-Emerick Aubameyang2215,8+6,2
3Danny Ings2216,7+5,3
4Raheem Sterling2017,1+2,9
5Mo Salah1919,4-0,4
6Harry Kane1810,5+7,5
7Sadio Mane1813,8+4,2
8Anthony Martial1710,9+6,1
9Raul Jimenez1714,7+2,3
10Marcus Rashford1717,3-0,3

Dari data top skor Liga Primer Inggris dan total xG mereka musim lalu, beberapa kesimpulan dapat ditarik. Jamie Vardy sebagai top skor memiliki selisih jumlah gol dan xG yang relatif kecil dibanding tiga pemain teratas. Artinya, Vardy sering berada dalam posisi yang bagus untuk mencetak gol dan menyelesaikannya dengan baik.

Berbeda dengan Harry Kane dengan total xG hampir setengah dari Vardy. Kane tidak banyak mendapatkan peluang bagus, besar kemungkinan karena minimnya kreativitas di Tottenham usai kepergian Christian Eriksen dan performa Dele Alli yang menurun. Meski begitu, Kane tetap menunjukkan bahwa dirinya adalah pemain dengan kemampuan penyelesaian akhir yang baik. Terlihat dari selisih gol terhadap xG yang cukup jauh, artinya Kane bisa menyelesaikan banyak peluang yang secara statistik tidak banyak berbuah gol.

Tidak hanya striker, xG juga bisa digunakan untuk analisis kiper. Terdapat statistik post-shot expected goals (PSxG) yaitu jumlah xG yang dihadapi seorang kiper. Selisih antara jumlah kebobolan dan jumlah PSxG dapat digunakan untuk menganalisis kemampuan kiper mencegah sebuah tembakan menjadi gol. Musim lalu, bisa menebak siapa yang memiliki selisih paling buruk? Ya, Kepa Arrizabalaga.

Untuk analisis tim, comeback Liverpool pada semi final Liga Champions musim 2018/19 menawarkan cerita menarik. Barcelona menang telak di Camp Nou pada leg pertama dengan skor 3-0. Dari skor, terlihat bahwa Barcelona unggul telak dan Liverpool tampak tidak berkutik. Meski begitu, xG kedua tim sebenarnya tidak berbeda jauh. Barcelona mencatatkan 2,3 dan Liverpool mencatatkan 1,6. 

Angka tersebut menggambarkan Liverpool bermain cukup baik namun tidak mampu menyelesaikan peluang dengan baik. Artinya, level Liverpool bukan berarti berada jauh di bawah Barcelona, melainkan pertandingan tersebut hanya hari yang buruk bagi The Reds. Tidak heran pada leg kedua mereka bisa membalikkan keadaan dengan kemenangan 4-0. Liverpool mencatatkan 1,6 xG berbanding 1,0 milik Barcelona.

Terdapat visualisasi xG yang juga menarik yaitu xG story atau xG timeline. Visualisasi data ini memberi gambaran total xG sebuah tim dalam interval waktu tertentu. xG story ini menjadi salah satu fitur baru yang terdapat pada gim Football Manager 2021. Untuk xG story di dunia nyata bisa diakses di Understat.

Kita bisa melihat pada interval waktu mana sebuah tim membuat banyak peluang. Grafik yang stagnan artinya tim tersebut tidak melepaskan tembakan pada interval waktu tersebut. Beberapa hal dapat menjadi pengaruh seperti taktik yang digunakan pelatih, pemain yang berada di lapangan, atau stamina dan level konsentrasi.

""

Salah satu contohnya adalah pertandingan Barcelona menghadapi Real Betis yang berakhir dengan skor 5-2. Ronald Koeman mencadangkan Lionel Messi. Faktor tersebut menjadi salah satu penyebab Barca bermain imbang 1-1 pada babak pertama dengan xG 1,44. 

Messi masuk pada pergantian babak dan tampil impresif. Ia banyak mengancam gawang lawan dan akhirnya mencetak dua gol. Terlihat dari grafik xG pada babak kedua yang terus meningkat hingga Barcelona menyelesaikan pertandingan dengan xG 4,44. Angka xG pada babak kedua jelas lebih tinggi dari babak pertama, artinya masuknya Messi memberi perbedaan signifikan pada kualitas serangan Barcelona.

Terlepas dari berbagai kegunaan, xG juga memiliki kelemahan. Angka xG dari Opta belum memasukkan posisi lawan yang menutup jalur tembakan sebagai atribut tembakan. Selain itu, xG juga tidak mempertimbangkan kemampuan seorang pemain. Contohnya, tembakan dengan xG 0,1 bagi Messi tentu berbeda dengan xG 0,1 bagi Jesse Lingard.

xG memberikan banyak gambaran mendalam tapi pengamatan mata tetap sangat penting dalam sepakbola. Peran statistik adalah melengkapi analisis dari pengamatan mata. Sepakbola tidak dapat dianalisis hanya dari statistik tanpa pengamatan mata. Namun, pengamatan mata tanpa statistik menjadi analisis yang validitasnya belum teruji. Statistik bisa menjadi barang mewah jika tepat digunakan.

[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/feature-image-panditpedia-xG.jpg [tanggal] => 13 Aug 2022 [counter] => 11.414 [penulis] => PanditFootball [penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball [penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com [penulis_initial] => PND [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola ) [1] => Array ( [artikel_id] => 213846 [slug] => https://panditfootball.com/sains-bola/213846/PFB/201124/mengupas-statistik-expected-assists-xa [judul] => Mengupas Statistik Expected Assists (xA) [isi] =>

Asis dan umpan kunci sering dijadikan acuan kualitas kreativitas seorang pemain. Pemain disebut kreatif jika mampu menciptakan asis dan umpan kunci yang banyak. Namun, asis sendiri adalah umpan yang berujung gol dan umpan kunci adalah umpan yang berujung tembakan, artinya, dua statistik tersebut sangat bergantung pada apa yang dilakukan penerima bola.

Seorang pemain bisa membuat umpan bagus tapi tidak ‘dihargai’ karena penerima bola tidak melepaskan tembakan. Sementara itu, ada momen di mana sebuah umpan tiga meter yang diteruskan dengan tembakan dari luar kotak penalti terhitung sebagai asis karena berujung gol. Statistik expected assists (xA) menyelesaikan permasalahan ini.

xA merupakan peluang sebuah umpan menjadi asis. Statistik ini dapat digunakan untuk menilai kemampuan pemain membuat umpan yang memudahkan penerima untuk mencetak gol. Setiap umpan memiliki nilai xA tanpa harus penerima bola melepaskan tembakan. Oleh karena itu, faktor eksternal yaitu penerima bola dapat dikeluarkan dari perhitungan, tidak seperti asis dan umpan kunci.

