Font size:
Paul Lambert sudah muak dengan buruknya prestasi Aston Villa. Menjadi manajer klub sejak 2012, Lambert pada musim ini memendam misi khusus. Ia tak ingin membawa Villa terus-terusan berada di peringkat ke-15 setiap musimnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sejumlah pemain pun didatangkan. Bekas bek Arsenal, Philipe Sanderos dan bekas gelandang Chelsea, Joe Cole, didatangkan tanpa mengeluarkan sepeserpun uang. Lambert juga mendapatkan bekas bek kiri Manchester United, Kierran Richardson dari Fulham senilai 600 ribu pounds. Tidak tanggung-tanggung, Villa juga mendatangkan dua pemain yang berkompetisi di La Liga: Aly Cissokho dan Carlos Sanchez. Mereka akan bergabung dengan skuat Villa yang tak bisa dipandang remeh seperti Fabian Delph, Tom Cleverly, Ciaraan Clark, Gabriel Agbonlahor, Darren Bent, dan Christian Benteke. Seperti halnya kesebelasan besar, Villa juga menggelar pre-season di Amerika Serikat. Sebelum berangkat, mereka secara resmi menggaet bekas gelandang Manchester United, Roy Keane, sebagai asisten Lambert. Di Amerika, Villa menang dua kali, kalah sekali. Hasil yang terbilang lumayan, buat ukuran tim papan bawah Liga Inggris. Pada pertandingan pembuka menghadapi Stoke City, Villa menang lewat gol Andreas Weimann. Kemenangan tersebut menjadi inspirasi Villa menahan imbang kesebelasan yang dianggap akan memberi kejutan pada musim ini, Newcastle United. Hasil seri tersebut, membuat peringkat Villa melorot ke peringkat keempat klasemen. Aston Villa kembali merangkak naik setelah mengalahkan Hull City 2-1 di Villa Park. Keganasan Villa mencapai titik puncak saat mengalahkan Liverpool 1-0 di Anfield. Kemenangan ini sekaligus membawa Delph dan kolega ke peringkat kedua klasemen Liga Inggirs Manajemen pun mengapresiasi Lambert dalam bentuk perpanjangan kontrak. Tidak tanggung-tanggung, Lambert disodori kontrak berdurasi tiga tahun, atau hingga 2018. Lalu, bencana itu muncul. Villa tak pernah lagi menang. Enam pertandingan berikutnya mereka kalah, tiga pertandingan setelahnyanya, mereka seri. Villa lalu menang atas dua kompetitornya di jurang degradasi, Crystal Palace dan Leicester City. Namun, itu saja tidak cukup. Dari sepuluh pertandingan setelah kemenangan atas Leicester, tak ada satupun yang menghasilkan tiga poin. Hasil yang mengesalkan bagi siapapun. [caption id="" align="alignnone" width="468"]