Kebangkitan Persis Solo: Dari Zona Degradasi ke Stabilitas Kolektif

Kebangkitan Persis Solo: Dari Zona Degradasi ke Stabilitas Kolektif
Font size:

Liga 1 2024/25 sempat menjadi mimpi buruk bagi Persis Solo. Klub kebanggaan warga Surakarta itu sempat tercecer di zona degradasi. Namun, menjelang akhir musim, Laskar Sambernyawa sukses membalikkan keadaan dan kini bercokol di peringkat 14 Liga 1 musim ini.

 

Kebangkitan ini tentu tidak terjadi secara instan. Faktor paling menentukan adalah penunjukan Ong Kim Swee sebagai pelatih kepala pada 25 November 2024, menggantikan Milomir Seslija. Meski awalnya belum menunjukkan dampak instan, Ong perlahan berhasil mengubah arah tim.

 

Awal masa jabatan pelatih asal Malaysia ini tidaklah mudah. Butuh waktu hampir dua bulan sebelum Persis meraih kemenangan pertamanya di bawah nahkodanya. Tepatnya saat Derby Jawa Tengah melawan PSIS Semarang pada 20 Januari 2025. Kemenangan itu menjadi titik balik penting, bukan hanya dari sisi teknis, tapi juga secara mental.

 

Kemenangan ini membuat Sho Yamamoto dkk mendapatkan kepercayaan kembali dari para suporternya setelah mengalahkan rivalnya di Derby Jawa Tengah tersebut. Maka pembinaan mental adalah faktor yang paling krusial dilakukan oleh Ong. 

 

Sebelumnya, Persis terlalu terburu-buru dalam merebut bola bahkan di area yang berbahaya. Keteledoran itu membuat Persis sering sering kebobolan secara mudah, terutama dari bola mati dan serangan balik. 

 

Hal ini tidak lepas dari sistem garis pertahanan tinggi dan tekanan agresif yang diterapkan Seslija maupun Ong di awal melatih Persis. Dari gaya permainan tekanan yang agresif itu juga Persis harus menerima lima kartu merah sebelum kemenangan melawan PSIS. 

 

Entah itu karena melanggar lawan atau protes berlebihan kepada wasit karena intensitas tinggi pertandingannya. Ong sendiri sadar betul bahwa keutuhan kesebelasannya sangat penting untuk hasil yang positif. 

 

"Ya apabila kita terlampau sering menerima kartu merah, ini pasti memberi keuntungan untuk lawan. Saya berharap pemain harus bisa mengontrol emosi dalam setiap pertandingan. Tentu ini bukan perkara mudah. Jika kami mampu bermain dengan kesebelasan dari awal sampai akhir permainan, maka kami mempunyai peluang yang cukup baik," tutur Ong seperti dikutip dari Tribun.

 

whatsapp-image-2025-04-11-at-16-20250411042926

Ong Kim Swee. Sumber foto: Bola Sport.

 

Di momen itu, Ong mulai membenahi gaya permainan kesebelasannya. Lini belakang Persis pun mulai tampil lebih tenang dan disiplin. Hal itu terlihat dari para pemain Persis tidak langsung gegabah melancarkan tekel saat menjalankan tekanan ketat. 

 

Hasilnya, Persis jarang mendapatkan momen berbahaya melalui eksekusi bola mati di sepertiga akhir pertahannya sendiri. Kesebelasan ini juga baru mendapatkan dua kartu merah sejak kemenangan melawan PSIS. 

 

Sejak melawan rivalnya itu juga, perubahan mental para pemain mulai berubah ke arah yang positif. Atas risiko perubahan gaya permainan yang diubah. Ong mampu menyelesaikan salah satu  masalah utama Persis di awal musim, yaitu lemahnya organisasi pertahanan. 

 

Fleksibilitas dan Kolektivitas Pemain

 

Pertahanan Persis semakin solid, ditambah peran kiper yang makin konsisten. Lini belakang Persis memiliki stok yang melimpah. Ditambah beberapa pemain yang bisa menempati lebih dari satu posisi. Jordi Tutuarima misalnya, tidak hanya menjadi bek sayap, ia juga bisa berperan sebagai gelandang bertahan. 