Setiap umpan memiliki nilai xA dari nol sampai satu, nol untuk umpan yang tidak mungkin menjadi asis dan satu untuk umpan yang pasti menjadi asis. Namun, tidak ada yang pasti dalam sepakbola sehingga tidak ada xA yang bernilai nol atau satu.

Seperti expected goals (xG), Opta menjadi pencetus statistik ini berkat data mentah yang mereka punya. Opta menganalisis jutaan umpan yang akhirnya berbuah tembakan. Seluruh umpan tersebut memiliki atribut seperti tipe umpan, posisi pengumpan, posisi penerima, dan beberapa lainnya yang cukup kompleks. Seluruh atribut tersebut menjadi faktor penentu nilai xA.

Contohnya, terdapat 300.000 umpan datar dari titik X ke titik Y dengan 30.000 di antaranya menjadi asis. Nilai xA untuk umpan dengan atribut tersebut adalah 30.000/300.000 atau sama dengan 0,1. Nilai xA tersebut akan berlaku untuk seluruh umpan dengan atribut yang sama.

Semula nilai xA mengacu pada nilai xG ketika penerima bola melepaskan tembakan. Beberapa masalah kemudian muncul. Contohnya ketika seorang pemain memberikan umpan dua meter di tengah lapangan, kemudian penerima bola melakukan dribel dan melewati banyak lawan sehingga ia bisa melepaskan tembakan dengan xG besar. Jika nilai xA diambil dari nilai xG, maka besarnya nilai xA tidak sebanding dengan kualitas umpan sebenarnya.

Peluang mencetak gol menjadi lebih besar karena penerima bola melakukan dribel ke lokasi yang lebih baik untuk melepaskan tembakan. Bukan karena umpan dua meter yang relatif mudah dieksekusi. Jadi, nilai xA benar-benar merepresentasikan kualitas umpan tanpa pengaruh dari penerima umpan.

Statistik xA bisa menjadi data pendukung ketika melakukan analisis individu, terutama untuk kemampuan seorang pemain membuat peluang. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, xA bisa memberikan gambaran tentang kualitas umpan tanpa pengaruh aksi lanjutan dari penerima umpan.

Daftar 10 Pemain Premier League 2019/20 Dengan Total xA Terbesar

NoNamaAsisxAAsis-xA
1Kevin De Bryne2018,4+1.6
2Trent Alexander-Arnold139,9+3,1
3Riyad Mahrez98,8+0,2
4Andrew Robertson127,6+4,4
5James Maddison37,4-4,4
6Mo Salah107,3+2,7
7Sadio Mane77,3-0,3
8Emi Buendia77,2-0,2
9Son Heung-min107,0+3,0
10Jack Grealish67-1,0

Jika melihat 10 besar pemain dengan xA terbesar musim lalu di Premier League, tidak heran Kevin De Bruyne berada di urutan pertama. Ia merupakan kreator serangan dengan umpan-umpan menusuk yang memanjakan lini depan Manchester City. Penyelesaian akhir yang baik dari penyerang Manchester City membuat nilai xA dan asis De Bruyne cukup sebanding.

Berbeda dengan James Maddison, tiga asis yang tercatat tidak menggambarkan kreativitas Maddison. Ia merupakan playmaker utama Leicester City musim lalu. Nilai xA yang besar namun asis yang kecil menandakan Maddison sebenarnya kerap membuat umpan bagus namun gagal diselesaikan dengan baik oleh penyerang Leicester. Berbeda dengan Manchester City dan Liverpool yang memiliki sejumlah penyerang berkualitas, lini depan Leicester sangat bergantung pada Jamie Vardy.

Dilansir dari Youtube Football Made Simple, David Silva dan Paul Pogba mengakhiri musim 2017/18 dengan asis hampir sama. Silva mencatatkan 11 asis sementara Pogba mengoleksi 10 asis. Ketika menonton video asis kedua pemain tersebut, sebagian besar asis Pogba merupakan umpan di luar kotak penalti. Sebaliknya, asis Silva banyak merupakan umpan di dalam kotak penalti.

Jumlah asis tidak menceritakan kasus tersebut, kita harus melihat xA untuk mendapatkan gambaran lebih detil. Total xA Silva musim itu adalah 8,83 sementara Pogba hanya 4,59. Artinya, Silva membuat peluang lebih baik dari Pogba meski jumlah asis mereka tidak jauh berbeda. Terbukti dari proses asis Pogba yang sebagian besar berada di luar kotak penalti.

xA memberikan banyak detil lebih dari umpan kunci dan asis namun pengamatan mata tetap penting dalam sepakbola. Statistik berfungsi dalam melengkapi analisis dari pengamatan mata. Sepakbola tidak dapat dianalisis hanya dari statistik tanpa pengamatan mata. Namun, pengamatan mata tanpa statistik menjadi analisis yang validitasnya belum teruji. Statistik bisa menjadi barang mewah jika tepat digunakan.

 
[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/feature-image-expected-assist.jpg [tanggal] => 24 Nov 2020 [counter] => 3.907 [penulis] => PanditFootball [penulis_foto] => https://panditfootball.com/assets/images/logo/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/PanditFootball [penulis_desc] => Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Akun twitter: @panditfootball contact: redaksi@panditfootball.com [penulis_initial] => PND [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola ) ) [prev_post] => Array ( [artikel_id] => 213345 [slug] => https://panditfootball.com/article/show/cerita/213345/PFB/200317/dietmar-hopp-antara-protes-loyalitas-dan-sepakbola-modern [judul] => Dietmar Hopp: Antara Protes, Loyalitas dan Sepakbola Modern [isi] =>

Pernahkah terbayang menjadi Dietmar Hopp, investor TSG Hoffenheim, yang rutin diprotes suporter klub lawan karena dianggap membawa komerlialisasi sepakbola di Jerman? Mari kita bedah satu per satu.

