Font size:
Sejak diakuisisi Qatar Sports Group pada 2011, kesebelasan ibu kota Prancis, Paris Saint-Germain, menjelma menjadi salah satu kesebelasan kuat di daratan Eropa. Golontoran dana tak terbatas yang mengalir dari sang presiden, Nasser Al Khalaifi, memang membuat PSG bisa bergerak bebas pada bursa transfer untuk mendapatkan pemain-pemain terbaik.
Lalu hanya dalam lima musim, sembilan trofi juara telah diraih kesebelasan berjuluk Les Perisiens tersebut. Trofi Ligue 1 berhasil didapatkan tiga kali secara beruntun pada tiga musim terakhir. Padahal sebelum itu, PSG terakhir kali menjuarai Ligue 1 pada musim 1993-1994. Gelar-gelar domestik seperti Coup de France, Coup de la Ligue dan Trophee des Champions melengkapi raihan PSG sejauh ini. PSG saat ini bisa dibilang merupakan kesebelasan terbaik di Prancis. Bahkan skuat besutan Laurent Blanc tersebut musim 2014/2015 mencatatkan rekor dalam sejarah sepakbola Prancis dengan meraih treble di kancah domestik. Bahkan jika dihitung dengan keberhasilan menjadi juara di Trophee des Champions, nama lain dari Piala Super Prancis, PSG sebenarnya meraih quintuple pada musim tersebut. Hanya saja sederet prestasi domestik tersebut rasanya kurang lengkap jika PSG tak mampu berbuat banyak di kompetisi Eropa. Karena meski telah menjadi raja di Prancis, langkah PSG di Liga Champions selalu terhenti di babak perempat final dalam tiga tahun terakhir. Hal ini tentu saja belum bisa melebihi pencapaian terbaik PSG di kompetisi Eropa yang pada musim 1994/1995 berhasil melangkah ke babak semi-final sebelum akhirnya disingkirkan AC Milan. Namun musim ini tampaknya PSG tampil lebih menjanjikan dibanding tiga musim terakhir. Dari 16 pertandingan di seluruh ajang resmi musim 2015/2016, PSG belum sekalipun terkalahkan baik di liga maupun di Liga Champions. Saat artikel ini ditulis, di Ligue 1, PSG memuncaki klasemen sementara dengan raihan 32 poin hasil dari 10 kemenangan dan dua hasil imbang. Kekalahan yang dialami Angers, sebelumnya peringkat kedua, pada pekan ke-12 membuat PSG unggul 10 poin atas Olympique Lyon, Angers, dan St. Etienne yang menguntit berurutan di bawahnya dengan poin sama-sama 22. Lebih dari itu, 26 gol telah diciptakan Zlatan Ibrahimovic cs dalam 12 pertandingan di Ligue 1, peringkat kedua setelah OGC Nice. Sementara itu, jumlah kebobolan PSG merupakan yang paling sedikit dengan hanya kebobolan enam kali. PSG pun masih menunjukkan superioritasnya di Liga Champions musim ini. Dari tiga pertandingan yang telah dijalani, PSG berhasil meraih dua kemenangan dan satu hasil seri dengan tanpa sekalipun kebobolan. Hasil imbang pun diraih saat menjamu raksasa Spanyol, Real Madrid. Situasi ini lebih baik dari musim 2013/2014. Kesebelasan yang bermarkas di Parc des Princes ini saat itu hanya sekali kalah dalam 16 pertandingan pertama mereka. Kekalahan dialami oleh PSG di Liga Champions saat menghadapi Benfica pada matchday pertama. Setelah itu PSG meraih kemenangan saat menghadapi Olympiacos (2-1) dan imbang menghadapi Anderlecht (1-1) meski bermain di kandang. Inilah yang menjadi alasan utama mengapa performa PSG musim ini lebih atau paling menjanjikan dalam tiga musim terakhir. Kedalaman Skuat Semakin Mumpuni Pada musim 2013/2014, di mana saat itu PSG memiliki start paling menjanjikan pada tiga musim terakhir, merupakan musim pertama Laurent Blanc menukangi Les Perisiens. Blanc yang sebelumnya menukangi timnas Prancis, dan menjadi pelatih kepala PSG menggantikan Carlo Ancelotti yang hijrah ke Real Madrid. Delapan dari sembilan trofi yang diraih PSG pada tiga musim terakhir pun didapatkan bersama Blanc. Sembari meraih pencapaian-pencapaian terbaik di liga domestik, pelatih yang pernah merumput di Manchester United ini pun terus meningkatkan kualitas skuatnya dengan pemain-pemain baru yang ia datangkan setiap bursa transfer. Yang membedakan musim ini dengan musim-musim sebelumnya adalah skuat musim ini memiliki kedalaman skuat yang sangat mumpuni. Tak hanya memiliki banyak pemain bintang, tapi secara fungsi permainan pun para pemain saat ini bisa saling melengkapi. Bagaimana Blanc membuat para pemain baru tetap menjaga superioritas PSG? Temukan jawabannya di halaman berikutnya. Pada bursa transfer musim panas 2015, PSG mendatangkan empat pemain baru, Mereka adalah Angel Di Maria, Kevin Trapp, Benjamin Stembouli, dan Layvin Kurzawa. Serge Aurier pun dipermanenkan dari FC