Il Trequartista, Paulo Dybala

Il Trequartista, Paulo Dybala
Font size:

Hanya sedikit pemain yang diperbolehkan menggunakan seragam no. 10 Juventus. Nomor tersebut merupakan nomor keramat bagi Si Nyonya Tua. Pemakainya adalah pemain penting bagi Juve bahkan merupakan legenda Juventus. Dimulai dari Giampero Boniperti, Omar Sivori, Michel Platini, Roberto Baggio, hingga Alessandro Del Piero. 

Usai ditanggalkan dari Del Piero, nomor 10 sempat jatuh ke tangan Paul Pogba. Namun gelandang asal Prancis tersebut justru hengkang ke Manchester United satu musim setelahnya. Setelah iitulah Juve menunjuk pemilik no.10 yang baru pada penyerang asal Argentina, Paulo Dybala. 

Ternyata mengenakan no. 10 membuat Dybala makin menggila di Juventus. Gol demi gol ia gelontorkan. Sosoknya kini dianggap sebagai pemain yang tepat menggunakan no. 10 di Juventus. Lebih dari itu, permainan Dybala saat ini cukup mengingatkan banyak orang pada sosok Del Piero, legenda Juventus no. 10 yang mahir memainkan peran trequartista.

Sejarah Munculnya Trequartista di Italia

Era 70-an hingga 90-an, trequartista adalah peran yang populer di Italia. Di akhir 90-an, Del Piero merupakan salah satu pesohor peran ini. Selain mantan pemain Padova tersebut, Serie A Italia punya pemain trequartista lain dalam diri Francesco Totti, Roberto Baggio, Roberto Mancini, hingga Kaka di awal 2000-an.

Trequartista adalah peran istimewa. Tak banyak pemain yang bisa memerankannya dengan sempurna. Istilah trequartista pun lahir karena banyaknya pemain istimewa ini di Serie A Italia kala itu. Awalnya, pemain seperti ini sempat disebut juga enganche (Argentina) atau meia-armador/atacante (Brasil). 

Namun ternyata ada perbedaan peran dari trequartista dengan enganche atau meia-atacante. Enganche dan meia-atacante merupakan pemain sentral sebuah kesebelasan dalam mencetak gol namun posisinya yang berada di gelandang serang (no.10). Selain ujung tombak tim, ia juga harus punya kreativitas dan visi bermain yang mumpuni untuk melayani rekan-rekannya.

Walau begitu tugas utamanya adalah mencetak gol. Menurut Jonathan Wilson dalam Inverting Pyramidenganche lahir dari evolusi penyerang tengah dalam formasi 4-3-3 yang populer di Argentina pada 1970-an. Penyerang tengah enganche saat itu lebih sering bermain di belakang kedua penyerang sayap, sehingga membentuk pola 4-3-1-2. Namun area bermainnya benar-benar terpaku di tengah. Di Brasil, meia-atacante lahir dari evolusi pola dasar 4-2-4 di mana satu penyerang tengah lebih sering mengisi posisi no. 10 dalam menyelesaikan peluang.

Lalu di mana letak perbedaannya dengan trequartista? Platini, Baggio, Mancini, Totti hingga Del Piero tidak terpaku pada posisi no. 10 atau di tengah. Namun ia dibebaskan menjelajah di seluruh area pertahanan lawan. Lebih spesifik, mereka dibebaskan bergerak 3/4 lapangan. Sementara 3/4 dalam bahasa Italia adalah trequartista.

Meski bermain di posisi gelandang, namun seorang trequartista mendapatkan tugas khusus yaitu untuk menciptakan peluang mencetak gol untuk dirinya sendiri dan rekan setim. Ini berbeda dengan playmaker yang benar-benar ditugaskan untuk melayani para penyerangnya. Karenanya trequartista lekat dengan sebutan second striker.

SS = Second Striker, lekat dengan trequartista (sumber: sportskeeda)

Karena tugas ini pula Totti dan Del Piero menciptakan banyak gol serta terkadang jadi pelayan bagi penyerang murni (no.9). Totti misalnya yang diduetkan dengan Gabriel Batistuta, sementara Del Piero jadi tandem ideal bagi David Trezeguet. Hal ini juga yang menyebabkan Totti dan Del Piero sulit untuk dimainkan secara bersamaan di timnas Italia.

Namun seiring berkembangnya taktik dan strategi, lambat laun para pemain di belakang penyerang mulai tergerus. Dimulai dari penggunaan double pivot hingga munculnya pemain-pemain seperti Claude Makelele membuat kreativitas seorang pemain di belakang penyerang mulai terbatas. Akhirnya, pola 4-3-3 dengan dua gelandang tengah kembali populer untuk menandingi double pivot. Penyerang sayap pun menjadi lebih diandalkan ketimbang seorang pemain no.10.

Dybala Mahir Memainkan Peran Trequartista

Skill individu mumpuni dari seorang pemain no.10 adalah kunci keberhasilan strategi menggunakan trequartista. Seorang trequartista, selain fasih memberikan umpan-umpan matang ke jantung pertahanan lawan, juga harus bisa melewati lawan dengan dribble, mengisi area kosong di setiap jengkal area pertahanan lawan, hingga mengatur tempo ketika bola berada di lini pertahanan lawan.