Berbicara sosok Hopp, pria kelahiran Heidelberg Jerman tersebut merupakan lulusan Institut Teknologi Karlsruhe, perguruan tinggi terbaik Jerman dalam bidang teknologi, dengan memegang sertifikat sebagai certified engineer. Ia bekerja beberapa tahun sebagai software developer dan konsultan di IBM. Namun pada tahun 1972, ia bersama beberapa rekan di IBM mengundurkan diri dari pekerjaan dan memutuskan untuk merintis perusahaan sendiri di bidang software bernama SAP (System, Applications, and Products). Perusahaan ini yang membawa Hopp menuju kesuksesan karir, dimana ia menjabat sebagai chairman pada periode 1988 hingga 1998. SAP menjadi perusahaan IT terbesar ketiga setelah Microsoft dan juga Oracle.

Hopp kemudian pensiun dari SAP pada tahun 2003, dimana ia masih memegang saham sebesar 5,52 persen. Dengan market value perusahaan terbesar di Jerman menjadikan Hopp merupakan salah satu orang terkaya di Jerman.

VIDEO: Update dampak Coronavirus pada sepakbola

Pada tahun 1995, 3 tahun sebelum resign dari SAP, ia mendirikan ‘Dietmar Hopp Foundation’, Yayasan yang bergerak di bidang olahraga, kedokteran, perkembangan anak-anak, dan social service lainnya. Kegiatan Yayasan Hopp dipusatkan di daerah Kraichgau, tempat Hopp lahir dan tinggal.

Namun, itu semua yang tidak dilihat oleh suporter di Bundesliga, setidaknya mereka hanya melihat Hopp sebagai sosok investor dan bos dari TSG Hoffenheim, tidak lebih. Dan hal itu menjadi sumber permasalahannya.

Peran Dietmar Hopp untuk Hoffenheim

Pertanyaannya kemudian, apa yang telah dilakukan Hopp untuk klub masa kecilnya Hoffenheim?

TSG 1899 Hoffenheim sendiri sempat menjadi tempat Hopp bermain sepakbola saat usia dini. Saat itu klub tersebut belum banyak didengar dan bahkan masih berkutat sebagai klub amatir. Karena jasa Hopp berinvestasi,dalam kurun waktu 1990 hingga 2001, Hoffenheim bisa naik kasta dari tingkat 8 liga Jerman menuju tingkat 3 liga.

Pada tahun 2005, Hopp memulai investasi besar-besaran untuk klub dan mulai mematangkan rencana untuk bisa promosi ke Bundesliga. Termasuk salah satu langkahnya ialah menunjuk Ralf Rangnick sebagai pelatih kepala dan mengizinkan untuk mendatangkan pemain yang tidak dipunyai oleh klub di level tiga Liga Jerman. Hoffenheim lolos ke Bundesliga 2 pada musim 2007, dan semusim berselang ia mampu lolos ke Bundesliga.

Di luar dari itu semua, Hopp juga membangun stadion berkapasitas 30 ribu kursi pada tahun 2007 (yang selesai tahun 2009 di musim perdana Hoffenheim naik ke Bundesliga), dan fasilitas latihan modern. Ditaksir total investasi yang telah Hopp keluarkan senilai 350 juta Euro. Walaupun dalam beberapa tahun terakhir, Hoffenheim juga tertolong oleh sistem penjualan pemain, namun tanpa bantuan Hopp niscaya Die Kraichgauer (julukan Hoffenheim) tak dapat berbuat banyak di sepakbola Jerman.

Apa yang Membuat Fans Lawan Marah?

Singkatnya, menurut ultras dan fans di Bundesliga, apa yang dilakukan Hopp terhadap Hoffenheim dianggap sebagai ‘pembelian kesuksesan lewat uang’, karena dalam kultur sepakbola Jerman, khususnya Bundesliga sistem kepemilikan 50+1 wajib hukumnya dijalankan oleh setiap tim.

Sistem tersebut berarti dimana satu klub wajib memberikan hak kepemilikan penuh kepada member/supporter klub sebanyak 50 persen + 1 persen untuk menghindari kepemilikan tunggal, artinya investor luar hanya berhak memiliki saham klub maksimal di angka 49% saja. Peraturan ini terkecuali bagi Bayer Leverkusen dan VfL Wolfsburg dimana kedua klub tersebut didirikan oleh serikat pekerja. Leverkusen didirikan tahun 1904 oleh serikat pekerja Bayer, perusahaan farmasi. Sedangkan Wolfsburg didirikan tahun 1945 oleh serikat pekerja Volkswagen.

Sedangkan bagi Hopp, ia sudah menginvestasikan uang nya untuk Hoffenheim sejak 1990, namun dipandang sebagai upaya komersialisasi sepakbola. Karena pria berumur 79 tahun tersebut menguasai kurang lebih 96% saham klub, dimana hal tersebut jelas menantang aturan 50+1. Walaupun sebenarnya, aturan tersebut mempunyai kelonggaran bagi Investor yang telah menanamkan investasi besar-besar untuk satu klub lebih dari 20 tahun secara konsisten, maka ia diperbolehkan untuk membeli saham klub lebih dari 50%

Jika melihat dari kacamata investor, klub Hoffenheim bukan sesuatu yang ‘seksi’ untuk berinvestasi. Dimana kota tersebut populasinya tak lebih dari 5000 orang (tepatnya 3272 populasi). Kedatangan Hopp pada periode 1990 sangat membantu, terutama dalam hal mengatur finansial klub. Dan ia sendiri bukan tanpa alasan mendukung Hoffenheim. Yang pertama, kota tersebut merupakan tempat tinggal masa kecilnya, kedua Hoffenheim ialah tempatnya menghabiskan masa kecilnya untuk bermain sepakbola. Singkatnya, Hopp dan Hoffenheim punya ikatan emosional tersendiri.

Usaha Hopp untuk menaikkan citra klub kebanggaan sejak kecilnya, membuahkan cap dari fans tim lain sebagai ‘klub plastik’ sama seperti RB Leipzig, dimana mereka menggunakan uang untuk meraih kesuksesan di liga. Sesuatu yang bisa diperdebatkan di zaman sekarang.

Menolak Sepakbola Modern

Bentuk sikap paling keras, ditunjukkan oleh supporter Borussia Dortmund. Ultras BVB, konsisten memprotes Hopp sejak tahun 2008 dengan membentangkan spanduk anti-Hopp dengan slogan ‘anti-modern football’ saat bertandang ke markas Hoffenheim, ataupun sebaliknya.

Puncak gelombang protes dimulai sejak tahun 2011, dimana saat itu salah satu karyawan Hoffenheim membuat suara bising lain di sekitaran stadion agar chant protes fans Dortmund yang bertandang ke markas Hoffenheim tidak terdengar. Kisah ini memantik gelombang protes kepada Hopp setiap musimnya semakin besar.