 

104f82c0831b7cd3da2df32790427e46

Jordi Tutuarima. Sumber foto: Radar Indramayu

 

Begitu pun juga dengan Lautaro Belleggia yang bisa menjadi bek tengah selain sebagai gelandang bertahan. Dari kemampuan serba bisanya itu, Ong mampu memaksimalkan para pemain sesuai dengan kebutuhan kesebelasannya. 

 

Ditambah dengan rotasi pemain bertahan yang disesuaikan dengan situasi internal dan lawan-lawannya. Kepercayaan Muhammad Riyandi di belakang gawang semakin mantap setelah sempat tergeser Gianluca Pandewuyu sebanyak tujuh pertandingan. 

 

Jumlah kebobolan Persis menurun tajam dalam 10 laga terakhir dibandingkan 10 laga awal musim. Sebanyak 10 laga awal Persis di Liga 1 musim ini kebobolan sebanyak 16 gol. Sementara dalam 10 laga terakhir lebih sedikit empat gol.

 

Perombakan pemain asing di tubuh Persis juga berpengaruh untuk kemajuan tim di klasemen. Beberapa pemain yang gagal memenuhi ekspektasi dilepas seperti Facundo Aranda, Gonzalo Andrada, Karim Rossi, dan Ricardo Lima. Sebagai gantinya Bellegia, Cleyton, Jhon Cley, dan Tutuarima didatangkan. 

 

Pemain-pemain asing tersebut langsung klop dan menjadi bagian kekuatan penting kebangkitan Persis. Mereka menjadi bagian dari kolektivitas yang berhasil diadaptasi oleh Ong. 

 

Selain semakin solidnya lini pertahanan, lini serang dirasa lebih merata. Gol tidak hanya dicetak oleh para pemain depan, namun gelandang dan bek pun ikut mencetak gol. Belleggia yang bisa menempatkan diri sebagai gelandang bertahan maupun bek tengah sudah mencetak tiga gol dari 15 laga. 

 

Cleyton pun mencetak dua gol dari 13 laga melalui proses sepak pojok. Jadi Ong punya alternatif lain ketika Moussa Sidibe dan Ramadhan Sananta dirasa mentok mencetak gol. Dari sini terlihat bahwa Ong memiliki permainan yang variatif dan adaptif. 

 

Pendekatan taktik yang lebih realistis dan adaptif terhadap kekuatan lawan, menjadi kunci kebangkitan Persis. Ong juga mampu membangkitkan semangat dan kepercayaan diri para pemain yang sebelumnya tampak kehilangan arah. 

 

"Pertama, pemain menunjukkan sikap yang cukup positif" ujar Ong setelah mengalahkan Persebaya Surabaya. "Namun attitude yang baik ditunjukkan oleh pemain di mana mereka inginkan," sambungya seperti dikutip dari Bola Sport. 

 

Tim ini juga belajar dari tekanan. Awalnya, Persis cenderung bermain terburu-buru dan kehilangan kontrol dalam keadaan tertinggal. Namun kini, mereka lebih tenang dalam menghadapi situasi sulit dan mampu mengejar ketertinggalan atau menjaga keunggulan dengan lebih cermat. 

 

Sikap ini terlihat dalam laga-laga melawan tim-tim papan tengah, di mana Persis berhasil meraih poin yang sebelumnya sulit didapat. Misalnya mampu mengalahkan tuan rumah PSBS Biak dan Barito Putera yang di mana gagal menang saat menjamu klub-klub itu pada putaran pertama.

 

Keluar dari zona degradasi bukan perkara mudah, apalagi di Liga 1 yang kompetitif dan penuh tekanan. Kebangkitan Persis Solo adalah hasil dari kombinasi strategi, manajemen krisis, dan determinasi tim secara kolektif. 

 

Kini, dengan posisi yang relatif aman, Persis bisa mulai menatap musim depan dengan lebih optimis. Namun, pekerjaan rumah masih banyak. Jika ingin benar-benar stabil di Liga 1 musim depan, konsistensi dan pembenahan menyeluruh tetap harus jadi prioritas Laskar Sambernyawa.

 

PSG VS Inter Milan: Pelajaran Kolektivitas Pressing dan Kedigdayaan Taktis
Artikel sebelumnya PSG VS Inter Milan: Pelajaran Kolektivitas Pressing dan Kedigdayaan Taktis
Kepuasan dan Loyalitas Seorang Dahaga Medioker
Artikel selanjutnya Kepuasan dan Loyalitas Seorang Dahaga Medioker
Artikel Terkait