Toulouse. Kehadiran Di Maria dianggap sempurna pada formasi 4-3-3 yang diandalkan PSG. Meski dianggap belum tampil dengan potensi terbaiknya, pemain yang dibeli dari Manchester United ini telah mencetak empat gol dan tiga assist dari total 11 penampilannya. Di Maria merupakan pilihan utama di sisi kanan penyerangan PSG saat bermain di Liga Champions. Sementara saat di Ligue 1, ia bergantian dengan Lucas Moura. Kualitas keduanya yang tak jauh berbeda membuat Ezequiel Lavezzi lebih sering bermain sebagai pengganti. Stembouli pun mendapatkan menit bermain yang cukup di Ligue 1. Tujuh pertandingan telah dimainkan eks gelandang Tottenham Hotspur ini dengan empat di antaranya turun sejak menit pertama. Kehadirannya membuat Blaise Matuidi, Thiago Motta, dan Marco Verratti tak terlalu diporsir pada setiap pertandingan dengan mendapatkan rotasi di lini tengah bersama Javier Pastore. Kurzawa dan Aurier pun menjadi pemain yang tepat untuk menjaga kedalaman pada pos bek sayap. Kurzawa yang dibeli dari AS Monaco, disiapkan sebagai pengganti Maxwell dan dipinjamkannya Lucas Digne ke Roma. Sedangkan Aurier, menjadi pilihan utama di sisi kanan dengan menyisihkan Gregory Van der Wiel. Sementara itu, kedatangan Kevin Trapp membuat lini pertahanan PSG semakin sempurna. Kiper asal Jerman ini secara konsisten tampil sesuai harapan. Ia pun lantas menyisihkan Salvatore Sirigu yang sejak 2011 menjadi kiper utama PSG. Blanc tentunya menyadari bahwa kemampuan Sirigu semakin menurun. Musim 2014/2015, Sirigu tampil sebanyak 45 kali dan kebobolan 43 kali, catatan yang cukup buruk untuk seorang kiper sebesar PSG. Cleansheet-nya yang hanya 16 kali mayoritas diraih pada pertandingan Ligue 1. Di Liga Champions, dari 10 pertandingan, eks kiper Palermo ini kebobolan 15 kali dan hanya dua kali mencatatkan cleansheet. Sementara berbeda ketika Trapp menjadi penjaga gawang PSG musim ini. Dengan kualitas yang dimiliki Thiago Silva, David Luiz atau Marquinhos di depannya, eks kiper Frankfurt ini hanya kebobolan enam kali dari 15 pertandingan. Jangan lupa juga catatan tak kebobolannya di Liga Champions meski sempat menghadapi ancaman-ancaman dari barisan penyerang Real Madrid termasuk Cristiano Ronaldo.Kehebatan Trapp masuk dalam jajaran kiper terbaik Liga Top musim iniKekokohan di lini pertahanan ini dibarengi dengan produktivitas lini serang mereka. Edinson Cavani dan Zlatan Ibrahimovic yang menjadi tumpuan utama di lini serang, telah menyumbang 15 gol dengan Cavani sebagai pencetak gol terbanyak (delapan gol). Suburnya Cavani pun bisa menjadi indikasi bahwa PSG tak lagi terlalu bertumpu pada Zlatan. Penyerang asal Uruguay ini pun bisa diandalkan. Apalagi dengan hadirnya Di Maria yang membuat PSG musim ini memiliki pemain sayap dengan kemampuan umpan silang mumpuni untuk mengakomodasi kelebihan Cavani dalam duel-duel bola atas. Kedalaman skuat yang saling melengkapi ini bisa dibilang menjadi faktor utama PSG tampil lebih menjanjikan pada musim ini. Kualitas yang tidak terlalu kentara antar pemainnya membuat PSG semakin sempurna dari segala lini. [caption id="attachment_187928" align="alignnone" width="315"] Skuat PSG di Ligue 1.[/caption] Hasil positif yang diraih di Ligue 1 saat ini, merupakan buah dari kualitas seluruh penggawa PSG musim ini dalam menjalankan rotasi dari Blanc. Rotasi menjadi penting demi menjaga kebugaran para pemain terbaik agar bisa tampil pada laga-laga penting seperti Liga Champions. Di Liga Champions, tercatat Blanc baru memainkan 16 pemain. Sembilan pemain selalu dimainkan sejak menit pertama pada tiga pertandingan yang telah dijalani. David Luiz nyaris melengkapi 10 pemain utama PSG di Liga Champions andai tak absen (karena cedera) saat menghadapi Madrid lalu. [caption id="attachment_187929" align="alignnone" width="326"] Skuat PSG di UCL.[/caption] Hal ini bisa menunjukkan keseriusan PSG di Liga Champions. Hampir di setiap pertandingan mereka menurunkan skuat terbaik. Tiga pemain cadangan yang selalu dimainkan dalam tiga pertandingan terakhir pun (Lavezzi, Pastore, dan Moura) memiliki kemampuan yang bisa menjaga kualitas PSG. Karenanya musim ini bisa jadi saat yang tepat bagi PSG untuk meraih juara di kompetisi Eropa. Risiko kehilangan pemain utama karena masalah kebugaran bisa dihindari karena kedalaman skuat yang saling melengkapi. Hal ini tentunya bisa meningkatkan kans juara PSG pada Liga Champions musim ini. foto: goal.com