Hingga akhirnya tahun 2017 federasi sepakbola Jerman (DFB) lewat sang presiden Reinhard Grindel, menghukum supporter Dortmund dengan tidak diperbolehkan hadir di markas Hoffenheim selama 2 musim. Alih-alih usai, gelombang protes untuk Hopp semakin menjadi-jadi. Termasuk yang terjadi di musim ini, dan meraih perhatian besar dari media di awal bulan ini.

Awal Maret 2020, saat Hoffenheim menjamu Bayern Munchen, suporter lawan yang datang membentangkan spanduk bertuliskan ‘Son of Bitch’ yang ditunjukkan langsung kepada Hopp seketika pertandingan langsung dihentikan, manajemen serta pemain Bayern langsung memberikan support untuk Hopp dengan mendatangi langsung tempat suporter Bayern membentangkan spanduk lalu wasit menghentikan pertandingan sementara. Setelah dilanjutkan di 13 menit sisa, pertandingan tidak efektif karena kedua tim hanya mengoper bola di tengah lapangan.

Apakah semua ini akan mereda? Tampaknya untuk kasus Hopp akan sulit ditemukan sebuah solusi tepat. Karena menurut para fans di liga Jerman, apa yang dilakukan Hopp telah melunturkan kultur atau budaya sepakbola Jerman. Sebagai contoh, wasit juga menghentikan laga Union Berlin vs Wolfsburg akibat nada dan spanduk kecaman terhadap Hopp.

Di stadion sendiri, federasi menugaskan wasit untuk menerapkan 3 langkah antisipasi jika nada diskriminasi, ancaman dan ujaran kebencian ada di stadion. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumumkan di dalam stadion dan menghimbau supporter, langkah kedua akan mengeluarkan kedua tim dari dalam stadion, dan langkah ketiga ada menghentikan pertandingan.

Tugas berat menanti pemangku kebijakan di federasi Jerman. Secara prinsip, federasi menolak segala upaya tindak ancaman, rasisme, dan ujaran kebencian suporter di stadion. Namun di sisi lain, ada kultur sepakbola Jerman yang harus mereka jaga. Sebuah budaya yang selama ini membuat sepakbola Jerman spesial dibandingkan liga-liga lain di Eropa.

Sepakbola Modern vs Komersialisasi Sepakbola

Jika menilik dari sisi Hoffenheim, sosok Dietmar Hopp merupakan the savior bagi perjalanan klub tersebut yang berasal dari kota kecil. Seandainya mengikuti peraturan 50+1, maka Hoffenheim sampai kapanpun akan sulit untuk naik ke Bundesliga, karena populasi kotanya yang terbilang sangat kecil untuk bisa menjadi member klub dan membantu secara finansial. Justru kehadiran ‘warga lokal’ yang menolong klub di sisi finansial mampu membuat kota Hoffenheim berbicara banyak di level atas sepakbola Jerman.

Terhitung, hanya Bayern Munich yang mampu menerapkan peraturan 50+1 dan mampu bersaing secara global atau dengan klub top Eropa lainnya. Dengan lebih dari 300 ribu fans di seluruh dunia membuat banyak perusahaan besar, seperti Allianz, Audi, dan Qatar Airways ingin berinvestasi di Bayern. Namun kadang, hal tersebut masih diprotes oleh suporter Bayern sendiri karena begitu banyaknya sponsor yang hadir, dan dianggap sebagai komersialisasi sepakbola.

Satu bukti bahwa sistem 50+1 kadang menelurkan masalah baru dialami Borussia Dortmund. Die Borussen pernah alami krisis finansial dengan hutang yang menumpuk dan bahkan sempat dibantu pinjaman dari Bayern Munich pada musim 2003-2004. Tujuh musim sebelumnya, atau tepatnya tahun 1997 Dortmund menjuarai Liga Champions. Setelahnya banyak pemain Bintang yang meminta gaji besar, kemudian klub (Dortmund) tidak sanggup memenuhi sehingga menumpuk banyak hutang.

Sebenarnya senasib dengan Hoffenheim, RB Leipzig pun mengalami hal serupa dengan menjadi klub yang dibenci di Jerman karena dianggap membeli kesuksesan. Namun jika protes Hoffenheim tertuju kepada investor yang menguasai saham di klub, protes untuk Leipzig muncul karena posisi member klub yang juga karyawan aktif perusahaan Red Bull. Walaupun kepanjangan ‘RB’ sudah diubah menjadi RasenBallsport, tetap saja memantik gelombang protes.

Pada akhirnya, sepakbola era saat ini identik dengan berbagai macam leverage atau daya angkat secara finansial untuk menaikkan status klub. Rasanya tidak adil seorang Dietmar Hopp terus diprotes kala usianya menginjak 80 di tahun ini. Toh, jika melihat Hoffenheim tidak begitu konsisten di setiap musimnya.

[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/fi%20hofen.png [tanggal] => 17 Mar 2020 [counter] => 6.848 [penulis] => Gia Pijar Perdana [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/GiaPijar [penulis_desc] => [penulis_initial] => [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita ) [next_post] => Array ( [artikel_id] => 213349 [slug] => https://panditfootball.com/article/show/cerita/213349/PFB/200506/virus-corona-dan-efeknya-untuk-bursa-transfer-musim-panas [judul] => Virus Corona dan Efeknya Untuk Bursa Transfer Musim Panas [isi] =>

Hampir dua bulan sudah kompetisi sepakbola dunia dihentikan akibat pandemik Covid-19 yang sedang melanda dunia. Masih belum terlihat tanda-tanda bahwa keadaan akan kembali menjadi normal. Beberapa negara memang sudah mulai mengizinkan klub untuk berlatih dan beberapa kompetisi mulai melakukan perancangan proyek restart untuk menyelesaikan kompetisi, namun sepertinya harus dilakukan banyak penyesuaian untuk meminimalisir ancaman penyebaran virus Covid-19.

Selain permasalahan kompetisi, ada satu agenda lain yang akan terkena dampak dari COVID-19 ini. Agenda tersebut adalah bursa transfer musim panas yang seharusnya dimulai pada bulan Juli 2020 nanti.

Bursa transfer di musim panas dianggap sebagai momen bagi semua klub di Eropa berbenah sebagai persiapan untuk musim selanjutnya. Bumbu drama, pemberitaan rumor pemain, transfer kejutan, sampai big deal pemain bintang yang memutuskan pindah klub selalu dinantikan fans sepakbola. Pahitnya, efek Corona ini bisa membuat bursa transfer pemain tidak semenarik sebelum-sebelumnya.

