Font size:
Pemain termahal asal Inggris saat ini, Raheem Sterling, telah menjalani dua pertandingan Liga Inggris pertamanya bersama klub barunya, Manchester City. Dalam dua pertandingan tersebut, Sterling masuk ke dalam susunan starting XI yang dikeluarkan oleh sang pelatih, Manuel Pellegrini. Sterling bermain 70 menit lebih dan dianggap bermain cukup baik dalam membantu serangan Manchester City.
Sterling memang belum mencetak gol ataupun assist dalam kedua pertandingan tersebut. Namun secara garis besar, penampilan Sterling dalam dua pertandingan pertama tidak buruk. Akselerasi serta kecepatannya dalam menggiring bola yang menjadi senjata andalannya, sering kali menjadi ancaman bagi pertahanan lawan. City pun mendapatkan alternatif serangan tambahan dengan hadirnya Sterling di sayap kiri. Namun ada sedikit catatan yang mengganjal dari permainan Sterling dalam dua pertandingan. Jika dilihat dari catatan statistik Sterling hanya melakukan 3 dribbling berhasil dalam 2 pertandingan. Padahal di Liverpool, setiap musimnya rata-rata Sterling bisa melakukan lebih dari 3 dribbling berhasil per pertandingannya. Mungkin memang sedikit tidak adil jika membandingkan permainan satu musim Sterling di Liverpool dengan dua pertandingan pertamanya di City. Namun, jika kita lihat lebih dalam, memang terdapat kondisi yang berbeda pada Sterling antara saat di Liverpool dan di Manchester City Di City Sterling bermain sebagai gelandang serang kiri. Tugasnya serupa dengan saat di Liverpool, yaitu melakukan penetrasi ke kotak penalti dari pinggir lapangan. Ia pun dibantu oleh fullback kiri yang selalu aktif membantu serangan, Aleksander Kolarov. Yang membedakan kondisi Sterling saat ini dengan dulu adalah teman-temannya di barisan penyerang. Saat di Liverpool, biasanya ia bermain bersama Philippe Coutinho, Adam Lallana, dan Lazar Markovic. Atau saat dua musim lalu ia bermain dengan Luis Suarez, Daniel Sturridge, dan Philippe Coutinho. Jika kita lihat, semua rekan Sterling di barisan penyerangan Liverpool adalah pemain yang lebih senang bergerak di luar area kotak penalti. Daniel Sturridge dan Luis Suarez yang berposisi alami sebagai striker pun lebih senang membuka ruang ke sayap atau ke belakang untuk mencari posisi. Hal ini juga disebabkan cara bermain pelatih Liverpool, Brendan Rodgers, yang jarang memerintahkan pemainnya untuk mengirim umpan silang ke kotak penalti. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi Sterling. Mengingat senjata andalannya adalah dribbling dengan kecepatan tinggi, menuju ruang kosong di area pertahanan lawan. Posisi pemain Liverpool yang melebar dan berada di luar kotak penalti, membuat pemain bertahan lawan juga cenderung lebih terbuka untuk melakukan pengawalan kepada pemain-pemain Liverpool. Dengan begitu, akan selalu ada ruang kosong di area pertahanan lawan yang bisa menjadi sasaran empuk bagi Sterling untuk melakukan penetrasi. Kondisi yang agak berbeda terjadi pada cara bermain Manchester City. City menempatkan Sergio Aguero atau Wilfried Bony sebagai penyerang tengah. Kemudian ada David Silva sebagai gelandang serang dan Jesus Navas di sayap kanan. Yaya Toure juga hadir dari belakang untuk menambah daya dobrak serangan Manchester City. Dari keempat rekan Sterling yang ada di barisan penyerang City tersebut, hanya Jesus Navas yang pergerakannya tidak cenderung masuk ke kotak penalti. Sergio Aguero hampir selalu menunggu datangnya bola di dalam kotak penalti. David Silva pun selalu melakukan pergerakan ke dalam. Ditambah lagi, Yaya Toure yang hadir dari belakang juga tidak jarang ikut berduel dengan bek-bek lawan di dalam kotak penalti. Hal ini memang sejalan dengan cara bermain yang diinginkan Pellegrini. Dengan adanya Jesus Navas di sisi kanan dan Kolarov di kiri, Pellegrini memiliki dua pemain yang mampu mengirimkan umpan silang dengan sangat akurat. Ditambah lagi Aguero dan Yaya Toure memiliki kemampuan duel udara yang sangat baik. Namun hal ini menjadi tidak menguntungkan bagi Sterling. Banyaknya jumlah pemain di dalam kotak penalti membuat dia kesulitan mencari celah untuk melakukan penetrasi. Setidaknya ada 3 pemain City yang hampir selalu masuk ke kotak penalti. Otomatis, lawan pun akan semakin rapat menjaga area kotak penalti. Kecepatan Sterling tentu sulit untuk bekerja di ruang yang sempit tersebut. Hal mungkin menjadi penyebab minimnya jumlah dribbling berhasil yang dilakukan Sterling pada dua pertandingan pertama. Ketika menerima bola, ia akan selalu melihat kawan yang berada di depannya. Sehingga kemudian ia hanya bisa melepaskan operan kepada rekannya tersebut. Jika kita lihat pada pertandingan melawan Chelsea, Sterling akhirnya lebih banyak berada di area luar kotak penalti. Ia seperti tidak mungkin melakukan penetrasi karena di depannya selalu ada Silva dan Aguero di depannya. [caption id="attachment_183673" align="alignnone" width="452"]