Karenanya seorang trequartista merupakan pemain yang bisa melakukan apa saja ketika bola berada di kakinya. Bahkan ada kecenderungan jika seorang trequartista adalah seorang pemain yang stylishTotti, Del Piero, Baggio, bahkan Kaka juga merupakan eksekutor bola mati yang handal.

Bersambung ke halaman berikutnya

Halaman kedua

Di Italia mulai langka pemain trequartista. Sebastian Giovinco hingga Antonio Cassano yang digadang-gadang punya kemampuan trequartista buktinya tak mampu bersaing dengan strategi klub-klub Italia yang lebih membutuhkan gelandang serang kreatif juga mampu berkontribusi pada pertahanan. Maka pemain-pemain seperti Radja Nainggolan, Marek Hamsik hingga Arturo Vidal-lah yang menonjol di Serie A. Atau misalnya deep-lying playmaker, gelandang kreatif yang ditempatkan di depan bek tengah.

Setelah Wesley Sneijder di Inter, hampir tidak ada lagi gelandang serang yang punya kemampuan trequartista mumpuni. Namun kini, Paulo Dybala kembali memamerkan keindahan permainan seorang trequartista. Ketika tak banyak kesebelasan Italia yang menggunakan pola dasar 4-2-3-1, pelatih Juventus, Massimilliano Allegri, mantap menggunakan 4-2-3-1 dengan Dybala sebagai trequartista.

Setelah menggunakan nomor punggung 10 per musim 2017/2018, permainan Dybala mengingatkan sepakbola Italia pada Del Piero, khususnya sosok trequartista. Saat pemain asal Argentina tersebut menguasai bola di 3/4 lapangan, Dybala memamerkan sihirnya. Umpan akurat untuk mengatur arah serangan, gocekannya yang mampu melewati dua hingga tiga pemain lawan, ditambah penyelesaian akhir yang klinis menunjukkan bakat seorang trequartista. Jangan lupakan pula akurasi tendangan bebasnya membuat Miralem Pjanic lebih banyak mengambil tendangan bebas yang jauh dari gawang.

Saat artikel ini ditulis, Dybala sudah mencetak delapan gol dari 301 menit bermain, yang artinya mencetak gol setiap 37 menit sekali. Dari enam pertandingan di seluruh ajang, 10 gol sudah ia cetak. Jumlah tersebut sudah mencapai setengah dari total gol yang ia cetak pada musim lalu (19 gol dari 48 pertandingan).

Musim lalu, bisa dibilang Allegri lebih memainkan strategi yang bisa memanjakan Gonzalo Higuain, pemain termahal Serie A setelah dibeli Juventus. Peran Dybala dalam untuk mencetak gol tak begitu dikedepankan. Malah mantan pelatih AC Milan tersebut juga lebih memikirkan bagaimana caranya Mario Mandzukic bisa masuk dalam skema 4-2-3-1, yang kemudian diperankan sebagai wide target man.

Dybala tetap pada perannya seperti dalam 3-5-2, yaitu pemain yang diharuskan menciptakan ruang dan memanjakan Higuain sebagai pencetak gol utama. Maka saat pola 4-2-3-1 dimainkan, Juve lebih menyerang lewat kedua sayap, bukan melalui Dybala seperti pada musim ini.

Tapi Dybala telah membuktikan diri bahwa ia bisa menjadi gelandang serang terbaik di Eropa, khususnya yang masih menggunakan pola 4-2-3-1. Saat ini pola 4-3-3 lebih banyak digunakan. Bahkan di Inggris pola 3-4-3 mulai populer diterapkan. Maka pemain-pemain yang bisa dibandingkan dengan Dybala terbilang sedikit, Dusan Tadic, Julian Draxler, Thiago Alcantara, dan Dele Alli adalah sedikit di antaranya.

Dari nama-nama tersebut, perbedaan mencolok terlihat dari jumlah tembakan dan keberhasilan melewati lawan. Tadic, Draxler, dan Thiago memang lebih difungsikan sebagai playmaker. Hanya Alli yang bermain sebagai trequartista dalam pola 4-2-3-1. Bahkan Alli sudah bermain sebagai trequartista sejak musim lalu, di mana total mencetak 19 gol dan 7 asis di seluruh ajang. 

***

Skema baru Allegri, dengan menjadikan Dybala sebagai pusat serangan Juventus, membuat peran Dybala benar-benar mencolok bagi Juventus musim ini. Namun kemampuannya sejauh ini membuktikan bahwa ia bisa menjadi andalan tim, tak terbebani dengan no. 10 sebagai nomor keramat Juventus.

Kemampuan Dybala dalam mengolah si kulit bundar memang tak perlu diragukan lagi. Tinggal mentalitasnya di laga-laga besar yang perlu ia asah. Karena kerap kali pemain berusia 23 tahun ini "menghilang" di laga-laga besar. Terbaru, ia tak berkutik saat Juventus dikalahkan 3-0 oleh Barcelona.

Jika masalah ini terselesaikan, Juventus punya kans besar untuk semakin bergelimang prestasi bersama il trequartista, Paulo Dybala. 

https://www.youtube.com/watch?v=Sya32iHK9x8&feature=youtu.be

20 Menit yang Sangat Berharga bagi Pesepakbola Profesional
Artikel sebelumnya 20 Menit yang Sangat Berharga bagi Pesepakbola Profesional
Menjadi Pesepakbola dan Momok Bernama "Dewasa"
Artikel selanjutnya Menjadi Pesepakbola dan Momok Bernama "Dewasa"
Artikel Terkait