Dari sisi klub, terdapat banyak aspek teknis yang harus disiapkan menjelang bursa transfer musim panas. Seperti yang ditulis Tor-Kristian Karlsen, eks Talent scouter dan Sporting Director AS Monaco yang rutin mengisi rubrik bisnis sepakbola di ESPN, klub-klub biasanya akan mulai menyebar semua talent scouter ke berbagai pertandingan guna mengamati pemain yang akan dibidik. Namun dengan kondisi saat ini, tentu membuat talent scouter klub jadi tidak bisa memberikan kinerja maksimal.

Saat ini, sorotan dampak Corona memang lebih banyak tertuju pada pemain, klub, dan fans. Namun, jika dilihat lebih dalam, terdapat banyak sektor pada sepakbola yang juga terkena dampaknya. Talent Scouter adalah salah satu sektor yang terkena dampak cukup hebat. Sulit bagi mereka untuk melaksanakan tugas jika tidak menyaksikan pertandingan setiap pekannya.

Dalam tulisannya, Tor-Kristian Karlsen, menjelaskan bahwa biasanya dua bulan menjelang aktifitas liga Eropa berakhir, banyak klub akan mengirimkan pencari bakat ke seluruh belahan dunia untuk mengamati pertandingan dan pemain. Namun dengan kondisi saat ini, aktifitas tersebut sulit dilakukan.

“Permasalahan kita saat ini ada berbagai perencanaan hanya bisa dilakukan per minggu, padahal biasanya kita selalu buat rencana setiap bulannya dengan rapi bahkan tiket pesawat untuk pemandu bakat, hotel, hingga detail pertandingan bisa dijadwalkan sejak jauh hari” Ungkap Karlsen dalam tulisannya.

Memang masih ada cara lain bagi Talent Scouter untuk menjalankan tugasnya, yaitu melalui perangkat lunak penyedia data statistik dan video rekaman pertandingan. Dari situ, ada banyak data yang juga bisa menjadi pertimbangan sebelum melakukan pembelian seorang pemain. Namun, tetap saja ada bagian-bagian dari penilaian yang tidak bisa digantikan selain dengan tatap muka secara langsung.

Satu atau dua bulan sebelum bursa transfer dimulai, pemain-pemain yang menjadi incaran biasanya telah disaring terlebih dahulu oleh senior scout. Setelahnya senior scout melaporkan langsung ke manajemen klub dari mulai direktur olahraga, pelatih kepala, hingga CEO, untuk keputusan tindak lanjut apakah akan membeli, meminjam, hingga kisaran budget yang disiapkan. Baru setelah itu negosiasi bisa dilakukan.

Dengan tidak adanya pertandingan dan larangan bepergian, proses tersebut tentu akan mengalami berbagai hambatan. Data yang disajikan oleh para Talent Scouter tentu tidak akan selengkap biasanya. Ditambah lagi, dengan jeda kompetisi yang cukup lama, belum tentu pemain masih dalam kondisi yang diharapkan. Bisa saja kondisi pemain menurun drastis akibat kegiatan yang tidak terkontrol selama masa vakum kompetisi ini.

Setelah data sudah terkumpul dan negosiasi siap dilakukan, permasalahan pun belum selesai. Negosiasi memang bisa dilakukan dari jarak jauh, namun tetap saja tidak akan seefektif jika dilakukan secara tatap muka. Efektivitas negosiasi jarak jauh tentu tidak sebaik jika negosiasi dilakukan secara langsung. Bukan tidak mungkin hal ini menyebabkan kesepakatan antar kedua klub tidak bisa tercapai.

Transfer Klub di Satu Liga

Akankah kita akan melihat klub-klub melakukan transfer untuk pemain di satu liga atau negara yang sama? Dibandingkan klub tersebut mengambil resiko untuk membeli pemain dari luar liga yang hanya diperhatikan melalui jarak jauh, terutama bagi pemain non-bintang dan tidak banyak disorot media, tentu pilihan tersebut menjadi sangat masuk akal. Jika benar-benar hal tersebut terjadi, akan ada efek bisnis yang mempengaruhi.

Efek pertama tentunya harga transfer pemain mengalami perubahan. Mencari pemain hanya dari satu liga tentu lebih sulit dibanding mencari dari berbagai liga. Harga pemain seharusnya melambung tinggi karena tingginya permintaan dengan jumlah pemain terbatas. Namun di sisi lain, semua klub sedang mengalami masalah finansial. Mereka tidak bisa mengeluarkan dana besar untuk transfer pemain karena ada banyak permasalahan keuangan yang harus mereka lunasi lebih dulu. Karena itu, negosiasi dalam proses transfer pemain ini akan lebih alot untuk mencapai win win solution bagi kedua klub.

Kedua faktor lower risk. Jika mengambil pemain dari satu liga, scouting klub, pelatih, bahkan owner sudah sering melihat setiap pekan. Begitu pun dengan para pemain muda di negara yang sama setidaknya masih bisa diperhatikan. Hal ini tentu akan menurunkan resiko pemain ketimbang klub harus membeli pemain dari luar negara. Mungkin klub besar yang biasanya mampu membeli pemain bintang tak menjadi masalah, namun poin ini terganggu bagi klub menengah ke bawah yang biasanya melakukan pembelian pemain mengandalkan laporan dan kejelian dari pemandu bakat.

Faktor ketiga ialah masalah ‘hidup’ suatu klub yang mengandalkan bursa transfer sebagai momen meraih dana sebanyak-banyaknya. Banyak klub di Eropa yang menerapkan model bisnis seperti mengembangkan banyak pemain potensial, baik dari akademi maupun negara lain, untuk selanjutnya dijual ke banyak klub Eropa dengan dana yang lebih besar. Hal ini tentu sedikit mengancam klub-klub tersebut jika kasus Corona ini tidak segera reda menjelang bursa transfer.

Dari ketiga faktor tersebut, ada masalah serius yang lebih mengancam, yaitu kelangsungan sepakbola Dunia dan sampai kapan virus ini terus menghantui kita. Karena bayangkan saja, ketika musim ini saja ditunda, apakah musim depan akan mulai tepat waktu? Harapannya tentu iya, namun jika melihat kondisi saat ini, tidak ada yang bisa menjawab dengan pasti. Kemudian, apakah klub rela keluarkan dana untuk membeli pemain yang belum tentu bisa langsung digunakan karena liga sedang dalam kondisi yang tidak jelas? Tergantung, tapi rasanya klub akan wait and see kondisi global saat ini.

Jelas tentunya, bursa transfer pemain di musim panas mendatang punya efek cukup kuat terhadap kegiatan klub bahkan liga-liga. Di dalam masa yang serba tidak pasti ini, klub harus pintar menentukan langkah-langkah kebijakan. Jika liga tidak berjalan, sponsor tentunya pelan pelan akan meninggalkan klub, hak siar televisi tentu tidak akan didapatkan klub, pemasukan tiket juga terganggu karena tidak ada pertandingan, bahkan pemain pada akhirnya akan merasakan efek yang nyata dari sebatas isolasi jika Corona tidak benar-benar hilang atau cepat teratasi.

Pahitnya mungkin tidak ada transfer yang melibatkan dana besar jika nanti kompetisi Eropa masih belum menemui kejelasan.

Nasib Free Agents

Satu hal lagi yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana nasib para pemain yang akan memasuki akhir kontrak di musim ini? Beberapa nama seperti Edison Cavani, Willian, Thomas Meunier, Mario Goetze, Jan Vertonghen hingga Zlatan Ibrahimovic adalah beberapa nama besar yang kontraknya akan expired di akhir musim ini.

Tidak banyak yang bisa dilakukan, langkah pertama ialah menunggu kejelasan dan perkembangan dari virus Corona ini. UEFA dalam pertemuan dengan stakeholders klub memutuskan jika semua aktifitas liga harus selesai di tanggal 30 Juni 2020, paling telat. Normalnya, seluruh aktifitas sepakbola Eropa selesai di bulan Mei, termasuk jika ada Final Liga Champions yang biasanya mengambil waktu setelah liga selesai.

Dengan target tersebut, dan EURO 2020 yang resmi diundur ke tahun depan membuat federasi dan klub selepas kompetisi musim 2019/2020 selesai bisa langsung menentukan langkah selanjutnya, termasuk urusan jadwal musim 2020/2021 yang normalnya start di pertengahan Agustus.

Jika setelah liga selesai dan perlahan pandemic Virus Corona ini bisa teratasi, maka tentunya liga musim depan bisa ditentukan tanggal dan keperluan logistic lainnya untuk liga bisa start tepat waktu. Para pemain free agent pun akan menemukan klub terlebih bagi mereka dengan nama-nama besar. Rasanya tak sulit menemukan klub baru.

Namun, permasalahan muncul ketika liga di musim 2020/2021 tidak bisa dimulai tepat waktu. Pemain yang akan habis kontrak tanggal 30 Juni akan kesulitan mencari klub jika jadwal belum bisa ditentukan. Dengan kondisi ekonomi seperti ini ditambah kondisi serba tidak pasti tentu klub tidak mau ambil resiko untuk melakukan sesuatu yang tidak efektif. Seperti memberikan gaji pemain di tengah ketidakpastian jadwal pertandingan.

Jalan satu-satunya bagi para pemain yang habis kontrak di musim ini adalah mengharapkan kebaikan klub masing-masing dengan menambah durasi kontrak minimal satu tahun untuk para pemain yang habis kontrak di musim ini.  Atau mengharapkan kebaikan dari klub-klub baru yang peduli dengan para pemain free agent di akhir musim. Langkah tersebut diambil Manchester United saat menambah durasi kontrak Nemanja Matic satu musim hingga 2021.

Problem untuk bursa transfer untuk bisnis klub tentu akan sangat berpengaruh, namun terlepas dari semua masalah yang menyertai, sikap dan bagaimana keputusan dunia sepakbola untuk mengurasi efek Virus Corona jauh lebih penting. Rugi keuangan sedikit tentu tidak masalah, jika hasilnya adalah mengembalikan aktifitas sepakbola dan seluruh olahraga menjadi normal kembali dimana pada akhirnya, pelan-pelan, stabilitas ekonomi setiap klub akan berangsur-angsur pulih.

Hampa rasanya tidak ada sepakbola di setiap akhir pekan.

[gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/fi-corona-transfer.jpg [tanggal] => 06 May 2020 [counter] => 2.947 [penulis] => Gia Pijar Perdana [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Agustus%202022/Logo-transparent.png [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/GiaPijar [penulis_desc] => [penulis_initial] => [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita ) [categories] => Array ( [0] => Array ( [kategori_id] => 18 [kategori_name] => Editorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial [status] => 1 [counter] => 203 ) [1] => Array ( [kategori_id] => 4969 [kategori_name] => Advetorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial [status] => 1 [counter] => 46 ) [2] => Array ( [kategori_id] => 6729 [kategori_name] => tentang [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang [status] => 1 [counter] => 0 ) [3] => Array ( [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola [status] => 1 [counter] => 183 ) [4] => Array ( [kategori_id] => 454 [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing [status] => 1 [counter] => 613 ) [5] => Array ( [kategori_id] => 6719 [kategori_name] => Terbaru [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru [status] => 1 [counter] => 0 ) [6] => Array ( [kategori_id] => 599 [kategori_name] => Berita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita [status] => 1 [counter] => 3271 ) [7] => Array ( [kategori_id] => 151 [kategori_name] => Fantasy Premier League [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture [status] => 1 [counter] => 930 ) [8] => Array ( [kategori_id] => 1385 [kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi [status] => 1 [counter] => 2 ) [9] => Array ( [kategori_id] => 3 [kategori_name] => Analisis [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan [status] => 1 [counter] => 1270 ) [10] => Array ( [kategori_id] => 5 [kategori_name] => Football Culture [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture [status] => 1 [counter] => 31 ) [11] => Array ( [kategori_id] => 2049 [kategori_name] => Nasional [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional [status] => 1 [counter] => 87 ) [12] => Array ( [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita [status] => 1 [counter] => 3163 ) ) [populer_tag] => Array ( [0] => stdClass Object ( [tag_id] => 20 [tag_name] => EPL [tag_slug] => epl [status_tag] => 0 [hitung] => 1279 ) [1] => stdClass Object ( [tag_id] => 7021 [tag_name] => Indonesia [tag_slug] => indonesia [status_tag] => 2 [hitung] => 867 ) [2] => stdClass Object ( [tag_id] => 6143 [tag_name] => Manchester United [tag_slug] => manchester-united [status_tag] => 0 [hitung] => 639 ) [3] => stdClass Object ( [tag_id] => 6502 [tag_name] => Liga Champions Eropa [tag_slug] => liga-champions-eropa [status_tag] => 0 [hitung] => 495 ) [4] => stdClass Object ( [tag_id] => 63 [tag_name] => Chelsea [tag_slug] => chelsea [status_tag] => [hitung] => 479 ) [5] => stdClass Object ( [tag_id] => 42 [tag_name] => Arsenal [tag_slug] => arsenal [status_tag] => [hitung] => 474 ) ) [populer_sidebar] => Array ( [0] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/taktik/215443/PFB/240317/sekarang-thiago-motta-tidak-akan-diejek-lagi [judul] => Sekarang, Thiago Motta Tidak Akan Diejek Lagi [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/FI%20BOLOGNSA.jpeg [tanggal] => 17 Mar 2024 [counter] => 7.470 ) [1] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215427/PFB/240117/indonesia-vs-irak-mengapa-wasit-tidak-menganulir-gol-kedua-irak [judul] => Indonesia vs Irak : Mengapa Wasit Tidak Menganulir Gol Kedua Irak [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FPL%202023-2024/WhatsApp%20Image%202024-01-16%20at%2010.26.01%20PM.jpeg [tanggal] => 17 Jan 2024 [counter] => 5.399 ) [2] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/analisa-pertandingan/215442/PFB/240302/siapa-bisa-hentikan-inter-di-serie-a [judul] => Siapa Bisa Hentikan Inter di Serie A? [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/2022/Italia/FI%20-%20Dominasi%20Inter.jpeg [tanggal] => 02 Mar 2024 [counter] => 4.889 ) [3] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/cerita/215428/PFB/240117/eritrea-dan-kisah-pemain-yang-kabur-dari-negaranya [judul] => Eritrea dan Kisah Pemain yang Kabur dari Negaranya  [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/Afrika/FI%20ERITREA.jpeg [tanggal] => 17 Jan 2024 [counter] => 1.911 ) ) [terbaru_sidebar] => Array ( [0] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215481/PFB/240923/ [judul] => Penunjuk Jalan Menuju Panah Hijau di FPL [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20PENUNJUK%20JALAN.png [tanggal] => 23 Sep 2024 [counter] => 277 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [1] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215487/PFB/240918/ [judul] => Simulasi Pemain Timnas Jadi Aset FPL [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20SIMULASI%20PEMAIN%20TIMNAS%20JADI%20ASET%20FPL.png [tanggal] => 18 Sep 2024 [counter] => 208 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [2] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215482/PFB/240912/ [judul] => Kupas Misteri Naik Turun Harga Aset di FPL [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HARGA%20ASET.png [tanggal] => 12 Sep 2024 [counter] => 389 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) [3] => Array ( [slug] => https://panditfootball.com/pandit-sharing/215480/PFB/240912/ [judul] => Dilema Kepemilikan Erling Haaland: Madu atau Racun? [gambar] => https://panditfootball.com/images/large/FI%20-%20PANDIT%20SHARING%20FPL/PS%20-%20HAALAND%20MADU%20ATAU%20RACUN.png [tanggal] => 12 Sep 2024 [counter] => 618 [penulis] => panditsharing [penulis_foto] => https://panditfootball.com/images/attach/panditsharingsmall.jpg [penulis_slug] => https://panditfootball.com/profil/panditsharing [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing ) ) [categories_with_count] => Array ( [0] => Array ( [kategori_id] => 18 [kategori_name] => Editorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/editorial [status] => 1 [counter] => 203 ) [1] => Array ( [kategori_id] => 4969 [kategori_name] => Advetorial [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/advetorial [status] => 1 [counter] => 46 ) [2] => Array ( [kategori_id] => 6729 [kategori_name] => tentang [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/tentang [status] => 1 [counter] => 0 ) [3] => Array ( [kategori_id] => 334 [kategori_name] => Sains [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/sains-bola [status] => 1 [counter] => 183 ) [4] => Array ( [kategori_id] => 454 [kategori_name] => PanditSharing [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/pandit-sharing [status] => 1 [counter] => 613 ) [5] => Array ( [kategori_id] => 6719 [kategori_name] => Terbaru [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/terbaru [status] => 1 [counter] => 0 ) [6] => Array ( [kategori_id] => 599 [kategori_name] => Berita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/berita [status] => 1 [counter] => 3271 ) [7] => Array ( [kategori_id] => 151 [kategori_name] => Fantasy Premier League [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/fpl-football-culture [status] => 1 [counter] => 930 ) [8] => Array ( [kategori_id] => 1385 [kategori_name] => Jadwal Siaran Televisi [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/jadwal-siaran-televisi [status] => 1 [counter] => 2 ) [9] => Array ( [kategori_id] => 3 [kategori_name] => Analisis [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/analisa-pertandingan [status] => 1 [counter] => 1270 ) [10] => Array ( [kategori_id] => 5 [kategori_name] => Football Culture [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/football-culture [status] => 1 [counter] => 31 ) [11] => Array ( [kategori_id] => 2049 [kategori_name] => Nasional [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/nasional [status] => 1 [counter] => 87 ) [12] => Array ( [kategori_id] => 392 [kategori_name] => Cerita [kategori_slug] => https://panditfootball.com/kategori/cerita [status] => 1 [counter] => 3163 ) ) [meta_title] => Hamstring Sebagai Bagian Penting Bagi Pemain Sepakbola [meta_desc] => Pemain sepakbola tidak akan terlepas dari cedera. Baik yang ringan maupun yang parah, seorang pemain sepakbola hampir dipastikan pernah mengalami cedera. Bahkan tidak jarang seorang pemain harus... [meta_keyword] => cedera,hamstring,Latihan,Otot,sains,Injury Prevention [meta_image] => https://panditfootball.com/images/large/Fimage/fi-hamstring.jpg [meta_url] => https://panditfootball.com/article/show/sains-bola/213346/PFB/200318/hamstring-sebagai-bagian-penting-bagi-pemain-sepakbola [js_custom_page] => [socmed_facebook] => [socmed_instagram] => Array ( [id_option] => 26 [name_option] => socmed_instagram [value_option] => https://www.instagram.com/panditfootball/ [desc_option] => @panditfootball ) [socmed_youtube] => Array ( [id_option] => 25 [name_option] => socmed_youtube [value_option] => https://www.youtube.com/@pandit.football [desc_option] => @pandit.football ) [socmed_twitter] => Array ( [id_option] => 24 [name_option] => socmed_twitter [value_option] => https://x.com/panditfootball [desc_option] => @panditfootball ) ) 1
PANDIT FOOTBALL INDONESIA

Hamstring Sebagai Bagian Penting Bagi Pemain Sepakbola

Hamstring Sebagai Bagian Penting Bagi Pemain Sepakbola
Font size:

Pemain sepakbola tidak akan terlepas dari cedera. Baik yang ringan maupun yang parah, seorang pemain sepakbola hampir dipastikan pernah mengalami cedera. Bahkan tidak jarang seorang pemain harus mengakhiri karirnya lebih awal, karena cedera yang ia alami.

Apalagi jika sepak bola dimainkan pada level tertinggi yang menyajikan intensitas dan tempo tinggi.Resiko cedera tentu akan lebih besar. Dalam ajang Liga Premer Inggris yang dikenal sebagai liga paling keras dan sering menyajikan pertandingan dengan intensitas tinggi, angka cedera pada musim 2018/2019 seperti dilansir jlt.com mencapai 764 kasus yang mana meningkat 15% dari musim 2017/2018.

Dalam artikel jlt.com dikatakan bahwa klub-klub liga inggris mengeluarkan dana sebesar 221 juta poundsterling pada musim 2018/2019 hanya untuk perawatan cedera pemain. Tak hanya itu, angka pengeluaran klub untuk menggaji pemain yang cedera juga meningkat sebesar 86% dibanding musim sebelumnya.

VIDEO: Update dampak Coronavirus pada sepakbola

Dalam penelitian UEFA.com untuk ajang UEFA EURO 2016, dipaparkan bahwa 87% insiden cedera pemain sepak bola terjadi pada ekstremitas bawah (tungkai). Dari 87% tersebut, sekitar 33% kasus cedera terjadi pada ekstremitas bawah, menyerang bagian paha pemain.

Masih berdasarkan data UEFA.com, cedera otot masih menjadi masalah besar bagi pemain sepak bola dengan angka kejadian mencapai 55% dari total cedera di ajang UEFA EURO 2016. Ironisnya angka cedera otot terus mengalami peningkatan dalam setiap ajang EURO.

Otot dan tulang adalah dua bagian tubuh yang paling berperan saat manusia bergerak. Bagi pemain sepakbola, otot bagian paha memiliki peran cukup penting selama bermain 90 menit. Hal inilah yang membuat cedera otot paha merupakan cedera yang paling sering terjadi.

Mari kita pahami lebih dalam komponen yang ada pada bagian paha. Dalam orthoinfo.aaos.org dijelaskan bahwa paha memiliki 3 kelompok otot besar yaitu Hamstring (belakang paha), Quadriceps (depan paha), dan otot adduktor pada bagian dalam. Hamstring dan quadriceps adalah kelompok otot yang sering cedera karena mereka dibutuhkan untuk memfasilitasi gerakan dengan intensitas tinggi seperti berlari, melompat, dan mengubah arah. Selain itu dua kelompok otot ini juga sangat rawan karena keduanya melintang dari sendi panggul dan lutut.

Dari kedua kelompok otot paha di atas, hamstring menjadi otot yang paling sering mengalami cedera. Howard J. Luks, MD, dalam artikelnya pada 5 November 2016, mengatakan bahwa kasus cedera hamstring menjadi kasus yang paling sering terjadi dalam sepak bola dengan angka kejadian mencapai 40%. Bernard Duvivier (dkk, 2019) juga memaparkan pada penelitian di Liga Australia, yang mana kasus cedera hamstring terus mengalami peningkatan hingga 71% dari musim 2003 hingga 2012.

Tak hanya itu, rata-rata pemain harus beristirahat setidaknya 14 hari jika mengalami cedera hamstring dan rata-rata klub liga Australia harus mengeluarkan sekitar 250.000 Euro untuk perawatan cedera hamstring. Dari ajang UEFA EURO 2016, terdapat 3 pemain yang harus merelakan caps tim nasional mereka dikarenakan cedera hamstring yang menjadikan kasus cedera hamstring menjadi kasus yang paling sering terjadi pada kompetisi tersebut.

Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah ini? Menurut penelitian Ross A Clark (2008) dikatakan bahwa ada beberapa langkah untuk mencegah cedera hamstring.

Meningkatkan fleksibilitas pada otot hamstring dapat dijadikan salah satu upaya untuk menurunkan risiko cedera hamstring. Kurangnya fleksibilitas pada otot dan tendon hamstring mengakibatkan penurunan kemampuan otot dan tendo untuk berkontraksi dengan cepat dan kuat sehingga meningkatkan risiko cedera.

Meningkatkan keseimbangan tulang belakang juga dapat mengurangi risiko cedera hamstring. Saat postur tubuh tidak dalam keadaan ideal (terlalu membungkuk ke depan contohnya) mengakibatkan hamstring bekerja dengan sangat berat untuk memproduksi gaya yang secara otomatis akan meningkatkan risiko cedera hamstring itu sendiri.

Menghindari kelelahan juga harus menjadi perhatian. Saat pemain harus bertarung dalam posisi kelelahan, kontrol terhadap gerakan tentu akan terus mengalami penurunan. Hamstring yang merupakan salah satu kelompok otot yang memfasilitasi keseimbangan di ekstremitas bawah tentu akan bekerja dua kali lebih berat jika pemain sering kehilangan kontrol terhadap gerakannya.

Untuk menurunkan risiko cedera, atlet harus memastikan bahwa rasio kekuatan antara hamstring dan quadriceps harus ideal. Menurut Ross A Clark (2008) dikatakan bahwa hamstring setidaknya harus mampu memproduksi gaya sebesar >60% lebih besar dibanding gaya yang dapat diproduksi quadriceps untuk mencegah cedera hamstring.

Keselamatan adalah yang utama dalam hal apapun. Memastikan pemain untuk terhindar sejauh mungkin dari cedera tentu harus menjadi aspek yang diutamakan oleh pemain itu sendiri, pelatih, dan tentunya klub.

 

 

Dietmar Hopp: Antara Protes, Loyalitas dan Sepakbola Modern
Artikel sebelumnya Dietmar Hopp: Antara Protes, Loyalitas dan Sepakbola Modern
Virus Corona dan Efeknya Untuk Bursa Transfer Musim Panas
Artikel selanjutnya Virus Corona dan Efeknya Untuk Bursa Transfer Musim Panas
Artikel Terkait